Konversi Agama

I. Pengertian Konversi Agama
Dampak yang paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang dialami oleh manusia. Alienasi muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan, makhluk-Tuhan, aku-yang lain, kapitalis-proletar, dll. Akhirnya terjadilah gejala reifikasi atau pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut. Ini disebut pula objektivikasi, yaitu manusia memandang dirinya sebagai objek, seperti layaknya sebuah benda.
Dalam filsafat kita mengenalnya dengan aliran materialisme. Semakin kuat pengaruh materialisme, semakin kuat pula gejala alienasi (keterasingan) diderita umat manusia. Anda pasti tidak menghendaki filosofi akan berdampak sedemikian menyedihkan. Dan masyarakat dunia Barat adalah yang paling menderita karena materialisme memang berkembang biak sangat subur di sana.
Jika Anda membayangkan bahwa Anda terasing dengan orang-orang di sekitar Anda, mungkin Anda bisa mengalihkannya dengan sibuk dengan diri sendiri. Tetapi, bagaimana jika Anda terasing dengan diri Anda sendiri? Degradasi moral sering terjadi karena manusia tidak mampu mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini. Narkotika, seks bebas, bahkan bunuh diri sering menjadi pelarian. Hidup tampaknya menjadi tidak berarti lagi. Mereka yang tertolong atau segera menemukan pencerahan dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan memeluk suatu keyakinan yang baru. Suatu keyakinan yang akan membuat hidupnya terasa lebih berarti, hidup yang bertujuan, yaitu kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah, atau konversi. Dalam bahasa agama disebut pertobatan (taubat, metanoia).
Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:
Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
1. Pengertian Konversi Agama Menurutu Etimologi.
Pengertian konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another). Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
~ Heirich. Heirich (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya
~ James. James (dalam Ramayulis, 2002) mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: “to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”. “berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama”.
~ E.Clark. Clark (dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.

Kesimpulan Pengertian Konversi Agama
Yang dimaksud dengan konversi agama ialah: perobahan pandangan seseorang atau sekelompok tentang agama yang dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama yang lain.
Ciri-ciri seseorang melakukan konversi agama, menurut Ramayulis (2002) adalah
1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Perubahan yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berperoses atau secara mendadak.
3. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang di anutnya sendiri.
4. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.
5. Jenis Konversi Agama
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
2. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut Abdalla, senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya. Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku ke system kepercayaan yang lain.

II. Faktor-Faktor Penyebab Konversi Agama
A. Penido (dalam Ramayulis, 2002), berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur:
1. Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
2. Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan. Sedangkan berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan factor yang manjadi pendorong konversi (Motivasi konversi). James dan Heirich (dalam
Ramayulis, 2002), banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut menurut pendapat dari para ahli yang terlibat dalam berbagai disiplin ilmu, masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama di sebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.

B. Para Ahli Agama,
Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
C. Para Ahli Sosiologi,
Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama karena pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:
1. Pengaruh hubungan antara pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan, ataupun bidang keagamaan yang lain).
2. Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jka dilakukan secara rutin hingga terbiasa. Misal, menghadiri upacara keagamaan.
3. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, famili dan sebagainya.
4. Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu pendorong konversi agama.
5. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6. Pengaruh kekuasaan pemimpin. Yang dimaksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Misal, kepala Negara, raja. Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara pesuasif (secara halus) dan pengaruh yang bersifat koersif (memaksa).

D. Para Ahli Ilmu Jiwa,
Para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh factor intern maupun faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga ia mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram.

E.James,
Dalam uraiannya James (dalam Ramayulis, 2002) yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut:1.Konversi terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.2.Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Kemudian James mengembangkan Faktor Penyebab konversi itu mengembangkan menjadi tipe Volitional (perubahan bertahap), konversi agama ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran. Kedua, tipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap
suatu agama yang dianutnya. Pada konversi agama tipe kedua ini James (dalam, Ramayulis, 2002) mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya. Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjauan psikologi tersebut yaitu dikarenakan beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Intern meliputi, pertama, Kepribadian. Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehiduan jiwa seseorang. Dalam penelitiannya, James (dalam Ramayulis, 2002) menemukan bahwa tipe melankolis (orang yang bertipe melankolis memiliki sifat mudah sedih, mudah putus asa, salah satu pendukung seseorang melakukan konversi agama adalah jika seseorang itu dalam keadaan putus asa) yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya. Kedua, faktor pembawaan. Menurut Sawanson (dalam Ramayulis, 2002) ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stress jiwa, karena pada umumnya anak tengah kurang mendapatkan perhatian orangtua. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.
2. Faktor Ekstern meliputi, pertama faktor keluarga. keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan alinnya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya. Kedua, Lingkungan tempat tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung hinggakegelisahan batinnya hilang. Ketiga, Perubahan status. Perubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, menikah dengan orang yang berbeda agama dan sebagainya. Keempat, Kemiskinan. Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan factor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama.

F.Para Ahli Ilmu Pendidikan,
Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumentasi bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.

G. MenurutProf.DR.Zakiah. Daradjat (1986),
Faktor-faktor terjadinya konversi agama meliputi:
1. Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan, orang-orang yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema, itu mudah mengalami konversi agama. Di samping itu sering pula terasa ketegangan batin, yang memukul jiwa , merasa tidak tenteram, gelisah yang kadang-kadang terasa tidak ada sebabnya dan kadang-kadang tidak diketahui. Dalam semua konversi agama, boleh dikatakan, latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan
2. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara faktor-faktor penting dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya sehingga terjadi konversi tersebut. Diantara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi padanya konflik konversi agama, adalah keadaan mengalami ketegangan yang konflik batin itu, sangat tidak bisa, tidak mau, pengalaman di waktu kecil, dekat dengan orang tua dalam suasana yang tenang dan aman damai akan teringat dan membayang-bayang secara tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dlam peristiwa-peristiwa tertentu menyebabkan konversi tiba-tiba terjadi. Faktor lain yang tidak sedikit pengaruhnya adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid-masjid atau gerejagereja. Melalui bimbingan lembaga-lembaga keagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalamkonflik jiwa atau ketegangan batin yang tidak teratasi.
3. Ajakan/seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa diantara peristiwa konversi agama terjadi karena pengaruh sugesti dan bujukan dari luar. Orang-orang yang gelisah, yang sedang mengalami kegoncangan batin, akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan-bujukan itu. Karena orang-orang yang sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera terlepas dari penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh keadaan ekonomi, sosial, rumah tangga, pribadi atau moral.
4. Faktor-faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa, emosi adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.
5. Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang itu sendiri untuk memeluk kepercayaan yang lain Selain faktor-faktor diatas, Sudarno (2000) menambahkan empat factor pendukung, yaitu:
6. Cinta, cinta merupakan anugrah yang harus dipelihara, tanpa cinta hidup tidak akan menjadi indah dan bahagia, cinta juga merupakan salah satu fungsi sebagai psikologi dan merupakan fitrah yang diberikan kepada manusia ataupun binatang yang banyak mempengaruhi hidupnya, seseorang dapat melakukan konversi agama karena dilandaskan perasaan cinta kepada pasangannya.
7. Pernikahan, adalah salah suatu perwujudan dari perasaan saling mencintai dan menyayangi.
8. Hidayah “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikendaki- Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-Qasas:56) “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang
siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al An’am: 125) Ayat-ayat Al-Qur’an diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bagaimanapun usaha orang untuk mempengaruhi seseorang untuk mengikuti keyakinannya, tanpa ada kehendak dari Allah SWT tidak akan bisa. Manusia diperintah oleh Allah SWT untuk berusaha, namun jangan sampai melawankehendak Allah SWT dengan segala pemaksaan.
9. Kebenaran agama, menurut Djarnawi (Sudarno, 2000) agama yang benar adalah yang tepat memilih Tuhannya, tidak keliru pilih yang bukan Tuhan dianggap Tuhan. Kebenaran agama yang dimaksud tidak karena paksaan, bujukan dari orang lain, akan tetapi lewat kesadaran dan keinsyafan antara lain melalui dialog-dialog, ceramah, mempelajari literatur, buku-buku dan media lain.




III. Proses Konversi Agama
Perubahan yang terjadi tetap melalui tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu dikemukakan:

A. Carrier
Carrier (dalam Ramayulis, 2002)membagi proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
2. Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang .Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama.
3. Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
5.
B. Wasyim.
Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1. Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
2. Adanya rasa pasrah
3. Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya
realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.

IV. Kessimpulan
1. Kesimpulan Pengertian Konversi Agama
Yang dimaksud dengan konversi agama ialah: perobahan pandangan seseorang atau sekelompok orang tentang agama yang dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama yang lain.
1. Jenis konversi agama dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
2. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
3. Faktor penyebab konversi agama pertama, faktor Intern, meliputi kepribadian, emosi, kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. kedua, faktor ekstern, meliputi, factor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, cinta, pernikahan.
4. Tahap Proses Konversi Agama meliputi: masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tenang dan tentram, masa ekspressi konversi.
DAFTAR BACAAN
Jalaludin drs, Cs : Pengantar Ilmu Jiwa Agama; Penerbit Kalam Mulia, Jakarta,1987.
Sujanto, Agus Drs :Psikologi Umum; Penerbit Aksara Baru, Cet Ketujuh, Jakarta,1989
setiyo purwanto
http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama; Penerbit Bulan Bintang 1970

Sistem Penilaian dan Program Tidak Lanjut

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, di antaranya: a) potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat, b) mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill), c) persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil, d) persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan, dan 5) persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas mengenai standar kompetensi lulusan.

B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah sebagai figure intelektual didalam lingkungan masyarakat dan sebagai calon pendidik yang diharapkan mempunyai wawasan yang luas dalam berbagai disiplin ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum, sehingga tidak diharapkan seorang guru itu GapTek (gagap teknologi) atau kehabisan materi ketika penyampaikan suatu pelajaran sehingga tidak ada lagi sesuatu yang disampaiakn, atau lagi tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh murid.
Melihat pentingnya hal diatas maka penulis menulis makalah ini dengan beberapa tujuan penting, yaitu :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang isi/latar belakang mengenai materi Perencanaan Pembelajaran.
2. Ikut serta dalam memperkenalkan mata kulyah Perencanaan Pembelajaran terutama pada materi tentang Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas, Ragam Penilaian Kelas, Program, Tindak Lanjut, Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya.
3. Sebagai bahan diskusi dalam Mata Kulyah Perencanaan Pembelajaran semester Vb Fakultas Tarbiyah Pend. Agama Islam IAID Ciamis.

C. Batasan Pembahasan
Mengingat luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Bimbingan dan Penyuluhan khususnya landasan filosofis dan dengan terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu kami merasa perlu untuk membatasi ruang lingkup pembahasan agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam, yaitu hanya membahas tentang Sistem Penilaian Dan Program Tindak Lanjut yang didalamnya meliputi Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas, Ragam Penilaian Kelas, Program, Tindak Lanjut, Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya.



BAB II
PEMBAHASAN
(SISTEM PENILAIAN DAN PROGRAM TINDAK LANJUT)


Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk didalamnya kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Penilaian berbasis kelas menggunakan pengertian penilaian sebagai “assessment” yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.

A. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas
1. Pengertian Penilaian Otentik (Autehentic Assessment)
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Brikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik :
a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from instruction).
b. Pnenilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems). Bukan masalah dunia sekolah (school workkind of problems)
c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karasteristik dan essensi pengalaman belajar.
d. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, apektif dan sensorimotorik)
2. Tujuan Penilaian Kelas
a. Penelurusan (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
b. Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajran.
c. Pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
d. Menyimpulkan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh komptensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
3. Fungsi Penialian Kelas
Fungsi Motifasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motifasi siswa untuk belajar. Latihan tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun secara kelompok.
Fungsi Belajar Tuntas, penilaian dikelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah : Apakah siswa sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari siswa yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kemampuan tersebut.
Fungsi Sebagai Indikator efektipitas Pengajaran, disamping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
Fungsi Umpan Balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilain harus sangan bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu maupun kelompok.
4. Prinsip Penilaian Kelas
a. Mengacu ke kemampuan (competency referenced).
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemnampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum.
b. Berkelanjutan (continuous)
Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dalam tahun ajaran.

c. Didaktis
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
d. Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik.
e. Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan anlisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal yang positif yang diberikan siswa.
5. Prosedur dan Metode Penilaian
Penilaian kelas yang baik mensyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktifitas proses belajar mengajar (PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh guru. Keterkaitan dengan keterpaduan antara penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus di bawah ini:

Pada gambar diatas tampak jelas bahwa langkah yang guru lakukan dalam rangkaian aktifitas pengajaran meliputi penyusunan rencana pengajaran, proses belajar mengajar, penilaian, analisa dan umpan balik. Dalam menyususn rencana mengajar ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian komptensi yang harus dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indicator pencapaian komptensi, pengalaman belajar yang harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang harus diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilai ketercapaian komptensi.
Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian komptensi dan sekaligus unguk mengukur efektifitas proses pembelajaran. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan dalam proses pembelajaran berikutnya.
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengelaman belajar yang dilaluinya.

B. Ragam Penilaian Kelas
1. Test Tertulis
a. Tujuan Penggunaan Test
• Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan).
• Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau pemahaman)
• Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai
• Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupuan secara kelompok
• Monitoring standar pendidikan
b. Fungsi
• Formatif di kelas atau classroom formative assessment bertujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar
• Sumatif di kelas atau classroom summative assessment betujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara menyeluruh
c. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
OBYEKTIF
1) Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan komptensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall)dan pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi.
Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan jawaban). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).
2) Benar/Salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah atau ya dan tidak. Dalam menyusun instrument pernyataan benar salah harus diusahakan menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta test dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar/salah.
3) Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berfikir yang terlibat cenderung rendah.
NON OBJEKTIF
4) Jawaban Singkat/Isian Singkat
Tes bentuk jawaban atau bentuk jawaban atau isian singkat dibuat untuk menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor satu untuk jawaban benar salah skor kosong untuk jawaban salah.
SOAL URAIAN
5) Uraian Objektif
Pertanyaan yangbisa digunakan adalah simpulan, tafsirkan, dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes objektif adalah : a). menulis soal berdasarkan indicator pada kisi-kisi, dan b). mengedit pertanyaan.
6) Uraian Bebas
Bentuk instrument ini dapat dipakai untuk mengukur komptensi-komptensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
7) Pertanyaan Lisan
Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
2. Penilaian Kinerja (performance assessment)
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta test diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan didalam berbagai konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa penilaian kerja adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai macam konteks sesuai dengan ktiteria yang diinginkan.
a. Langkah-langkah penilaian kinerja
1). Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang dapat dilakukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2). Menuliskan prilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3). Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa melaksanakan tugas.
b. Metode yang dapat digunakan
1). Metode holistic, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaiam ,ereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2). Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai dapat menggunakan checklist dan rating scale.
3. Penilaian Portofolio
Portopolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian.
a. Tujuan portopolio
• Menghargai perkembangan yang dialami siswa
• Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
• Member perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik, dan lain-lain
b. Prinsip portopolio
• Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa
• Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa
• Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru
• Kepuasan (satisfaction)
• Kesesuaian (relevance)
• Penilaian proses dan hasil
c. Metode portopolio
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah : hal yang sangat penting terdapat beberapa caraportopolio tetapi semuanya mengandung hal yang paling penting yaitu : 1) pengumpulan (storing), 2) pemilihan (sorting) dan 3) penetapan (dating) dari suatu tugas (task). Menurut nitko (2000), secara umum penilaian portopolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portopoliuo ideal, portopolio penampilan, portopolio dokumentasi, portopolio evaluasi dan portopolio kelas.
d. Pedoman penerapan penilaian portopolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam penggunaan penilaian portopolio disekolah sebagai berikut. Yaitu : memastikan bahwa siswa memiliki berkas portopolio dan bahan penilaian.
e. Contoh penilaian portopolio
Contoh tugas portopolio
• Siswa diminta membuat rancangan pengamatan (dibantu dengan lembar kerja dari guru) mengenai materi-materi satu semester yang akan diberlakukan eksperimentasi.
• Melakukan kegiatan eksperimentasi sesuai dengan alokasi waktu pokok bahasan dengan yang direncanakan
• Membuat suatu hasil pengamatan berpokok bahasan yang dieksperimenkan dan mencari tentang factor-faktor yang berpengaruh terhadap percobaannya.
• Siswa diminta melakukan diskusi tentang hasil percobaan dan mengambil suatu generalisasi dari hasil percobaan tersebut.
4. Penilaian Proyek
a. Konsep penilaian proyek
Yang dimaksud proyek adalah : tugas yang harus diselesaikan dalam priode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa inpestigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga menyajikan data.
Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan suatu proyek, misalnya pada saat :
• Merencanakan dan mengorganisasikan inpestigasi;
• Bekerja dalam tim; dan
• Arahan diri
b. Konteks dan tujuan penilaian proyek
Dikelas, guru menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada suatu topic, mempormulasikan pertanyaan, dan meyelidiki topic tersebut melalui bacaan dan wawancara.
c. Perencanaan penilaian proyek
Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan :
• Kemampuan pengelolaan, jika siswa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topic yang tepat.
• Relepansi, guru harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dijadikan sumber bukti.
• Keaslian, guru perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan kepada siswa
d. Judging proyek
• Metode judgement proyek dapat dinilai secara holistic maupun analytic pada proses maupun produknya. Secara holistic, nilai tunggal mencerminkan kesan umum, sedangkan secara analytic, nilai diberikan pada beberapa aspek.
• Keterbandingan judgiment dikelas, keterbandingan nilai proyek tidak begitu penting. Akan tetapi guru harus tetap yakin bahwa nilainya dapat dimengerti siswa.
e. Estimasi dan pelaporan prestasi
Penilaian proyek merupakan salah satu bukti untuk ditempatkan pada peta kemajuan belajar siswa. Nilainya dapat dilakukan secara subtektif maupun objektif.
f. Contoh penilaian proyek
• Talk show bersama ahli (expert) dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi dan anggota koperasi.
• Membuat laporan atau makalah dari kegiatan obserpasi
• Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi makalah yang telah disusun berdasarkan hasil obserpasi tersebut.
5. Penilaian Hasil kerja
Terdapat dua tahapan penilaian yaitu : pertama, penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya atau kerja siswa.
6. Penilain Sikap
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga metode belajar dalam rangka pembentukan sikap.
• Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung pengamatan dan peniruan melalui model (lerning through moderling).
• Menerima penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative).
• Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan.
a. Sikap dan objek sikap yang perlu dimiliki
b. Tindak lanjut
c. Cara-cara menilai prilaku
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, cara-cara tersebut antara lain : observasi prilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan sekala sikap.
d. Contoh penilaian sikap
7. Penialian Diri
Penilaian diri ditingkat kelas (PDK) atau classroom self assessment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) ditingkat kelas.
a. Ciri penilaian diri
• Termotipasi diri;
• Adanya komitmen kepala sekolah;
• Tersosialisasi dengan baik;
• Pelangsung berkesinambungan;
• Transparansi;
b. Kriteria penilaian diri
Kriteria penilaian diri meliputi : 1) isi materi yang diajarkan, 2) presentasi apa yang telah di ajarkan, dan 3) kerjasama diantara pimpinan sekolah.
c. Contoh penilaian diri
8. Peta Perkembangan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis continuum (grafik perkembangan) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan atau komptensi hasil belajar siswa dinamakan peta perkembangan hasil belajar
9. Analisis Instrumen
Suatu instrument hendaknya dianalisis sebelum digunakan. Tujuannya adalah : untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instumen yang telah dianalisis secara kuanlitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrument tersebut.
Untuk mengetahui efektipitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrument dengan mengikuti acuan kriteria yang dicerminkan dari besarnya harga indeks sensitivitas.
10. Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus melakukan evaluasi terhadap test dan menetapkan setandar keberhasilan. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui komptensi dasar, materi, atau indicator yang belum mencapai ketuntasan. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakan instrument penilaiannya terlalu sulit, apakah instrument penilaian sudah sesuai dengan indikatornya, atau kah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang tepat.

C. Program Tindak Lanjut
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktifitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Sedangkan mengajar pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas adalah agar murid dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
1. Masalah-masalah Belajar
Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
a. Sangat cepat dalam belajar
b. Keterlambatan akademik
c. Lambat belajar
d. Penempatan kelas
e. Kurang motif dalam belajar
f. Sikap dan kebiasaan buruk
g. Kehadiran di madrasah
2. Identifikasi Murid Bermasalah
Penetuan siapa murid yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :
a. Penilaian hasil belajar
b. Pemanfaatan hasil test inteligensi
c. Pengamatan (observasi)

3. Pengungkapan Sebab-sebab Masalah Belajar
Dalam mengungkapakan sebab-sebab terjadinya masalah belajar yang dialami oleh murid ada dua tahap yang harus dilalui yaitu : a). Tahap menentukan letak (lokasi) masalah, dan b). Tahap memperkirakan sebab-sebab terjadinya masalah belajar (Koestoer P dan Hadfisaputro, 1978).
a. Factor-faktor yang bersumber dari murid
1) Tingkat kecerdasan rendah
2) Kesehatan yang sering terganggu
3) Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik
4) Gangguan alat perceptual
5) Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik
b. Factor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
1) Kemampuan ekonomi orang tua yang kurang memadai
2) Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tua
3) Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak
4) Orang tua pilih kasih terhadap anak
c. Factor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah/madrasah dan masyarakat
Maslah masalah yang dialami murid dalam belajar tidak saja bersumber dari keadaan rumah tangga atau keadaan murid, tetapi juga dapat bersumber dari sekolah atau madrasah atau lembaga pendidikan itu sendiri.
4. Membantu Murid Mengatasi Masalah belajar
a. Program Perbaikan
1) Cara yang ditempuh
Kegiatan pokok dalam pengajar perbaikan terletak pada usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang terjadi pada murid berkenaan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya.
2) Materi dan waktu pelaksanaan program perbaikan
a) Setelah mengikuti test atau ujian komptensi dasar tertentu
b) Setelah mengikuti test/ujian blok atau sejumlah komptensi dasar dalam satu kesatuan
c) Setelah mengikuti test atau ujian komptensi dasar atau blok terakhir. Khusus untuk memperbaiki terakhir ini hanya diberlakukan untuk komptensi dasar atau blok terakhir dari komptensi dasar atau blok blok yang ada pada smester tertentu
b. Program Pengayaan
Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat belajar.
c. Program Akselerasi (percepatan).
Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relative cepat.
Agar program percepatan secara alami dapat dilaksanakan dengan baik, maka program-program pembelajaran perlu di kemas dalam satuan-satuan, dan disiapkan dengan cermat serta rinci dalam bentuk modul atau paket-paket pembelajaran.

D. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil pengajar guru. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotifasi siswa, dari untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru, pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah dan orang tua siswa. Dukungan ini kan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
1. Pelaporan hasil penilaian
a. Laporan untuk siswa dan orang tua
b. Laporan untuk sekolah, dan
c. Laporan untuk masyarakat
2. Pemanfaatan hasil penilaian
a. Untuk siswa
b. Untuk orang tua, dan
c. Untuk guru dan kepala sekolah/madrasah
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah/madrasah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat didorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar member fasilitas belajar lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua pelajaran.
Informasi yang diperlukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa. Guru memerlukan informasi yang spesifik untuk masinbg-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah/madrasah memerlukan informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah. Contoh : laporan proofil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada lampiran.



BAB III
KESIMPULAN

Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk didalamnya kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Penilaian berbasis kelas menggunakan pengertian penilaian sebagai “assessment” yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas didalamya meliputi Prosedur dan Metode Penilaian, Prinsip Penilaian Kelas, Fungsi Penialian Kelas, Tujuan Penilaian Kelas dan Pengertian Penilaian Otentik (Autehentic Assessment),
Ragam Penilaian Kelas juga didalamnya meliputi Test Tertulis, Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Portofolio, Penilaian Proyek, Penilaian Hasil kerja, Penilain Sikap, Penialian Diri, Peta Perkembangan Hasil Belajar, Analisis Instrumen dan
Evaluasi Hasil Penilaian.
Program Tindak Lanjut yang memiliki kriteria mengenai Masalah-masalah Belajar, Identifikasi Murid Bermasalah, Pengungkapan Sebab-sebab Masalah Belajar, Membantu Murid Mengatasi Masalah belajar.
Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya. Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah/madrasah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat didorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar member fasilitas belajar lebih baik.


Reference Book :
Majid, Abdul ( ), Perencanaan Pembelajaran : mengembangkan standar komptensi guru, Bandung : Remaja Rosdakarya

Konsep Perencanaan Pengajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pendidikan, karena pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran perlu direncanakan secara matang agar dapat dilakukan dengan baik dan mencapai pada tujuan yang diinginkan, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari bersikap buruk menjadi baik dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Mahasiswa tarbiyah merupakan calon guru di masa yang akan datang yang dituntut memiliki kompetensi profesional dalam melaksanakan tugasnya disamping kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Guru yang profesional akan melaksanakan tugasnya berdasarkan kepada ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan keguruan, diantara ilmu pengetahuan tersebut adalah ilmu yang mejelaskan tentang perencanaan pembelajaran dalam upaya meraih tujuan pembelajaran dengan maksimal. Berdasarkan hal tersebut di atas, makalah ini akan membahas tentang Konsep Perencanaan Pengajaran, sebagai upaya memahami bagaimana rancangan pembelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai calon guru di masa yang akan datang.
B. Tujuan Penulisan
Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan merupakan hal mutlak yang harus ada pada diri seorang guru, karena itu penulisan makalah ini didasarkan kepada beberapa tujuan di bawah ini :
1. Menjelaskan pengertian perencanaan pengajaran
2. Menjelaskan dimensi-dimensi perencanaan
3. Menjelaskan manfaat perencanaan pengajaran
Disamping tujuan di atas penyusun berharap makalah ini menjadi wahana bagi pengembangan ilmu penyusun khususnya dalam bidang ilmu Pengembangan Silabus dan Perencanaan pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemahaman terhadap suatu bahasan akan lebih jelas jika kita mengetahui pengertian dari setiap bahasan. Berikut ini beberapa pengertian yang berhubungan dengan bahasan :
1. Konsep
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konsep adalah rancangan atau buram surat dsb; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
2. Perencanaan
Abdul Madjid (2007) mengemukakan beberapa pengertian perencanaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
a. Willian H. Newman mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang harus dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode dan prosedur dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
b. Terry (1993) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Untuk itu diperlukan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.
c. Bangart dan Trull (1973) mengemukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
d. Nana Sudjana (2000) menyatakan, perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
e. Hadari Nawawi (1983) menyatakan, perencanaan adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
f. Menurut Prajudi Atmusudirdjo perencanaan adalah hitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan terntentu.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan awal dari proses rasional yang merumuskan tentang tindakan yang akan diambil di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Pengajaran
Pengajaran merupakan proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik (Madjid, 2007:16).
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah, 2008:13). Dengan demikian pengajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam memperoleh perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor melalui interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengajaran adalah perencanaan proses yang akan dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik agar memiliki pengalaman dalam belajar sehingga terjadi perubahan dalam tingkah laku peserta didik.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam perencanaan pengajaran ada dua konsep yang membantu guru dalam meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pengajaran. Konsep tersebut mengandung dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan profesional tentang proses pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandan, yaitu :
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem pengajaran.
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakan pembelajaran.
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa mempehatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dan segala tingkatan kompleksitanya.
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai terabaikan.
B. Dimensi-dimensi Perencanaan Pengajaran
Dimensi perencanaan pengajaran merupakan cakupan dan sifat-sifat yang ditemukan pada perencanaan pembelajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu menurut Harjanto (1997) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensip yang menalar dan efisien. Dimensi tersebut adalah :
1. Signifikansi, tingkat signifikansi tergantung kepada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
2. Feasibilitas, maksudnya perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dengan biaya maupun pengimplementasiannya.
3. Relevansi, konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
4. Kepastian, konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5. Ketelitian, perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
6. Adaptabilitas, perencanan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. Perencanaan yang fleksibel dan adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
7. Waktu, perencanaan berkaitan dengan memprediksi masa depan, validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai serta penentuan kapan waktu menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring, monitoring merupakan proses pengembangan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
9. Isi perencanaan, perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat :
a. Tujuan apa yang ingin dicapai.
b. Program dan layanan; bagaimana mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
c. Tenaga manusia; mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi maupun kepuasan mereka.
d. Keuangan; rencana pengeluaran dan penerimaan.
e. Bangunan fisik; mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
f. Struktur organisasi; bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi serta pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
g. Konteks sosial dan elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.

Untuk mencapai hasil yang maksimal guru perlu untuk melakukan pengembangan program pengajaran secara periodik. Pengembangan program pengajaran dimaksud adalah rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sebelum melaksanakan pengembangan program pengajaran, guru harus mempersiapkan beberapa perangkat yang mendukung, antara lain :
1. Memahami kurikulum
2. Menguasai bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pengajaran
5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

C. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.


BAB III
KESIMPULAN

Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Pengajaran merupakan proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar
Perencanaan pengajaran adalah perencanaan proses yang akan dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik agar memiliki pengalaman dalam belajar sehingga terjadi perubahan dalam tingkah laku peserta didik.
Kurikulum menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai terabaikan.
Dimensi perencanaan pengajaran merupakan cakupan dan sifat-sifat yang ditemukan pada perencanaan pembelajaran. Dimensi perencanaan pengajaran meliputi signifikansi, feasibilitas, relevansi, kepastian, ketelitian, isi perencanaan, waktu, monitoring, adaptabilitas.
Manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid, 2007, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Rosyda Karya, Bandung.

Syaiful Bahri Djamarah, 2008, Psikologi Belajar Edisi 2, Rineka Cipta, Banjarmasin.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Udin Syaefudin Su’ud, M.Ed., Ph.D, Prof. Dr. Abin Syamsudin Makmun, M.A, 2009, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensip, Rosyda Karya, Bandung.

Tauhid dan Macam-macamnya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Suatu kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan tiada permusuhan kecuali atas mereka yang zalim. Dan saya bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang satu yang tiada sekutu bagi-Nya, Allah menguasai segalanya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah serta Nabi yang terakhir dan Imam nya orang-orang yang bertaqwa. Shalawat dan salam untuk Rasulullah dan seluruh keluarganya, para sahabat serta orang-orang yang mengikuti ajarannnya hingga hari akhir ( hari kemudian ).
Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Rasul-Nya Muhammad saw. Dengan suatu ajaran dan agama yang benar, sebagai rahmat bagi seluruh isi alam dan contoh tauladan bagi umat manusia serta akan menjadi hujjah bagi hamba di kemudian hari ( akhirat ).
Rasul telah menjelaskan terhadap apa yang dia telah turunkan kepadanya berupa kitab Al-Quran dan Sunnah untuk kebaikan bagi ummat manusia dan sebagai pegangan bagi kehidupan dunia dan akhirat berupa aqidah yang benar dan amalan yang berharga serta akhlak yang mulia dan adab yang tinggi. Dengan demikian Rasulullah saw, meninggalkan umat dalam keadaan terang-benderang. Malamnya seperti keadaan siang hari, sehingga tidak ada yang jatuh tergelincir kecuali orang yang benar-benar telah rusak dan binasa.
Umat terdahulu telah menempuh jalan ini, mereka telah menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Mereka inilah umat yang terbaik; seperti para sahabat dan juga para tabi’n serta seluruh orang yang mengikuti ajarannya dan mengamalkan syri’atnya, serta berpegang teguh pada Sunnab Nabi. Dilaksanakan dengan sepenuh hati dalam segala aspeknya, baik dari segi aqidah, ibadah, akhl;ak dan adab.



Dengan demikian jadilah mereka kelompok yamg selalu berada dalam kebenaran dan tidak binasa atau terhina, sampai datang ketentuan Allah (ajal) mereka tetap dalam keadaan demikian.
Mengingat pentingnya masalah tauhid ini, dan bersimpang siurnya pendapat, interpretasi, penafsiran yang bermacam-macam tentang tauhid, maka kami beserta teman-teman mencoba membuat suatu ringkasan/makalah tentang pengertian dan macam-macam tauhid.
Dengan penyusunan makalah ini adalah tiada lain karena kami ingin lebih memahami lebih jauh tentang apa itu tauhid dan apa saja macam-macam tauhid itu, makalah ini juga ditulis tiada lain karena ikhlas mengharapkan keridhoan Allah semata, dan manfaat untuk hamba-hamba-Nya.

B. Tujuan Penulisan

Ihsan merupakan salah satu pokok dari ajaran Islam disamping Iman dan Islam. Sebagaimana dalam suatu riwayat diterangkan bahwa Ihsan adalah : beribadah kepada sang Pencipta bagaikan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah itu melihat kamu.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari komunitasnya, yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Karena itu dalam kehidupan ini kita harus mengembangkan akhlak yang baik, baik dalam hubungan langsung dengan Allah ( hablum minallah ) maupun dalam hubungan dengan makhluk-Nya ( manusia dan alam ).
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan, diantaranya adalah : sebagai wahana / cara memperluas wawasan pengetahuan penulis tentang Pengertian tauhid dan macam-macam tauhid, ikut serta dalam memberikan penjelasan tentang pengartian tauhid dan macam-macamnya.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Pengertian tauhid dari segi bahasa adalah mentuhidkan sesuatu, yang berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi syar’i tauhid ialah : mengesakan Allahdidalam perkara-perkara yang Allah sendiri telah menetapkannya melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyah, Uluhiyah dan Asma was Sifat.
Pengertian Tauhid berasal dari perkataan arab ( wahada ) yang berarti : mengesakan. Dari segi istilah bermaksud beri’tikad dan mempercayai bahwa Allah Subhanahu ma Ta’ala itu esa dan tunggal. Fahamnya secara praktikalnya Tauhid adalah : suatu pegangan hidup yang mempercayai bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu baginya ataupun yang menyerupai-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Ikhlas ayat 1-4 ;
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Pensyariatan lain tentang Tauhid adalah :

? Surat Al-Baqarah ayat : 21 ;
21. “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. “

? Surat An-Nahl : 36 ;
36. “ dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para salaf shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam paham dan pendapat. Mereka juga berpendapat bahwa qadha dan qadar itu termasuk Rubbubiyah Allah atas makhlukNya.

B. Macam-macam Tauhid
Berkenaan dangan macam-macam tauhid, disini kami sampaikan tahid itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu diantaranya adalah :

1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah artinya : mengesakan Allah SWT dalam jenis-jenis peribadatan yang telah disyariatkan, Dialah Tuhan yang yang harus disembah dan menyembah selain-Nya adalah salah. Contohnya seperti : sholat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar, sembelihan, berharap,cemas, takut dan sebagainya yang tergolong jenis ibadah. Mengesakan Allah SWT dalam hal-hal tersebut dinamakan Tauhid Uluhiyah, dan tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah SWT dari hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama yaitu Tauhid Rububiyah, setiap orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik yang Allah SWT utus Rasulullah kepada mereka.
Allah berfirman dalam surat Al Fatihah ayat 5:
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
Firman Allah :
36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

Itulah diantaranya, dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik meyakini Tauhid Rububiyah, akan tetapi sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui Tauhid Uluhiyah. Sungguh Rasulullah diutus untuk menyeru mereka agar meykini Tauhid Uluhiyah.
Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 36 ;
? 36. “dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
Setiap Rasul menyeru manusia agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Adapun Tauhid Rububiyah , karena merupakan fitrah, maka belum cukup kalau seseorang hanya meyakini tauhid itu saja.

2. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perbuatannya, Dialah Allah yang menjadikan, memiliki dan mengatur semua alam ini. Seperti menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat dan lain-lain yang meripakan perbuetan-perbuatan khusus Allah SWT. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah SWT tidak memiliki sekutu dalam rububiyahNya.
Tauhid ini terkumpul dalam fitrah-fitrah insani hampir tidak ada seorang pun yang menolaknya, sehingga iblis pun menerimanya, padahal dia adalah pangkal kekufuran.
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran surat Al-Mu;minun ayat 86-87 yang berbunyi :
86. Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?"
87. mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak bertakwa?"

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Az-Zukhruf ; 87 :
87. dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?,

Firman Allah ;
82. iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya”

Dengan tiga ayat diatas jelaslah bahwa iblis meyakini Rububiyah Allah SWT itu. Begitu pula orang-orang kafir yang lain, mereka mengakui rububiyah Allah SWT, misalnya Abu Jahal dan Abu Lahab. Mereka mengingkari pimpinan kafir, karena mereka mengakui Tauhid rububiyah atas dasar suatu yang ada di dalamnya, ialah kekufuran dan kesesatan.

Sesungguhnya bagi mereka yang hanya mengakui Tauhid Rububiyah tidak akan termasuk dalam Aqidah Islamiyah dan tidak akan selamat dari api neraka. Karena orang-orang kafir pun mengakui Tauhid Rububiyah ini, tetapi pengakuannya tidak akan memasukkan mereka kedalam islam dan Allah memberi nama mareka dengan kuffar musrikin, dan Allah mengancam mereka masuk kedalam neraka dengan langgeng, padahal mereka mengakui Tauhid Rububiyah tersebut.

3. Tauhid Asma was Sifat
Tauhid Asma was Sifat ialah : menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah Subhanhu wa Ta’ala sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya,dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam yang terdiri dari sifat-sifat tahrif (pengubahan kata), ta’thil (meniadakan sama sekali), takyif (menanyakan bagaimana keadaan), dan tamtsil (mencontohkan dengan sifat selain Allah).

Sebagaimana Allah berfirman dalan Al-Quran surat : Asy-Ayura : 11 ;
11. “ (dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat”.

Dalam ayat lain Allah berfirman ( An-Nahl : 74 )
74. “Maka janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Begitu pula nama-nama dan sifat-sifat yang ada dalam al-Kursy, dalam surat al-Ikhlas dan yang biasa tertera dalam surat-surat makiyah tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat Nya sebagaimana tercantum pula dalam surat madaniyan dan dalam kebanyakan ayat-ayat al-Quran.
Allah ‘Azza wa Jalla, menetapkan sifat diri-Nya dengan beberapa sifat dan memenuhi dzat-Nya dengan beberapa nam. Wajib bagi kita menetapkan-Nya dan mengi’tikadkannya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kitabullah, tidak boleh disertai penilaian akal dan penakwilan paham dan fikiran angan-angan serta hukum yang menyalahi penetapan Allah SWT., karena Allah lebih mengetahui tentang Diri (zat-Nya) daripada makhluk-Nya.

Firman Allah ( Thaha : 110 )
110. “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”.
Allah “azza wa Jalla juga melarang kita menbuat makhluk sebagai sebangsa-Nya (yang menyerupai-Nya). Dia juga melarang membuat tanda (persamaan) dengan Dia; begitu pula para pembantu, yang sebangsa-Nya, karena makhluk tiada yang menyerupai-Nya, tiada yang menyamai-Nya, tiada penyarta bagi-Nya, dan tiada yang menyerupai-Nya.

Kita beribadah kepada Allah SWT., beribadah dan berdo’a dengan Nama dan Sifat-Nya, Sebagaimana firman-Nya ( Al-A’raf : 180 ) ;
180. hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Tiga jenis Tauhid inilah yang wajib diketahui oleh seorang muslim, lalu secara sungguh-sungguh dalam mengamalkannya.



BAB III
KESIMPULAN

Tauhid adalah (bahasa) mentauhidkan sesuatu, yang berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi syar’i tauhid ialah : mengesakan Allahdidalam perkara-perkara yang Allah sendiri telah menetapkannya melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyah, Uluhiyah dan Asma was Sifat.Pengertian Tauhid berasal dari perkataan arab ( wahada ) yang berarti : mengesakan. Dari segi istilah bermaksud beri’tikad dan mempercayai bahwa Allah Subhanahu ma Ta’ala itu esa dan tunggal. Fahamnya secara praktikalnya Tauhid adalah : suatu pegangan hidup yang mempercayai bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu baginya ataupun yang menyerupai-Nya.
Nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT., serta mengimaninya adalah salah satu dari macam-macam Tauhid. Karena Tauhid itu sendiri terdiri atas 3 macam :
? Tahid Rububiyah : Mengesakan Allah SWT., dalam hal perbuatan-perbuatanNya. Contoh : dalam hal menciptakan, memberi rizki dsb.
? Tauhid Uluhiyah : Mengesaka Allah SWT,. Dalam hal perbuatan-perbuatan hamba dalam bertaqarrub kepada-Nya.
? Tauhid Asma wa Sifat : adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT., sebagaimana yang Dia tetapkan untuk diri-Nya atau oleh Rasul-Nya, tanpa melakukan Tahrif, Ta’thil, Takyif, dan Tamtsil.



DAFTAR PUSTAKA

Sholeh M, Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, Riyadh Arab Saudi, 1995.
Irfan Hielmy, Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah (Assalafushshalih), Ciamis, 2006
http://almanhaj.or.id/content/2333/slash/0
http://thoifahmanshurah.wordfress.com/2007/11/05/pengertian -tauhid.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/5168-pengertian-tauhid/

Perkembangan Tasawuf pada Zaman Wali Songo

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan Tuhannya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu -ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa Rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat Nabi. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyimal-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya.
Penyebaran Tasawuf di tanah air menarik untuk dicermati, karena dalam perkembangannya tidak hanya timbul satu aliran saja, tetapi beberapa aliran yang berbeda, karena itu pada saat ini penulis akan mencoba menguraikan seputar tasawuf pada masa Wali Songo sebagai pelor penyebaran Islam di Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
Pribadi yang sempurna harus dibangun di atas tiga pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ihsan – sebagaimana hadits Nabi – adalah beribadah kepada Allah bagaikan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak mampu melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah itu melihat kamu.
Mahasiswa sebagai figur intelektual di masyarakat diharapkan menjadi suri tauladan yang baik bagi lingkungannya, sehingga tercipta masyarakat yang taat beragama sekaligus memiliki akhlak yang mulia. Tasawuf sebagai salah satu ilmu yang membahas seputar akhlak, baik akhlak dengan Sang Pencipta, sesama manusia maupun alam semesta, diharapkan dapat merubah pola pikir dan tingkah laku mahasiswa dalam beribadah dan bermasyarakat, sehingga sesuai dengan terbentuk pribadi yang berakhlak mulia.
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang Perkembangan Tasawuf pada Zaman Wali Songo.
2. Ikut serta dalam memberikan penjelasan tentang aliran-aliran tasawuf kepada masyarakat.
3. Sebagai bahan diskusi bidang studi Ilmu Tasawuf di semester 2B Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Institut Agama Islam Darussalam Ciamis.
4. Semoga bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan keilmuan di lingkungan kampus dan masayarakat.


C. Batasan Pembahasan
Memberikan suatu karya yang komprehensip dalam satu bidang keilmuan merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai bagi penulis, namun mengingat luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Ilmu Tasawuf dan kemampuan penulis yang terbatas serta batasan yang diberikan oleh Ibu Dosen, maka penulis merasa perlu untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam, yaitu tentang Perkembangan Tasawuf pada Zaman Wali Songo serta segala masalah yang terkait di dalamnya.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami materi yang dibahas maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang sejarah Wali Songo.
2. Menjelaskan tentang garis besar ajaran tasawuf pada zaman Wali Songo.
3. Menjelaskan implementasi tasawuf pada masa Wali Songo.
4. Menjelaskan tentang sebagian ajaran tasawuf Syek Siti Jenar dan kontoversinya.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Wali Songo
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
1. Maulana Malik Ibrahim (Wafat 1419)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Ibrahim adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah - kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Di Jawa ia langsung pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren.. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Giri
Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangantahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin pergi ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.
4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).
5. Sunan Drajat
Diperkirakan lahir pada tahun 1470 M. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Beliau memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Beliau terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demakpada tahun saka 1442 atau 1520Masehi.
Ada 7 ajaran Sunan Drajat yang terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat, yaitu :
a. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
b. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
c. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
d. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
e. Heneng - Hening -Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -cita luhur).
f. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
g. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
6. Sunan Kalijaga
Dialah wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak
7. Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul.
Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali - yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh - menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi. Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
8. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

B. Tasawuf pada Masa Wali Songo
Maraknya pengajian tasawuf dewasa ini, dan kian bertambahnya minat masyarakat terhadap tasawuf memperlihatkan bahwa sejak awal tarikh Islam di Nusantara, tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Dalam banyak buku sejarah diuraikan bahwa tasawuf telah mulai berperanan dalam penyebaran Islam sejak abad ke-12 M. Peran tasawuf kian meningkat pada akhir abad ke-13 M dan sesudahnya, bersamaan munculnya kerajaan Islam pesisir seperti Pereulak, Samudra Pasai, Malaka, Demak, Ternate, Aceh Darussalam, Banten, Gowa, Palembang, Johor Riau dan lain-lain. Itu artinya Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia khususnya Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan tasawuf kepada masyarakat.
Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh pemikiran Islam al-Ghazali (wafat 111 M), yang berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan madzab Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf yang berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh al-Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan corak warna yang lain.
Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang paling awal muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan `Abdullah Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang wujudiyah Ibn `Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”. Ini menunjukan bahwa bahwa disamping tasawuf sunni juga berkembang tasawuf falsafi di masyarakat. Sehingga sejarah mencatat di samping Wali Songo sebagai pengusung tasawuf sunni juga muncul Syekh Siti Jenar sebagai penyebar tasawuf falsafi dengan ajaran ‘manunggaling kawula gusti’. Dengan demikian secara garis besar aliran tasawuf yang berkembang pada zaman Wali Songo dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Tasawuf Sunni
Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an dan Al Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkat rohaniah) mereka pada dua sumber tersebut. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang mengedepankan praktis, maka termasuk di dalamnya tasawuf akhlaki dan amali.
Dalam tasawuf sunni terdapat tiga langkah utama yang yang harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT :
a. Senantiasa mengawasi jiwa (muraqabah) dan menyucikannya dari segala kotoran.
Firman Allah SWT: "Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya". [Asy-Syams : 7-10]
b. Memperbanyak zikrullah.
Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya". [Al-Ahzab: 41]. Sabda Rasulullah SAW "Senantiasakanlah lidahmu dalam keadaan basah mengingat Allah SWT".
c. Zuhud di dunia, tidak terikat dengan dunia dan gemarkan akhirat.
Firman Allah SWT: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?". (Al-Anaam : 32)
2. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma'rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma'rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni, kalau tasawuf sunni lebih menonjol kepada segi praktis, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis, yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.

C. Implementasi Tasawuf pada Masa Wali Songo
Wali Songo sebagai figur agamis menjadi simbol kesalihan masyarakat pada saat itu. Sehingga apa yang dilakukan oleh para wali menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Dalam kehidupan Wali Songo mengembangkan sikap hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan, peduli terhadap fakir miskin, bahkan menjadi pelopor dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan.
Dalam memilih tempat tinggal, Wali Songo lebih memilih tempat terpencil, mereka lebih suka hidup di gunung dan perkampungan daripada di perkotaan. Hal ini sesuai dengan salahsatu ajaran tasawuf yang disebut dengan ‘uzlah (mengasingkan diri).
Pada masa Sunan Giri ajaran tasawuf diadopsi menjadi norma yang harus dipegang oleh masyarakat, diantara isi dari norma tersebut adalah Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu) Heneng - Hening -Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita -cita luhur). Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu).
Wali Songo juga mengajak masyarakat untuk selalu berzikir mengingat Allah SWT dan menumbuhkan kesadaran kehambaan, yang dikemas dalam bentuk karya seni sesuai dengan budaya setempat, seperti tembang "Tombo Ati", tembang “Lir Ilir”, "Suluk Wijil" yang dipengaruhi kitab Al Shidiq, perseteruan Pandawa-Kurawa yang ditafsirkan sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan) dan lain-lain. Disamping implementasi tersebut di atas masih banyak bentuk implementasi lain yang tidak diungkapkan di sini karena keterbatasan referensi.

D. Kontroversi Tasawuf Syekh Siti Jenar
Salah satu bagian ajaran yang disampaikan Syek Siti Jenar adalah ajaran "Sangkan Paraning Dumadi" artinya asal dari segala ciptaan. Menurut Syek Siti Jenar bahwa pangkal dari segala ciptaan adalah Dzat Wajibul Wujud yang tak terdefiniskan yang diberi istilah "awang uwung" (Ada tetapi Tidak Ada, Tidak Ada tetapi Ada) yang keberadaannya hanya mungkin ditandai oleh kata "tan kena kinaya ngapa" yang disebut dalam Al Quran "Laisa Kamitslihi Syaiun" artinya " tidak bisa dimisalkan dengan sesuatu”. Inilah tahap Ahadiyah. Dari keberadaan Yang Tak Terdefinisikan itulah Dzat Wajibul Wujud. Yang Tak Terdefinisikan mewahyukan Diri sebagai Pribadi Ilahi yang disebut Allah. Inilah tahap Wahdah dimana Yang Tak Terdefinisikan mewahyukan diri menjadi Rabbul Arbab. Dari tahap wahdah ini kemudian mewahyukan Diri sebagai Nur Muhammad. Inilah tahap Wahidiyah dimana Yang Tak Terdefinisikan mewahyukan diri sebagai Rabb. Nur Muhammad ini kemudian mewahyukan Diri menjadi semua ciptaan yang disebut mahluk, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata.
Dengan pandangan itu konsep keesaan (tauhid) Ilahi yang diajarkan Syekh Siti Jenar tidak bisa disebut wahdatul wujud, karena di dalam doktrinnya disebutkan bahwa "Dia Yang Esa sekaligus Yang Banyak (al wahid al katsir), Dia adalah Yang Wujud secara bathin dan Yang Maujud secara dhahir, sehingga disebut Yang Wujud sekaligus Yang Maujud (Ad-Dhahir Al Bathin)".
Berbagai pandangan muncul dalam memberi tanggapan terhadap tasawuf Syekh Siti Jenar dengan ajaran “manunggaling kawula gusti”-nya, diantaranya :
1. Menganggap Syekh Siti Jenar Sesat, dengan alasan ajaran tasawufnya telah tercampuri ajaran filsafat, yang mengatakan bahwa makhluk itu merupakan pancaran dari sang Khalik (Teori Emanasi), sehingga dia berani menyatakan diri sebagai tuhan karena dirinya mewarisi sifat-sifat tuhan.
2. Menganggap Syekh Siti Jenar Tidak Sesat, dengan alasan ajaran Syekh Siti Jenar lebih memberikan tekanan pada filsafat ketuhanan dan filsafat kebenaran dengan kata lain bukan lagi berhenti pada tataran syariat, tetapi telah melangkah pada tataran yang lebih tinggi yakni hakekat. Sebagaimana diketahui tahapan tasawuf itu meliputi syariat, tarekat, hakekat dan makrifat. Hanya saja ketika ajaran ini disampaikan kepada orang awam maka akan menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang Tuhan. Karena itu Wali Songo sepakat untuk melenyapkan Syekh Siti Jenar dalam rangka melindungi pemahaman ketauhidan mayoritas orang awam pada saat itu.



BAB III
KESIMPULAN

Sejak awal tarikh Islam di Nusantara, tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Wali Songo sebagai penyebar Islam di Indonesia mempunyai andil yang besar dalam penyebaran tasawuf.
Secara garis besar aliran tasawuf yang berkembang pada zaman Wali Songo dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Tasawuf Sunni
Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an dan Al Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkat rohaniah) mereka pada dua sumber tersebut. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang mengedepankan praktis, maka termasuk di dalamnya tasawuf akhlaki dan amali.
2. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma'rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma'rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud).
Implementasi tasawuf pada masa Wali Songo ditandai dengan mengembangkan sikap, hidup sederhana, lebih menyukai hidup di tempat terpencil, mengadopsi nilai-nilai tasawuf dalam norma-norma kehidupan dan senantiasa untuk berdzikir dan bertafakur yang diwujudkan dalam suatu karya seni agar menarik masyarakat.
Ajaran manunggaling kawula gusti yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar, telah menimbulkan kontroversi di masyarakat, satu pihak menyesatkan dengan alasan ajaran tasawufnya telah dicampuri oleh filsafat, pihak lain menganggap tidak sesat dengan alasan syekh siti jenar tidak hanya mengajarkan fase syariat saja tetapi telah melangkah kepada hakekat, sebagaimana diketahui bahwa fase tasawuf terdiri dari syariat, tarekat, hakekat dan makrifat.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Drs., M.Ag dan Solihin, Mukhtar, Dr., M.Ag, 2004. Ilmu Tasawuf, Bandung; CV. Pustaka Setia.
Solihin, M, Drs., M.Ag, 2001. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia, Bandung; CV. Pustaka Setia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat
http://www.geocities.com/setyo79/setyo15.htm
http://mesw.wordpress.com/2007/12/30/tasawuf-filsafat/
http://anakciremai.blogspot.com/2008/07/makalah-tasawuf-tentang-tasawuf-akhlaki.html
http://icasjakarta.wordpress.com/2008/04/02/keberadaan-tasawuf-dan-relevansinya-di-indonesia/
http://sabdalangit.wordpress.com/category/islam-yang-indah/mengenal-garis-besar-ajaran-syeh-siti-jenar/
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JawHarie.Blogspot.com - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger