Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak-Anak

Oleh : Ubaydillah, AN


Kalau membaca kehidupan para tokoh atau orang-orang yang secara prestasi itu bagus, mereka punya latar belakang sosial yang berbeda-beda saat masih anak-anak. Ada yang lahir dari keluarga serba cukup, berstatus sosial bagus, dan dibekali pendidikan formal yang bagus. Contoh-contohnya bisa kita temukan sendiri di sekitar kita. Tapi ada juga yang punya latar belakang kacau, serba kekurangan dan harus menghadapi kenyataan punya orangtua tunggal. Pak Garuda Sugardo, yang kini dipercaya sebagai wakil dirut Telkom, merupakan satu dari sekian ribu anak yang kecilnya harus hidup di panti asuhan sampai akhir remaja.
Pak Sugiharto yang kini menteri juga pernah jadi tukang parkir, ikut tinggal di rumah orang lain sebagai tenaga pembantu apa saja sampai lulus SLTA. Begitu juga Mas Tukul Arwana atau Mas Yohanes Suryo. Contoh lainnya bisa kita tambah sebanyak mungkin dari fakta-fakta yang kita temui dalam kehidupan. Nah, meskipun mereka punya latar belakang sosial yang bermacam-macam, namun sepertinya ada kesamaan yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran dalam mendidik anak-anak. Salah satu yang terpenting adalah keberadaan orang dewasa yang berperan sebagai orangtua saat itu, entah itu orangtuanya sendiri, orangtua angkatnya, atau siapa saja yang dianggap orangtua oleh si anak. Mereka, dalam proses perkembangannya, mendapati orang dewasa / orangtua yang bagus. Seperti apa orangtua yang bagus itu? Pengertian orangtua yang bagus inipun bermacam-macam. Bahkan kerap terjadi perbedaan dalam memahani definisi ini. Secara umum dan secara prinsipil, orangtua yang bagus adalah orangtua yang sanggup memainkan peranan dirinya sebagai orangtua seoptimal mungkin  di mata anak-anak. Peranan yang optimal itu ditandai, salah satunya, dengan kemampuannya dalam memunculkan apa yang dalam teori pengetahuan disebut success factors. Setiap manusia punya sesuatu yang bisa disebut dengan istilah faktor kesuksesan dan faktor ketidaksuksesan. Faktor sukses itu misalnya punya kemauan keras, kejujuran, baik hati sama orang lain (helpful), kejelasan dalam melangkah, kegigihan dalam memperjuangkan tekad, disiplin, percaya-diri, dan seterusnya. Sedangkan faktor ketidaksuksesan itu misalnya: keminderan, kecil hati, penyimpangan moral, kemalasan, kekacauan, keputusasaan, konflik, dan seterusnya. Karena kata kuncinya di sini adalah optimalisasi peranan, maka siapapun punya  kesempatan yang sama untuk menjadi orangtua yang bagus atau menjadi orangtua yang tidak bagus. Belum tentu orangtua yang pendidikannya bagus, ekonominya bagus, status sosialnya bagus bisa menjadi orangtua yang bagus bagi anak-anaknya. Sebaliknya, belum tentu juga seorang janda dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan, pendidikannya SD atau bahkan buta huruf, anaknya empat atau lima yang butuh dikasih makan, status sosialnya rendah, tinggal di rumah yang sangat-sangat sederhana, tidak sanggup menjadi orangtua yang bagus.  Dari fakta-fakta seperti itu bisa kita katakan, orangtua yang status sosialnya bagus, ekonominya bagus, pendidikannya bagus, baru memiliki peluang untuk menjadi orangtua yang bagus. Peluang mereka lebih besar. Sebaliknya, orangtua yang serba kekurangan, banyak masalah, status sosial dan pendidikannya rendah, pun baru memiliki peluang untuk menjadi orangtua yang tidak bagus. Peluang yang saya maksudkan di sini adalah kemungkinan (possibility). Namanya juga kemungkinan, cara kerjanya sama seperti bunyi iklan: maybe yes and maybe no.  
Konsep-diri pada anak
Seperti yang sudah pernah kita bahas di sini, konsep-diri di sini adalah bagaimana anak-anak itu mempersepsikan dirinya. Menurut kesimpulan Dr. Maxwell Maltz, tindakan manusia itu erat kaitannya dengan bagaimana manusia itu mendefinisikan dirinya. Persepsi dan definisi-diri ini ada yang positif ada yang negatif. Ada yang mendukung atas munculnya success-factors dan ada yang mendukung munculnya failure-factors. Ada yang merusak dan ada yang membangun. Ada yang lemah dan ada yang kuat.  Menurut Harter (1991), pengaruh konsep-diri yang paling besar itu pada dua hal, yaitu:           Afeksi          Motivasi Afeksi di sini mengarah pada kondisi emosi seseorang. Konsep-diri positif akan berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti kebahagian, kepuasaan, dan seterusnya. Sebaliknya, konsep-diri negatif akan berpengaruh pada munculnya emosi negatif, misalnya kesedihan, tekanan, depresi, dan seterusnya. Emosi positif akan memunculkan harga-diri positif sedangkan emosi negatif kerap menjadi sumber harga diri negatif. Harga diri negatif inilah yang kerap menjadi biangnya kerusakan emosi. Sedangkan motivasi di situ mengarah pada pengertian kualitas motif seseorang untuk mengembangkan potensinya dalam meraih keinginan-keinginannya (prestasi). Konsep-diri positif akan menjadi sumber motif perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep-diri negatif kerap menjadi sumber munculnya motif yang lemah. Seorang anak yang punya cita-cita bagus, punya harga-diri yang bagus, punya penyerapan yang bagus terhadap nilai-nilai, umumnya memiliki motif yang kuat untuk mengembangkan potensinya atau meraih prestasinya.     Perlu kita sadari bahwa proses terbentuknya konsep-diri pada anak-anak itu agak berbeda dengan orang dewasa. Ini karena orang dewasa sudah melewati sekian proses kehidupan yang memungkinkannya untuk mengaktifkan kapasitas dalam membedakan sesuatu. Hal ini berbeda dengan anak-anak. Konsep-diri pada anak-anak antara lain diperoleh dari pendapat / penilaian dari luar dirinya (orang lain atau lingkungan). Karena itu, teori pendidikannya mengatakan, sebagian besar cara belajar anak-anak itu adalah imitasi, mengkopi dan merefleksikan rangsangan atau stimuli dari luar (pengalaman indrawi).  Dorothy Law Nolte mengatakan:  "jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki, jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah, jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan, jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri". Prakteknya mungkin tidak se-teknis yang dikatakan Dorothy ini. Hemat saya, ini adalah acuan agar kita perlu lebih banyak menanamkan "pil" positif kepada anak-anak dan selalu berusaha mengurangi masuknya pil-pil negatif.  Menurut Cooley (1991), omongan dari luar itu berperan penting dalam proses pembentukan konsep diri, baik bagi orang dewasa dan lebih-lebih bagi anak-anak. Omongan orang lain berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Penilaian atau kritik orang lain berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Keadaan atau situasi berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Konsep-diri yang terbentuk dalam masa kanak-kanak itu umumnya akan "bagaikan mengukir di atas batu". Meminjam istilah dalam teori kompetensi,  ia masuk dalam core personality yang sulit untuk diubah dan diukur hidden. Ia menjadi semacam apa yang kita sebut bawaan, watak, sifat, atau culture. Ini beda dengan pengetahuan atau skill. Keduanya masuk dalam surface personality (permukaan). Biasanya in lebih gampang diubah dan bisa diukur atau dilihat Karena itu, jangan heran bila ada orang yang sudah sekolah kemana-mana bahkan sampai di luar negeri segala, tapi ketika sudah bicara kultur hidup atau prilaku sehari-hari, ia mengakui peranan orangtuanya atau gurunya atau lembaganya waktu masih kecil. Ini bukan saja terjadi pada kehidupan Bang Buyung Nasution atau Prof. Hamka. Pak Karno pun mengakui peranan Cokroaminoto, meski bukan orangtua asli. 
Hal-hal yang Bisa Kita Lakukan
Sebagai orangtua, kita kerap mengatakan bahwa anak-anak itu adalah masa depan kita, penerus perjuangan kita atau kader kita. Ini tentu benar. Cuma, yang kerap kita lupakan adalah peranan kita sendiri bagi anak-anak. Kita bukan saja masa depan anak-anak, tapi juga hari ini dan masa lalu bagi mereka.  Artinya, porsi pendidikan (dalam arti yang seluas-luasnya) yang mestinya kita berikan kepada anak-anak itu tidak bisa ditinggalkan, diwakilkan atau diserahkan kepada siapapun, termasuk kepada sekolah yang paling mahal sekali pun. Ini mengingat betapa pentingnya peranan kita bagi mereka.
Pendidikan sekolah punya porsi sendiri dan pendidikan kita juga demikian. Kata Gibran, anak-anakmu memang bukan milikmu, tapi mereka adalah tanggung jawabmu.  Kalau mau jujur, sebetulnya masih banyak yang dapat kita lakukan untuk menanamkan konsep-diri positif itu. Ini terlepas apakah kita sebagai orangtua yang super sibuk, yang sibuk atau biasa-biasa saja sibuknya. Sebagian dari sekian hal yang masih bisa kita lakukan itu antara lain di bawah ini: 

Pertama, memberikan rangsangan yang membangkitkan.
Rangsangan ini bentuknya banyak dan bisa kita pilih sesuai keadaan, keadaan dalam arti kebutuhan, kepentingan, kemanfaatan atau isi kantong. Ini misalnya saja: membangkitkan jiwanya, membesarkan hatinya, memperkuat imannya atau mentalnya, memberikan bacaan yang meng-inspirasi, mengarahkan dia untuk mengidolakan tokoh-tokoh yang bermutu, menyediakan fasilitas pendidikan di rumah, mengajak mereka untuk mengunjungi event-event yang bermutu, mendiskusikan PR-nya, dan lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah bermain dengan anak dimana kita bisa memasukkan pil-pil positif saat hatinya senang. Perlu kita sadari bahwa meskipun bentuk-bentuk rangsangan itu remeh menurut kita, tetapi tidak bagi mereka. Kalau melihat ilustrasi milik Profesor Marian Diamond tentang otak yang dirangsang dan otak yang tidak distimulasi, ternyata bedanya terletak pada jumlah koneksi. Otak yang distimulasi punya koneksi yang cukup banyak. Sementara, otak yang jarang  distimulasi, koneksinya jarang dan putus-putus.  Koneksi ini tentu sangat menentukan ketika dewasa. Koneksi yang bagus akan membuat orang lebih kreatif, lebih kritis, lebih responsif, lebih cepat "nyambung" dan seterusnya.   
Kedua, memberikan pemahaman yang benar terhadap persoalan hidup (realitas).
Misalnya saja pemahaman tentang pentingnya tolong menolong, pentingnya melawan keminderan dan kemalasan, pentingnya menyadari potensi dan kelebihan, pentingnya keikhlasan, kejujuran, kegigihan, melawan kesulitan, dan lain-lain.  Harus kita akui memang, hampir semua orangtua sudah melakukan ini, tetapi bedanya adalah: ada yang sudah diucapkannya dengan pengungkapan yang mendidik tetapi ada yang hanya didiamkan; ada yang memang didasari kesadaran untuk mendidik tetapi ada yang hanya karena reaksi / emosi sesaat. Sebut saja misalnya kita mengatakan si anak itu pemalas dengan nada marah atau kesal pada saat tidak merapikan tempat tidur. Ini terkadang terkesan lebih merupakan ungkapan kekesalan kita, bukan kesadaran kita untuk mendidik.  Biasanya ini terjadi ketika kita sebagai orang dewasa terlalu memikirkan urusan kita pribadi dengan berbagai macam pernak-perniknya. Akibatnya, mau tidak mau, muncul efek kurang peduli atau muncul efek tidak mau susah ikut memikirkan persoalan anak. Akibatnya, mungkin ada anak-anak yang berinisiatif mengabaikan tugas-tugas rumah dari sekolah karena di rumahnya tidak ada yang mengontrol, tidak ada yang menemai atau tidak ada mendorong atau tidak ada yang peduli.  
Ketiga, membantu anak dalam mengungkap kelebihan-kelebihannya.
Kita semua sudah yakin bahwa pada setiap bayi yang lahir ke dunia ini memiliki kelebihan-kelebihan, di samping juga kekurangan-kekurangan. Bentuknya mungkin bisa bakat umum atau khusus, kecerdasan akademis, kemampuan sosial, leadership, seni, kecenderungan atau kesenangan (hobi) terhadap bidang-bidang tertentu, dan seterusnya dan seterusnya. Meski sudah sedemikian rupa keyakinan itu ada, namun dalam prakteknya kita kerap lupa. Terkadang kita kurang adil dalam melihat sosok si anak. Letak ketidakadilan itu, misalnya, ketika yang kita temukan atau yang berusaha untuk kita temukan dari si anak itu adalah yang jelek-jeleknya saja atau yang minus-minusnya saja. Fatalnya lagi, terkadang itu kita jadikan semacam label untuk anak. Pelabelan (labelling) inilah yang kurang mendukung keinginan kita untuk membangun definisi-diri positif. Sebuah penelitian di Amerika mengungkap, setiap anak, sejak usia dini, menerima enam komentar negatif untuk setiap satu dorongan yang positif (Jack Canfield: 1982) Bagaimana dengan penyimpangannya, kenakalannya, kekurangannya? Tentu saja tetap kita awasi namun tetap diupayakan asas keadilan tadi.  Sebab, kalau kita hanya memuji terus namun mengabaikan teguran / koreksi yang faktanya itu dibutuhkan, ini juga bisa membikin anak salah persepsi tentang dirinya. Salah persepsi akan sama bahayanya dengan persepsi yang negatif.  
Terakhir, di atas dari tiga hal di atas, adalah keteladanan. Ini tentu kita sudah tahu semua. Yang selalu dibutuhkan adalah kesadaran baru dan kesadaran baru. Sebab, yang lebih kuat mendorong kita untuk melakukan sesuatu itu terkadang bukan pengetahuan, melainkan kesadaran baru.


Sumber : http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id

CARA MENINGKATKAN KONSEP DIRI DAN HARGA DIRI


A. Meningkatkan Harga Diri
1. Lakukan Sesuatu yang Membutuhkan Keputusan dan Tindakan
Anda mungkin telah lama berkeinginan menyambung hubungan dengan teman semasa kuliah, atau mungkin telah lama ingin membersihkan rumah dan menyotir barang-barang yang tak berguna ke gudang. Apapun itu, Anda akan merasa lebih percaya diri dengan merancang tujuan (walau hanya tujuan kecil) dan bertindak untuk mencapainya.
2. Nikmati Hal yang Anda Kerjakan dengan Bagus
Apa Anda memiliki hobby atau olah raga yang sangat Anda nikmati? Seperti berenang atau yoga, melukis atau menulis, hal yang menyita perhatian dan membuat Anda lupa waktu saat mengerjakannya. Lalu, ini membuat Anda merasa kompeten dan mampu melakukannya dengan baik. Melakukan hobby juga dapat jadi cara luar biasa untuk meningkatkan rasa percaya diri Anda. Jika Anda tak memiliki hobby khusus atau hiburan yang dapat Anda nikmati, coba lakukan sesuatu yang selalu ingin Anda coba. Bayangkan Anda melakukan itu, dan lalu lakukan! Tak perlu hal yang besar, bisa juga hal sederhana seperti bergabung dengan club jalan sehat misalnya. Anda akan menemukan diri Anda lebih terpusat dan bahagia dengan melakukan sesuatu yang membuat Anda terlibat setidaknya selama seminggu sekali.
3. Ganti Fokus
Terbukti selama ini orang-orang yang memiliki rasa rendah diri biasanya adalah orang-orang yang terlalu banyak berfokus pada diri sendiri. Anda dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri dengan mengerjakan sesuatu yang membuat Anda terfokus pada orang lain atau satu hal. Seperti saat Anda bertemu orang-orang baru, Anda akan menemukan rasa gugup Anda menghilang begitu lebih berfokus pada orang yang Anda temui, bukan diri sendiri. Pada akhirnya, Anda akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan merasa lebih cerah.
4. Bersikap Rileks
Belajar tentang bagaimana bersikap rileks merupakan sebuah peningkatan hidup yang luar biasa. Orang-orang yang bersikap rileks lebih sedikit mengalami masalah dengan kenangan buruk mereka dan mengikuti alur kehidupan. Melakukan meditasi juga cara populer untuk menumbuhkan perasaan rileks, Anda bisa memilih ikut yoga atau tai chi. Apapun metode yang Anda gunakan, lakukan relaksasi dengan serius. Keuntunngan dari hal ini amat luar biasa untuk sekedar diabaikan begitu saja. Jika selama ini Anda tak pernah memikirkan relaksasi sebagai hal penting, maka pikirkanlah sekarang juga.
5. Buat Daftar Hal yang Anda Kuasai
Buat daftar dalam skala kecil. Anda dapat membuat apapun yang berhasil Anda kuasai dalam sebuah daftar, seperti misalnya: lulus ujian mengemudi dan mendapat SIM, mencetak angka tertinggi saat main basket, mengatur tabungan dan masi banyak lagi. Mengetahui banyak hal yang Anda kuasai akan membuat Anda menyadari akan apa yang telah Anda capai.
Lima hal yang kami sampaikan di atas merupakan prinsip dasar yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri, namun Anda juga perlu menambah hal-hal ini secara permanen dalam kehidupan Anda. Selalu tanamkan dalam pikiran, karena tak semua orang terlahir dengan bakat percaya diri, kebanyakan dari kita harus bekerja untuk membangunya. Jadi, bangun rasa percaya diri dan harga diri ini dari pikiran Anda sendiri dan lakukan setiap hari untuk membuat Anda merasa nyaman.

B. Meningkatkan Konsep Diri
1. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri (Rakhmat 2001:104).
2. Membuka Diri
Pengetahuan akan dirikita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan.
Model ini menerangkan bahwa jendela yang satu tidak terpisah dengan jendela yang lain. pembesaran pada satu jenis jendela akan membuat jendela yang lain akan mengecil.
a. Open self, menyajikan informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan motif, dan ide-ide yang diketahui/disadari oleh diri kita dan orang lain.
b. Blind self, bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui/disadari orang lain namun tidak diketahui/disadari oleh diri kita sendiri.
c. Hidden self, bagian ini berisikan tentang data-data yang kita ketahui/sadari dari dalam diri kita sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. yang kita simpan untuk diri kita sendiri.
d. Unknown self, bagian ini merupakan aspek dari diri yang tidak kita ketahui ataupun orang lain mengetahuinya.
e. Makin luasnya open self seseorang, makin terbuka pula ia pada orang lain. hal tersebut menjadikan hubungan di antara keduanya semakin erat.
3. Percaya Diri
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnnya kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri. orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi persoalan. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan akan berbicara apabila terdesak saja. Tentu saja dalam aprehensi komunikasi disebabkan kurangnnya percaya diri; tetapi sebagai faktor dominan. Seperti pernyataan Maxwell Maltz dalam Rakhmat (2004:109) “ Belive in yourself and you’ll succed.”
4. Selektivitas
Menurut Anita Taylor dalam Rakhmat (2004:109) Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa Kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsikan pesan itu dan apa yang kita ingat. Secara singkat Rakhmar (2004:109) mengungkapkan bahwa konsep diri menyebabkan terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif.
Sumber thefubbys

LAPORAN OBSERVASI DI DTA AL-HUDA CITEUREUP KAWALI CIAMIS

BAB I

PROFIL DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH AL HUDA

DUSUN/DESA CITEUREUP KECAMATAN KAWALI

KABUPATEN CIAMIS


 

  1. LETAK GEOGRAFIS


     

        Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah al huda terletak di RT 02 RW 01 Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis provinsi Jawa Barat, kurang lebih 30 km dari ibu kota ciamis.


 

  1. SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH


 

    Pendidikan agama merupakan sektor yang paling penting dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berguna bagi suatu bangsa. namun demikian, tidak adanya suatu lembaga non formal yang menampung anak-anak usia sekolah dasar untuk mengikuti pendidikan agama islam khusisnya di Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis telah bermusyawarah melalui organisasi yaitu DKM Al Barokah untuk menyelenggarakan pendidikan agama islam bagi anak-anak melalui penyelengaran Tman kanak-kanak Al Qur'an dan Taman Pendidikan Al Qur'an yang berdiri mulai tahun 1965.

    Sebagai masyarakat yang peduli terhafap pendidikan, makasudah selayaknya kita berusaha mengembangkan pendidikan keagamaan tersebut. kemudian lembaga pendidikan ini berkembang dengan menyelenggarakan madrasah diniyah takmiliyah awaliyah.

    Oleh karena itu, diharapkan melalui pendirian madrasah diniyah Al Huda ini pendidikan keagamaan tersebar dengan cepat khususnya di lingkungan Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis dan masyarakat luas pada umumnya.

Madrasah Diniyah ini berdiri diatas tanah wakaf dari bapak H. Suhada bin Sastrawijaya (alm) dan sekarang telah mendapat pengakuan dari pemerintah melalui surat izin operasiomnal pada tahun 1965.


 

  1. TUJUAN, VISI DAN MISI MADRASAH


 

Tujuan Madrasah

    "Meningkatkan kualitas pendidikan agama islam yang handal sebagai bekal generasi masa depan dalam menghadapi tangtangan zaman ".


 

Visi

    "menjadikan diniyah takmiliyah awaliyah Al huda sebagai lembaga yang dipercaya dalam membentuk generasi islami yang berwawasan tinggi dan mandiri yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT ".


 

Misi

  • Meningkatkan kualitas pendidikan agama islam
  • Membentuk generasi yang berakhlak mulia
  • Mendorong terciptanya generasi yang berwawasan luas
  • Menciptakan insan yang berbudi luhur

    Strategi

    1. Memberi layanan pendidikan secara terpadu dengan mengoptimalkan saranaprasarana dan dan pendukung program-program pendidikan agama islam,

    2. Mengupayakan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak yang punyakepedulian tehadap upaya peningkatan pendidikan agama islam,

    3. Mengupayakan layanan pendidikan yang seimbang serta sesuai kebutuhan, potensi dan daya dukung yang dimiliki.


     

  1. KURIKULUM DAN KBM


 

    Salah satu pengelolaan kurikulum dan mempersiapkan proses pembelajaran di Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda adalah dengan penyusunan programan tahunan, program semester, agenda harian, alat evaluasi dan sarana pendukug lainnya.

    Adapun kurikulum yang digunakan oleh madrasah Diniyah Al Huda adalah kurikulum yang mengacu pada standar nasional kurikulum diniyah berbasis kompetensi. untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan dalan kurikulum, Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda memiliki program kegiatan belajar mengajar yaitu :

1. Prorgam pokok terdiri atas Al Qur'an Hadits, ibadah Syari'ah, aqidah akhlak, SKI, dan Praktek ibadah,

2. Program ekstra kurikuler, diantaranya : kaligrafi, murotal, tahfid Qur'an, seni Rebana dll,

3. Program khusus, yaitu : pembiasaan shalat berjamaah, tadarus Al Qur'an.


 

  1. EVALUASI PEMBELAJARAN


     

        Untuk mengetahui ketercapaian kurikulum dan daya serap santri, maka Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda mengadakan beberapa evaluasi yaitu :

    1. Ulangan harian

    2. Ulangan tengah semester

    3. Ulangan Akhir semester


     

  2. PERSONALIA MADRASAH


     

    1. Kepala madrasah         : Omang Komarudin, S.Pd.I
    2. Wakil kepala         : Ejen Zaenal Muttaqin
    3. Keadaan guru         

NO 

NAMA 

J/K 

IJAZAH 

JABATAN 

MENGAJAR 

 

Lilih Siti Hlaimah 

P 

MTS + Pontren 

GURU 

Kls.IV 

 

Irah  

P

SD + Pontren 

GURU 

Kls.III

 

Susi Sundari 

P

MTS  

GURU 

Kls.I

 

Rina Susilawati 

P

MA 

GURU 

Kls.II


 

  1. Keadaan Siswa

NO 

KELAS 

JENIS KELAMIN 

JUMLAH 

LAKI-LAKI 

PEREMPUAN 

 

Pra Diniyah A 

18 

10

28

 

Pra Diniyah B 

9 

8

17

 

I Ula 

10 

9

16

 

II Ula 

15 

12

27

 

III Ula 

6

10

16

 

IV Ula 

6 

7

13

 

I Wustha 

3 

7

10

 

II Wustha 

- 

-

-

Jumlah  

67 

64 

131 


 

  1. Keadaan Bangunan

NO 

NAMA 

JUMLAH 

KEADAAN 

KET 

 

Ruang Kantor 

- 

- 

 
 

Ruang belajar 

3 

Cukup 

 
 

Ruang perpustakaan  

- 

- 

 
 

Mesjid  

1 

Cukup 

 
 

WC 

2 

Cukup 

 
 

Tempat wudlu  

3 

Cukup  

 

Jumlah

9

  
  1. Administrasi Pendidikan
  • Buku induk Siswa
  • Absen Siswa
  • Absen Guru
  • Buku Laporan Pendidikan
  • Buku Daftar Nilai
  • Kartu Hafalan Siswa
  • Kartu Infaq Santri
  • Buku kas infaq Siswa
  • Kurikulum
  • Program Tahunan
  • Program semester
  • Agenda Harian
  • Notula Rapat
  • Jadwal Pelajaran
  • Kalender Pendidikan


 

  1. Sumber Pendanaan Madrasah
  • Infaq Siswa     : Rp 1.500,-/siswa/bulan
  • Donatur Tetap
  • Padi Perpanen


 

  1. Sarana Belajar
  • Buku Paket dari Depag
  • Buku-buku Perpustakaan
  • Meja, Kursi Guru
  • Papan Tulis
  • Alat Peraga


 

  1. Kedaan Lapangan
  • Lapangan Bermain


 

BAB II

ANALISIS SWOT TENTANG KEBERADAAN

DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH AL HUDA


 

  1. Kelebihan Madrasah (Strenght)


 

  • Memiliki warga belajar Pendidikan Anak Usia Dini (Kelompok Bermain)
  • Terjangkau alat transportasi
  • Pengadministrasian sudah berjalan
  • Adanya dukungan dari orang tua siswa
  • Adanya dukungan dari masyarakat yang berada di kota


 

  1. Kelemahan Madrasah (Weaknes)


 

  • Masih ada masyarakat yang kurang menyadari pentingnya pendidikan
  • Sarana prasarana pendukung masih terbatas
  • Tenaga ustadz/ah belum profesional serta masih bersifat relawan dan belum dapat menerima balas karyanya secara memadai


     

  1. Peluang (Opportunity)


 

  • Adanya kepedulian alumni dan masyarakat untuk memajukan madrasah
  • Adanya kesamaan cita-cita antara komite dan pengelola madrasah
  • Menggali potensi yang ada pada anak


 

  1. Tantangan Madrasah (Threat)


 

  • Mensosialisasikan keberadaan madrasah diniyah secara lebih luas ke masyarakat
  • Mengoptimalkan berbagai sarana pendukung yang ada
  • Waktu yang digunakan singkat
  1. Inovasi


 

    Untuk mengoptimalkan madrasah diniyah, maka komite bersama pengelola madrasah diniyah berencana untuk melakukan beberapa inovasi :

  1. Menambah program untuk madrasah diniyah
  2. mengadakan study banding dengan diniyah yang telah maju
  3. Menambah pengetahuan Ustadz/ah dengan mengikuti pembinaan yang silaksanakan oleh KKDT tingkat kecamatan
  4. Menambah sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain :
    1. Pengadaan mebeler meja siswa
    2. Pengadaan ruang Guru
    3. Pengadaan Ruang Perpustakaan
    4. Penambahan buku-buku perpustakaan
  5. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan agama islam,
  6. Mensosialisasikan Madrasah Diniyah secara lebih luas


 

  1. Prestasi


 

    Sampai saat ini, Madrasah Diniyah Takmiliyah Al Huda belum meraih kejuaraan dalam bidang apapun karena jarangnya mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan, baik di tingkat KKDT kecamatan maupun di pestipal-pestipal lainnya.


 

BAB III

KESIMPULAN


 

    Diniyah Takmiliyah Al Huda merupakan salah satu diniyah yang secara program pembelajaran dan pelaksanaan proses mangajarnya serta pengelolaanya telah mengacu pada setandar pengelolaan madrasah yang diharapkan, walaupun masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. akan tetapi kendala-kendala itu tentu saja akan menjadi pemicu bagi keberadaan madrasah diniyah ini untuk lebih meningkatkan kualitasnya.

    Dengan adanya diniyah takmiliyah awaliyah al huda ini, diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan generasi islam yang memiliki kualotas keimanan dan ketaqwaan yang handal dan berakhlak mulia sehingga mampu menghadapi tangtangan zaman.

MEMBANGUN KONSEP DIRI ANAK



Setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya pintar, cerdas, dan mampu menyelesaikan tugas-tugas akademik sekolah dengan baik, sukur-sukur rangking satu. Harapan inilah yang menyebabkan orang tua berlomba-lomba memfasilitasi berbagai macam keperluan anak, termasuk les privat berbagai macam. Harapannya agar anak menjadi siswa seperti yang diharapkan. Meskipun sudah dileskan berbagai macam pelajaran, masih banyak anak yang berprestasi rendah padahal berdasarkan tes inteligensi (IQ) anak termasuk berIQ rata-rata bahkan superior (lebih besar dari 110 skala Weschler).
Banyak teori untuk menjelaskan kenapa anak berprestasi di bawah potensinya (uncerachiever). Menurut Utami Munandar (2004), salah satu penyebabnya adalah latar belakang seorang, yang menyangkut rasa harga diri yang rendah. Rasa harga diri yang rendah adalah ketidakpercayaan atas kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan guru dari mereka. Untuk menutupi rasa harga diri mereka, biasanya dengan perilaku berani dan menentang atau dengan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri. Misalnya dengan menyalahkan sekolah atau guru atau dengan menyatakan tidak peduli atau tidak berusaha dengan sungguh-sungguh jika prestasi mereka kurang memuaskan.
Sering kita mendengar anak mengatakan "matematika memang susah", hal ini karena berkaitan dengan rasa harga diri yang rendah sehingga untuk menutupi kegagalan mereka menyalahkan pelajaran matematika atau gurunya. Menyalahkan pelajaran atau guru merupakan mekanisme anak untuk menghindari tanggung jawab untuk berprestasi.
Menurut Adi W. Gunawan (2004), harga diri yang rendah merupakan bagian dari konsep diri yang rendah. Apakah Konsep diri itu ? Konsep diri terdiri dari tiga komponen yaitu diri ideal (self ideal), citra diri (self image), dan harga diri (self esteem).

 
DIRI IDEAL (SELF IDEAL)
Sering kita mendengar atau menyaksikan anak meniru-niru gerakan pahlawan kartun semisal spiderman, batman, superman, power ranger, dll. Apa yang sering kita lihat dari perilaku meniru pahlawan kartun oleh anak pada dasarnya adalah proses pembentukan diri ideal. Anak melihat para pahlawan tersebut menunjukkan keberanian, rasa cinta kasih, ketabahan, ketekunan, kesabaran, integritas, kejujuran, dan masih banyak karakter positif lainnya. Secara tidak sadar anak sedang membentuk diri ideal yaitu ingin menjadi pahlawan kartun tersebut.
Menurut Adi W Gunawan (2004), diri ideal menentukan sebagian besar arah hidup kita. Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian. Diri ideal merupakan gabungan dari semua kualitas dan ciri kepribadian orang yang sangat kita kagumi. Diri ideal merupakan gambaran dari sosok seseorang yang sangat kita inginkan jika kita bisa menjadi orang itu.
Bila tidak hati-hati untuk membentuk atau memilih diri ideal secara sadar, kita akan cenderung menetapkan seseorang untuk menjadi diri ideal kita. Kita bisa melihat hal itu pada banyak kasus anak-anak. Ketika orang tua tidak dapat menampilkan sikap dan perbuatan yang ideal, jangan salahkan anak ketika menginginkan diri ideal pada tokoh-tokoh kartun, bintang film, penyanyi, dll. Celakanya, tokoh yang diidealkan anak banyak yang mempunyai masalah sosial seperti narkoba, minuman keras, perbuatan kriminal, dll. Bahkan film kartunpun banyak mempertontonkan kekerasan dan kesadisan. Berapa banyak anak yang bertindak agresif hanya gara-gara mencontoh tokoh idolanya di film kartun.
Pada anak kecil yang masih belum mengerti, orang tua sebaiknya sangat hati-hati dalam menetapkan diri ideal untuk anak. Banyak orang tua yang terlalu berambisi, yang akhirnya menyengsarakan anak karena menetapkan diri ideal yang terlalu sulit untuk dicapai oleh anak. Sebagai contoh, orang tua menuntut anak untuk selalu mendapatkan nilai 100 dalam setiap ulangan/tes dan jika tidak mencapainya anak akan dihukum. Ini adalah konsep diri ideal yang terlalu sulit dicapai oleh anak.

 
CITRA DIRI (SELF IMAGE)
Banyak anak merasa bahwa dirinya sangat "bodoh" untuk mengikuti pelajaran di kelas. Mereka mengeluhkan pelajaran yang sulit dimengerti seperti matematika, sulit menghafal seperti IPA, IPS dan PKn, serta berbagai macam kesulitan pelajaran yang lain. Berawal dari kesulitan ini lama-lama anak tidak menyukai pelajaran tertentu. Biasanya nilai pelajaran tersebut di bawah standar. Perasaan "bodoh" semakin melekat jika anak mendapat label "bodoh" dari lingkungan (orang tua, guru, teman, dan saudara). Akhirnya, anak akan merasa yakin bahwa dirinya memang "bodoh". Dalam hal ini anak mempunyai citra diri yang negatif yaitu merasa dirinya "bodoh".
Citra diri adalah cara kita melihat diri kita sendiri dan berpikir mengenai diri kita sekarang saat ini. Citra diri sering disebut sebagai "cermin diri". Kita akan senantiasa melihat ke dalam cermin ini untuk mengetahui bagaimana kita harus bertindak atau berlaku pada suatu keadaan tertentu. Kita akan selalu bertindak dan bersikap sesuai dengan gambar yang muncul pada cermin diri kita (Adi W Gunawan, 2004).
Misalnya bila anak melihat dirinya di dalam cermin diri sebagai orang yang percaya diri, tenang, dan mampu belajar dengan baik, maka setiap kali belajar anak akan merasa percaya diri, tenang dan mampu, serta akan selalu positif dan gembira. Pada akhirnya anak akan berprestasi dan mendapatkan hasil yang luar biasa. Jika ternyata karena suatu hal anak tidak berhasil (mendapat nilai jelek), ia akan mengabaikan kegagalan tersebut dan menganggap hanya suatu kondisi yang bersifat sementara karena ia nantinya pasti akan berhasil. Ini disebabkan citra diri anak sangat jelas
Perubahan atau peningkatan konsep diri yang paling cepat akan terjadi bila anak mengubah citra dirinya. Saat anak melihat dirinya dengan cara yang berbeda, ia akan bertindak dengan cara berbeda. Bila anak bertindak berbeda, ia akan merasa berbeda. Karena anak bertindak dan merasa berbeda, ia akan mendapatkan hasil yang berbeda.

 
HARGA DIRI (SELF ESTEEM)
Budi merasa dirinya paling "bodoh" di kelas karena nilainya selalu jelek. Atik merasa minder karena kulitnya hitam dan hidungnya "pesek". Anto malu bergaul dengan teman-temanya karena ia berasal dari keluarga miskin (bapaknya seorang penjual koran). Beberapa contoh di atas adalah konsep harga diri yang rendah. Padahal kalau di lihat lebih jauh, meskipun nilai pelajaran Budi selalu jelek tapi Budi jago bermain bola. Atik memang berkulit hitam, tapi ia anak yang rajin dan disiplin. Ia tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Meskipun Anto dari keluarga miskin, tapi Anto adalah anak yang pintar karena ia selalu rangkin satu.
Contoh di atas merupakan konsep harga diri yang rendah. Harga diri didefinisikan sebagai seberapa suka kita terhadap diri kita sendiri. Semakin kita menyukai diri kita, menerima diri kita, dan hormat pada diri kita sendiri sebagai seorang yang berharga dan bermakna, semakin tinggi harga diri kita. Semakin kita merasa sebagai manusia yang berharga, kita akan semakin positif dan bahagia.
Harga diri akan menentukan semangat, antusiasme, dan motivasi diri. Harga diri adalah penentu prestasi dan keberhasilan kita. Orang dengan harga diri yang tinggi memiliki kekuatan pribadi yang luar biasa besar dan dapat berhasil melakukan apa saja di dalam hidupnya. Banyak contoh disekeliling kita yang dapat kita jadikan contoh betapa luar biasanya nilai harga diri. Kalau kita melihat Tika Pengabean (artis, P. Projek, MC), jika ia mempunyai harga diri yang negatif seperti selalu menyesali badannya yang tambun (baca gemuk) dan wajahnya yang "tidak cantik", dipastikan ia tidak akan berhasil seperti sekarang.
Sekitar awal abad ke-20 kita mengenal seorang anak manusia bernama Helen keller. Sejak lahir ia buta, bisu, tuli, dan mempunyai masalah dengan perilaku. Semua orang menggap Hellen tidak punya masa depan, tetapi sang guru berpendapat lain. Hellen adalah anak yang cerdas meskipun ia buta, bisu dan tuli. Berkat ketekunan gurunya yang membangkitkan harga dirinya, ia mampu kuliah di Universitas ternama di AS. Prestasi akademiknya mampu melampaui mahasiswa yang normal. Pada saat mahasiswa yang lain tidur terlelap dalam dekapan malam, ia dengan dibantu pendampingnya sibuk membaca buku-buku teks yang menggunakan huruf braile sampai jari-jarinya terasa perih. Hellen Keller yang buta, bisu dan tuli menjadi pembicara terkenal di dunia dan menulis banyak buku. Cerita hidupnya menginspirasi jutaan orang yang buta, tuli dan bisu diseluruh dunia. Inilah motivasi luar biasa yang dihasilkan dari harga diri yang tinggi.

 
KESIMPULAN
Jadi, dalam konteks anak, diri ideal adalah orang/tokoh yang oleh anak sangat ingin menjadi di suatu waktu di masa depan. Diri ideal menentukan arah hidup, pertumbuhan, dan evolusi diri anak. Citra diri adalah cara anak melihat dirinya sendiri dan menentukan prestasinya di masa sekarang. Harga diri anak ditentukan oleh hubungan antara diri ideal dan citra dirinya.
Harga diri yang tinggi adalah dasar dari sebuah konsep diri yang positif dan merupakan unsur penting untuk mencapai keberhasilan. Semakin anak menyukai dan menghargai dirinya sendiri, ia akan semakin baik dalam mengerjakan sesuatu.
Orang tua yang mempunyai masalah dengan prestasi anak, mulai sekarang sebaiknya mulai merenungkan tentang hal ini. Sudahkan anak kita mempunyai konsep diri yang positif? Atau malah anak kita mempunyai konsep diri yang negative?.
Pada Posting selanjutnya insya Allah akan dibahas mengenai Cara Meningkatkan Konsep Diri dan Harga Diri.
 
SUMBER :
Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy, Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

TATAKRAMA SISWA DI SEKOLAH (Materi Bimbingan Konseling)


Setelah beberapah hari yang lalu saya mencoba membahas tentang Benarkah Adam Diciptakan dari Tanah ?, serta membahas tentang konsep manusia dalam sebutan Bani Adam, Basyar, Insan dan An Naas, maka pada posting kali ini saya mencoba memberikan referensi bagi guru Bimbingan Konseling (BK), dengan menyajikan beberapa materi yang dapat disampaikan pada Bimbingan Konseling, mudah-mudahan bermanfaat.
Anak-anakku, Islam mengatur seluruh bagian kehidupan, termasuk ketika kita belajar di sekolah. Kalian tentu sudah mengetahui bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dari mulai buaian sampai liang lahat. Dalam melaksanakan kewajiban belajar itu, tentu kita harus mengindahkan tatakrama dan sopan santun agar kita dapat meraih ilmu yang banyak sekaligus bermanfaat.
Anak-anakku, jika kalian sampai di sekolah, maka bersihkanlah dahulu sepatumu sebelum masuk ke kelas. Ketika kita masuk, bukalah pintu dengan lembut, masuklah dengan penuh sopan santun, tentu saja kita tidak boleh lupa untuk mengucapkan salam kepada teman-temanmu, karena itu adalah do'a yang harus selamanya kita baca ketika bertemu dengan sesama muslim, kenal maupun tidak kenal, tua maupun muda. Kemudian jabat tanganlah satu persatu dari temanmu dengan muka yang beseri-seri sambil berkata, "Bagaimana kabarmu pagi ini ?". Sungguh ini merupakan gambaran seorang siswa yang sangat akrab dengan teman-temannya, saling menyayangi, saling menghormati, dan terjalin ikatan tali silaturrahmi yang kuat. Begitu juga jika bertemu dengan guru-gurumu, maka berdirilah dan hampiri mereka dengan penuh kesopanan kemudian menjabat tangannya. Sungguh ini merupakan gambaran siswa yang berakhlak mulia, serta menunjukkan penghormatan yang tinggi kepada guru.
Jika bel telah berbunyi, maka berbarislah di depan kelas dengan tertib dan disiplin, tidak ngobrol atau main-main dengan teman kalian. Jika guru telah memberi isyarat untuk masuk kelas, masuklah dengan rapi dan tertib serta langsung menuju tempat duduk masing-masing dan duduk dengan duduk yang baik. Bagaimana cara duduk yang baik ? Duduklah dengan tegak tetapi rileks, dan tidak bersandar, karena bersandar itu menunjukkan sikap malas dan tidak sungguh-sungguh. Jangan sekali-kali menggerak-gerakan kedua kaki kalian, karena itu menunjukkan sikap tidak rapi dan tidak disiplin. Jangan tumpang kaki, tidak mengoprek, serta tidak menopang dagu, karena semuanya merupakan sikap duduk yang buruk dan tidak menunjukkan sikap duduk orang terdidik.
Selama guru menjelaskan pelajaran, hendaklah memperhatikan dengan penuh kesungguhan, jangan lirik kiri - lirik kanan, tetapi pusatkan perhatian kalian pada materi pelajaran yang disampaikan, dan mata kalian tujukan kepada wajah guru kalian atau terhadap alat peraga yang digunakan, hal ini dapat membantu penyerapan terhadap pelajaran, sehingga kalian paham dan mudah mengingatnya.
Selama belajar jangan sekali-kali bergurau, ngobrol dengan teman yang lain atau membuat kegaduhan, karena hal tersebut bisa merugikan diri kalian dan diri teman kalian. Ingatlah oleh kalian bahwa "Perhatian itu hanya satu, jika kalian sibuk dengan satu hal, maka kalian akan melupakan yang lain". Artinya jika kalian sibuk bergurau dengan temanmu, maka kamu akan melupakan gurumu yang sedang menjelaskan materi pelajaran. Jika demikian berarti kamu termasuk orang yang merugi, karena kamu tidak akan mendapatkan ilmu dari pembelajaran hari ini, karena kalian tidak memperhatikan guru kalian dan jika ulangan maka kalian tidak akan bisa menjawab pertanyaan, karena kalian tidak memperhatikan guru ketika menerangkan. Sungguh kita telah melakukan hal yang merugikan diri kita sendiri dengan hanya ngobrol dengan teman kita ketika sedang belajar. Semoga kita bisa mengubah kebiasaan buruk ini dan menggantinya dengan kebiasaan yang baik. Amin ya Rabbal 'Alamin.
Disarikan dari Akhlakul Lil Banin jilid 1, karya Umar Ahmad Baraja.

 

MENAMPILKAN GAMBAR PADA SIDEBAR BLOGGER

Setelah lelah membuat artikel tentang Benarkah Adam Diciptakan dari Tanah ? dan konsep manusia dalam sebutan Bani Adam, serta mempertimbangkan berbagai pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk menambah satu LABEL dalam blog ini yang tidak termasuk dalam dunia pendidikan, label itu sendiri bernama TIPS TRIK BLOG, label ini akan berisi tentang bagaimana pengalamanku dalam mengelola blog ini, so tidak apa-apa kalau ada orang yang mengatakan blog ini acak-acakan, yang penting bisa memberikan manfaat kepada orang lain yang membutuhkan. Baiklah ini posting pertama dalam label TIPS TRIK BLOG.
Setelah beberapa hari mengobrak-abrik Mr. Google, mencari tip menampilan gambar pada sidebar blogger, akhirnya setelah beberapa kali gagal, dan gagal, karena gambarnya selalu tidak muncul sampailah perjalananku ini pada hasil yang diharapkan.
Posting ini, merupakan bentuk kekesalanku, karena selama ini aku sulit banget, mencari halaman yang menjelaskan tentang cara menampilkan gambar pada sidebar blogger. Terus bagaimana tipnya, udah nggak sabar nih. OK deh ini dia tipnya :
1. Masuk ke http://blogger.com kemudian login dengan akun blogger masing-masing (Ya iyalah, masa pake password orang lain, he3x).
2. Klik pada DASHBOARD

DASBOR

3. Langkah ketiga, langsung masuk ke PERANCANGAN atau LAYOUT, bagi yang blognya berbahasa Inggris (bener nggak ya ?).

LAYOUT

4. Kemudian Klik Tambah Gadget (Add a Gadget), posisi sesuai selera masing-masing.

TAMBAH GADGET

5. Setelah Muncul Jendela Tambah Gadget maka sidebar sebelah kiri klik BASIC, kemudian Pilih Gadget jenis TEXT.

TEXT

6. Setelah muncul jendela Configure Text, pastikan pada sudut kanan atas dari kolom Content ada tulisan EDIT HTML, bukan RICH TEXT (ngaruh nggak ya ?).

KONFIGURE TEXT

7. Untuk Kolom Title, silahkan isi sesuai selera, tidak diisi juga tidak jadi masalah. Adapun pada kolom Content ketikan Kode di bawah ini :

<p><img src="LINK GAMBAR " alt="JUDUL PHOTO"/> </p>

selanjutnya tulisan LINK GAMBAR, ganti dengan lokasi gambar yang telah tersimpan di web tempat penyimpanan gambar, seperti Photobucket.com, Tinypictures.com dan sebagainya. Adapun JUDUL PHOTO, ganti dengan judul photo yang dikehendaki, judul ini akan muncul ketika gambar tidak bisa dimunculkan.
8. Tekan SAVE. Kalau tidak ada kesalahan dalam Link Gambar, bisa dipastikan gambar akan tampil pada sidebar seperti ini :

HASIL

9. Terakhir, ini yang paling penting, kalo ada yang mau Copy Paste posting ini, jangan lupa ya untuk menyebutkan sumbernya di http://Jawharie.blogspot.com.
10. OK selamat mencoba, kalau tidak keberatan, ditunggu komentarnya. Thanks.

KENAPA MANUSIA DISEBUT BANI ADAM ?

Setelah pada posting yang lalu kita menggali tentang Benarkah Adam Diciptakan dari Tanah ? pada posting kali ini, kita akan mencoba membahas tentang konsep manusia sebagai Bani Adam.

Jika kita perhatikan pertanyaan di atas, maka jawaban yang paling dekat dari pertanyaan tersebut adalah karena manusia itu pada hakikatnya adalah turunan dari manusia pertama yang bernama Adam, karena itulah disebut Bani Adam (Keturunan Adam). Jawaban ini tentu tidak salah, tetapi ada rahasia yang sangat agung kenapa Allah menyebut manusia sebagai Bani Adam. Allah swt. berfirman dalam al Quran surat al Isra ayat 70 :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70)

70. Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan. (QS. Al Isra [17]:70)

Jika kita simak, kenapa Allah tidak menyebutkan nama lain dari manusia seperti, insan, basyar atau an-Naas, tetapi Allah menggunakan istilah Bani Adam ? tentu ada rahasia besar yang terkandung dalam istilah Bani Adam.

Al Quran merupakan kalam yang agung, karena itu pemilihan katanya pun sangat selektif dan tentu saja sangat sesuai dengan tuntutan alur kalam. Pada ayat di atas Allah secara tegas mengatakan bahwa Dia memuliakan anak-anak Adam dengan memberi mereka akal, bisa berbicara, bisa menulis, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bentuk tubuh yang baik, bisa berdiri tegak serta bisa mengatur kehidupan, baik sekarang di dunia maupun untuk nanti di akhirat.

Menurut Ibnu Katsir, Allah memuliakan manusia dengan bisa berjalan tegak di atas kedua kakinya, bisa mengambil makanan dengan kedua tangannya, sedangkan makhluk yang lain tidak bisa melakukan dua hal tersebut secara bersamaan, mereka berjalan dengan keempat kakinya dan mengambil makanan dengan mulunya. Manusia juga dimuliakan oleh Allah dengan memberi mereka pendengaran, penglihatan dan hati, dimana ketiganya merupakan modal yang berharga untuk memahami segala hal, kemudian mengambil manfaat dari hal tersebut. Selain itu tiga alat ini merupakan modal dalam membedakan segala sesuatu, mengetahui manfaatnya, mengetahui keistimewaan serta kemudaratannya, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.

Selain keistimewaan di atas, Allah juga menaklukan berbagai binatang, sehingga bisa dijadikan tunggangan oleh manusia, dan manusia bisa melakukan perjalanan di daratan dunia ini dengan mudah. Kemudian Allah juga menaklukan semua makhluk yang ada di dunia, baik benda hidup maupun benda mati, sehingga manusia dapat mengarungi lautan dengan perahu yang dibuatnya, kemudian Allah memberikan rizki yang halal sekaligus bergizi kepada manusia, baik berupa makana pokok, buah-buahan, daging, susu dan lain-lain. Selain itu Allah memberikan rizki dalam bentuk lain, seperti warna-warna yang cerah dan menarik, hal ini dapat kita lihat pada pemandangan yang indah, pakaian yang bagus dan lain-lain.

Kemudian Allah menjadikan Bani Adam bisa mengungguli makhluk-makhluk yang lain dalam berbagai hal, walaupun makhluk itu ukurannya lebih besar dari manusia, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil bahwa manusia itu lebih mulia dari malaikat.

Dari uraian di atas, kita dapat menangkap bahwa kenapa Allah menggunakan istilah Bani Adam, karena pada ayat ini Allah akan menjelaskan bagaimana manusia itu lebih unggul dibanding makhluk manapun, oleh karena itu penggunaan istilah Bani Adam dapat mempertegas bagaimana unggulnya manusia dibanding dengan makhluk lain, seperti unggulnya Nabi Adam dibanding malaikat, dimana malaikat pernah diperintah oleh Allah untuk memberi penghormatan kepada Adam. Dengan demikian maka konsep manusia sebagai bani Adam adalah bahwa manusia itu memiliki banyak keunggulan dibanding makhluk yang lain, sehingga makhluk yang lain tunduk kepada manusia dan dipersiapkan untuk kemaslahatan manusia sebagai predikat khalifah dimuka bumi ini. Wallahu A'lam.

Pada tulisan selanjutnya kita akan membahas bagaimana konsep manusia sebagai Basyar, Insan dan An-Naas. Tidak sabar ingin membacanya ? silahkan klik linknya.

Referensi : Tafsir Ibnu Katsir.


 

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JawHarie.Blogspot.com - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger