4 FOKUS DALAM MERAIH SUKSES (LANJUTAN)


Setelah pada posting lalu kita membahas tentang dua fokus pertama, yaitu fokus pada tujuan dan fokus pada let's go! Pada posting kali ini akan melanjutkan dua fokus lagi yang belum terbahas. Ini dia bahasan tersebut silahkan direnungi di bawah ini :

  1. Fokus pada saat ini
    Seorang petani baru saja mengalami gagal panen, hama wereng yang tak terkendali telah meluluh lantakkan semua tanaman padinya sehingga musim tanam tahun ini dia rugi besar, bagaimana tidak rugi, seluruh lahan yang dia garap tidak menghasilkan padi barang satu kilogram pun. Waktu pun terus berjalan, seiring dengan datangnya musim hujan datanglah musim tanam padi. Pak Tani tidak larut dalam kesedihan karena gagal panen pada musim tanam lalu, dia juga tidak merasa takut jika hama wereng akan kembali meluluhlantakkan tanaman padinya, yang ada dalam benak Pak Tani adalah telah datang musim tanam dan saya harus mengambil peluang ini.

    Kasus di atas adalah teladan yang baik bagi kita. Hidup bagi kita adalah peluang, setiap peluang itu datang ke hadapan kita, maka kita jangan sungkan untuk mengambilnya. Lupakanlah semua masa lalu yang buruk yang pernah kita alami. Jangan biarkan masa lalu membuat kita bimbang dalam mengambil langkah hari ini. Kita juga jangan terlalu khawatir dengan masa depan yang buruk yang akan menimpa kita. Tidak ada seorang pun yang mengetahui nasibnya di masa depan, karena itu kenapa kita harus khawatir oleh masa depan, bukankah itu belum pasti apakah kita sukses atau gagal ? Kalau saja Pak Tani larut dalam kesedihan setelah gagal panen dan merasa takut yang berlebihan bahwa tanaman padinya akan kena hama wereng lagi, maka mungkin dia akan berkata, "Ah aku tidak akan menanam padi lagi, karena musim tanam yang lalu pun kena hama wereng, dan aku takut hal itu akan terjadi lagi". Kita tahu Pak Tani tidak melalukan itu karena Pak Tani Fokus pada waktu saat ini.

    Pak Tani tidak peduli lagi dengan kejadian yang telah lalu. Masa lalu baginya bukan untuk disesali, masa lalu baginya adalah pelajaran. Dia tahu hama wereng telah menyerang tanamannya, dan sekarang diapun tahu bagaimana cara pencegahan dan penanganan hama wereng lebih awal sehingga tidak akan menggagalkan panennya lagi. Dia pun fokus kepada kegiatan yang sedang ia lakukan sekarang, dia fokus bagaimana merawat tanaman padi agar tumbuh subur, tidak ada gulma, tidak ada penyakit dan kebutuhan air bagi tanaman padinya terpenuhi.

    Sikap ini sungguh luar biasa, dia berusaha berdiri tegak setelah terjatuh, dia tidak memperdulikan bahwa ia pernah jatuh, tetapi ia sangat peduli bagaimana agar dia tidak jatuh lagi. Dia mengerahkan semua kemampuan untuk memberikan yang terbaik pada masa sekarang. Dia sadar bahwa seberat apapun rasa sesal dalam hati tidak akan pernah mengubah masa lalu. Masa lalu hanyalah sejarah yang tak akan kembali lagi. Jika masa lalu tak pernah bisa diubah dan tak bisa kembali lagi, lalu untuk apa disesali, toh penyesalan tak bisa mengubah segalanya. Penyesalan hanyalah buang-buang waktu saja. Lebih baik kita fokus untuk melakukan hal terbaik pada masa sekarang, karena waktu yang dapat kita ubah, waktu yang dapat kita manfaatkan adalah waktu yang sedang kita jalani. Kita tidak mampu untuk mengubah masa lalu dan kita juga tidak mampu untuk meraih masa depan, kita hanya mampu mengubah dan meraih masa yang sedang kita jalani, semuanya terserah kita, apakah kita akan melakukan hal buruk pada saat ini atau melakukan hal terbaik, dan apakah kita akan menjatuhkan pada pilihan yang buruk padahal kita selalu ingin meraih yang terbaik, apakah Pak Tani akan memilih untuk tidak memelihara tanaman padinya padahal dia sendiri tidak suka jika gagal panen ? karena itu tidak ada pilihan terbaik untuk dilakukan pada saat ini kecuali kita melakukan yang terbaik bagi diri kita.

    Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kita memiliki kuasa penuh untuk meraih dan mengubah waktu saat ini dan tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali melakukan yang terbaik untuk meraih tujuan kita.
  2. Fokus pada yang terbaik
    Pada suatu hari seorang ibu membawa dua buah kue berbeda ke hadapan anaknya yang baru berusia tiga tahun. Kue pertama hanya seonggok kue tanpa hiasan apapun di atasnya, sedangkan kue kedua adalah kue yang sama hanya saja di atasnya ada hiasan bunga-bunga yang terbuat dari coklat. Kemudian ibu tersebut menyuruh kepada anaknya untuk memilih, apakah akan mengambil kue pertama atau mengambil kue yang kedua. Sang anak pun dengan sangat yakin mengambil kue yang kedua.

    Kasus di atas menunjukkan bahwa menyukai yang terbaik merupakan fitrah manusia. Tak ada seorang pun yang jika dihadapakan kepada dua pilihan antara baik dan terbaik, tanpa ada resiko apapun dari dua pilihan tersebut, kemudian orang tersebut memilih yang baik, tidak, dia pasti akan memilih yang terbaik.

    Begitu halnya dengan hidup kita, setelah kita menentukan tujuan yang ingin kita capai, kemudian kita mulai berbuat untuk meraih tujuan tersebut, maka perbuatan yang terbaiklah yang harus kita lakukan. Jangan sekali-kali menentukan standar rendah untuk diri kita, karena itu tidak sesuai dengan fitrah kita. Jangan bangga ketika kita bekerja di kantor hanya biasa-biasa saja tetapi kita digaji seperti orang yang bekerja dengan kualitas terbaik. Bukan berarti kita meminta agar gaji kita diturunkan sesuai kadar pekerjaan kita, tetapi kita tingkatkan kualitas kerja kita sehingga layak untuk mendapatkan gaji sebesar itu, bahkan lebih baik dan lebih baik lagi, maka itu akan membuka peluang yang lain bagi kita untuk mendapatkan lebih banyak dari sebelumnya.

    Kita yakin bahwa yang terbaik akan menjadi pilihan semua orang, oleh karenanya melakukan yang terbaik merupakan hal yang wajib kita lakukan, agar kita menjadi pilihan semua orang. Jika hal itu terjadi maka peluang demi peluang akan terus menghampiri kita. Kita sering lupa akan hal itu, kita suka merasa cukup dengan kualitas kerja kita yang hanya asal-asalan, sehingga karier kita mandeg dan sulit berkembang. Mungkin pola pikir seperti ini harus kita ubah, buanglah semua pemikiran jadul itu, fokuslah untuk melakukan yang terbaik dalam setiap waktu dan kesempatan dan jangan pernah puas dengan hanya melakukan yang biasa-biasa, apalagi jika manfaat dari perbuatan terbaik itu berdampak langsung bagi diri kita, seperti kasus Pak Tani di atas, semua yang dilakukan Pak Tani akan berdampak langsung terhadap keberhasilan dirinya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain dalam hidup kita kecuali melakukan yang terbaik, karena hukum yang berlaku, yang terbaiklah yang akan dipilih oleh masyarakat, jadi fokuslah untuk melakukan yang terbaik.
Keempat fokus di atas menunjukkan alur bersambung yang saling mendukung. Dengan menentukan tujuan maka langkah seseorang menjadi terarah dan memiliki target tertentu, setelah jelas tujuan dan langkah-langkah yang akan kita lakukan maka fokuslah untuk langsung berbuat, dengan langsung berbuat kita akan mendapat pengalaman yang akan mengantarkan kita kepada kematangan dalam bidang yang kita jalani hingga akhirnya menjadi ahli dalam bidang yang kita dalami. Dalam melakukan sebuah aktivitas tak selamanya kita dihadapkan kepada catatan manis, tak jarang kita terjatuh, dan terjatuh. Semuanya hendaknya tidak menyurutkan kita dalam berjuang dan berusaha. Biarkan masa lalu menjadi pelajaran untuk menentukan langkah saat ini, buanglah kekhawatiran di masa depan, karena semuanya hanya angan-angan yang tak dapat kita ubah dan manfaatkan, fokuslah pada saat ini, karena hanya saat inilah waktu yang kita miliki untuk kita manfaatkan semaksimal mungkin. Dalam meniti langkah-langkah aktivitas yang telah kita tentukan hendaknya kita melakukan yang terbaik, karena setiap manusia menyukai yang terbaik, dengan melakukan yang terbaik berarti kita telah memposisikan diri kita untuk dipilih dan disukai orang lain, dan ini semua akan menimbulkan peluang yang lebih besar bagi pengembangan usaha yang kita lakukan.

Semoga dengan memfokuskan diri kita pada empat hal di atas kita menjadi manusia yang lebih baik dalam bertindak dan berusaha, dan yang paling penting kita bisa terus berkembang ke arah yang lebih baik dan meraih sukses seperti yang kita cita-citakan. Semoga.

4 FOKUS DALAM MERAIH SUKSES

Semua orang menginginkan dirinya berkembangan ke arah yang lebih baik, memiliki motivasi, semangat, pantang menyerah, dan tentu saja ingin mencapai apa yang dicita-citakannya.

Harapan tersebut tentu saja bukan harapan kosong yang hanya terucap dari lidah tapi tidak diikuti oleh hati karena hatinya terlanjur mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Andaipun itu mungkin, jalan untuk mencapainya akan berliku-liku dan penuh batu, terjal dan penuh jurang, bahkan jalan tersebut sangat jauh dan mungkin kita akan lelah sebelum sampai ke puncak tujuan kita. Keadaan hati yang seperti ini akan mendorong orang tersebut untuk berpikir kembali dan memilih hal yang memiliki resiko sedikit dan dengan tingkat kesulitan yang ringan, kalo dalam istilah game memilih level-level yang rendah demi untuk menghindari tantangan. Jika benar kita telah menentukan pilihan seperti ini berarti kita telah memilih kemungkinan terburuk dari hidup kita, karena kita memilih hal-hal mudah saja untuk mendukung hidup kita, yang tentu saja derajatnya juga tidak terlalu tinggi. Sehingga akhirnya kita merelakan hidup kita apa adanya sebelum kita berjuang untuk kemungkinan terbaik, patah semangat, kurang keras dalam berusaha dan tidak jeli dalam mengambil langkah, untuk itu hendaknya kita memperhatikan beberapa fokus di bawah ini, agar kita tidak terjebak dalam pertimbangan negatif yang mematahkan semangat dalam meraih cita-cita kita. Apa sajakah itu ? silahkan untuk direnungi di bawah ini :


 

  1. Fokus pada tujuan

    Di suatu desa ada dua orang pemuda. Ketika keduanya ditanya apa yang diinginkan dalam jangka waktu dekat ini ? pemuda pertama menjawab, "Entahlah aku masih bingung", sedang pemuda kedua menjawab, "Dalam jangka waktu dekat ini saya ingin menjadi petani sukses, karena potensi pertanian di desa ini sangat baik". Pemuda pertama adalah orang yang hidup tanpa tujuan, dan pemuda kedua ia telah jelas menyatakan tujuannya. Setelah dilakukan pengamatan perilaku kedua orang ini, maka pemuda yang pertama hanya diam, nganggur, hanya mengikuti arus saja, sedangkan pemuda yang kedua dia berusaha untuk mencari lahan terbaik, kemudian mencari informasi tentang pertanian yang akan dilakukannya, mencari bibit unggul dan melakukan semua yang direncanakannya.

    Dari kasus di atas kita bisa mengetahui bagaimana kuatnya pengaruh tujuan dan cita-cita dalam memotivasi seseorang untuk bergerak dan berjuang, oleh karena itu tentukanlah dari sekarang apa yang kita capai dalam jangka waktu dekat ini ?

    Dalam menentukan tujuan sebaiknya tujuan dengan kualitas terbaik menjadi acuan kita. Jangan sekali-kali menentukan tujuan dengan kualitas biasa-biasa. Jika demikian maka kita telah terperangkap dalam rendah diri yang mendorong kita mengambil kemungkinan yang paling mudah dengan kualias biasa-biasa. Anggap saja itu sebagai godaan nafsu yang tak mau dibebani oleh lelahnya perjuangan. Ingatlah nafsu itu adalah musuh terberat kita, tetapi jika kita bisa mengalahkan nafsu ini maka kita langkah kita akan terasa ringan dan mudah karena tantangan dari luar diri kita akan lebih mudah untuk kita hadapi daripada tantangan dari dalam diri kita sendiri. Tantangan dari luar tidak akan bisa menghentikan tekad yang kuat yang tertanam dalam hati kita, sebaliknya dorongan dari luar tidak akan memiliki pengaruh apa-apa jika kita sendiri tidak memiliki semangat untuk melakukannya.

    Hendaknya tujuan yang kita tetapkan adalah tujuan yang rasional. Tujuan yang rasional adalah tujuan yang dapat tercapai jika kita berusaha keras untuk mencapainya. Hal ini penting, karena ketika kita menentukan tujuan yang kita sendiri tidak tahu langkah-langkah untuk mencapainya maka itu adalah bukan tujuan, tapi itu hanya angan-angan saja.

    Dari point pertama ini bisa kita simpulkan, tentukanlah tujuan rasional setinggi mungkin sebagai acuan kita dalam melangkah.


     

  2. Fokus pada let's go !

    Andi adalah seorang lulusan SMK jurusan otomotif, setelah keluar dia sudah punya rencana ingin mendirikan bengkel kecil-kecilan sebagai tahap awal sekaligus pemandian motor. Rencana andi ini mendapat dukungan kuat dari orang tuanya. Namun setelah sekian bulan lulus, Andi belum mengambil langkah apapun, dia masih termenung dan berfikir bagaimana agar bengkelnya bisa memberikan pelayanan terbaik sehingga bisa menarik konsumen, bagaimana manajemen tenaga kerja, bagaimana pengadaan stok barang dan lain-lain. Akhirnya Andi larut dalam berbagai rencananya yang belum terealisasi, timbullah pertimbangan lain sehingga hampir saja Andi tidak jadi melaksanakan semua rencananya.

    Memikirkan langkah-langkah terbaik dalam melaksanakan sebuah rencana adalah hal yang harus dilakukan sebelum kita melangkah lebih jauh, tetapi jika hal itu dilakukan secara berlarut-larut, maka itu adalah kesalahan besar, karena permasalahan tidak akan selesai hanya dengan dipikirkan, tetapi masalah akan selesai jika kita lakukan. Artinya cukuplah beberapa minggu untuk menentukan langkah-langkah dalam memulai sebuah rencana, dan jangan menunda waktu lagi langsung kita LETS GO!.

    Bagaimana dengan beberapa masalah yang belum terpikirkan solusinya ? bukankah pengalaman itu adalah guru yang terbaik. Begitu banyak orang yang justru dengan langsung berbuat dia menemukan solusi terbaik bagi permasalahannya. Hal ini bisa kita maklumi, mengingat dengan langsung berbuat kita akan lebih mendalami permasalahan dan solusi pun akan datang dalam benak kita. Andaipun kita gagal dalam solusi tersebut maka kita akan berusaha mencari cara lain untuk penyelesaiannya.

    Ketika kita langsung berbuat, maka inspirasi-inspirasi akan datang menyambut kita. Sesuatu hal yang tidak kita rencanakan biasanya akan datang dan kadang-kadang itu adalah solusi terbaik bagi permasalahan yang kita hadapi. Dengan berbuat kita memiliki pengalaman, dengan adanya pengalaman kita menjadi lebih matang, ketika kita terus menjadi matang maka kita akan menjadi ahli dalam bidang yang kita tekuni. Jadi setelah kita menentukan rencana dan tujuan segeralah LETS GO!, maka kita secara perlahan-lahan akan menjadi matang dan ahli dalam bidang kita.

    Adapun dua fokus lagi yaitu fokus pada saat ini dan fokus pada yang terbaik dibahas di DI SINI.

KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN INSAN DAN AN NAAS

Sebagaimana janji saya pada posting terdahulu bahwa saya akan menyelesaikan serial ayat tentang manusia. Setelah pada posting terdahulu kita membahas tentang bagaimana Konsep Manusia dalam sebutan Basyar, maka pada posting ini akan membahas tentang konsep manusia dalam sebutan Insan dan an-Naas.
Menurut Quraish Shihab dalam Wawasan al-Quran (2005:280) menyatakan bahwa kata Insan dan Naas berasal dari kata Uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Kata Insan digunakan oleh al-Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia berbeda dengan makhluk lain karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya.
Untuk memulai bahasan ini mari kita simak surat at-Tiin ayat 1-8 berikut ini :
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ (1) وَطُورِ سِينِينَ (2) وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ (3) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (6) فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)

1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,
2. Dan demi bukit Sinai,
3. Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman,
4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8. Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?
Surat ini diawali dengan sumpah Allah swt. Atas buah tiin dan zaitun, kemudian atas bukit Sinai dan kota Mekkah yang aman. Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan buah tiin dan zaitun adalah Baitul Muqoddas dimana nabi Isa diutus, kemudian bukit Sinai merupakan tempat diutusnya nabi Musa dan kota Mekkah merupakan tempat diutusnya Nabi Muhammad saw. Secara sepintas kita akan tahu bahwa Allah swt bersumpah atas tiga kota tempat Allah mengutus rasul-rasulnya yang memiliki syariat besar, yakni Nabi Isa membawa agama Nasrani, Nabi Musa membawa agama Yahudi dan Nabi Muhammad membawa agama Islam. Ketiga agama ini memiliki akar dan pondasi yang sama yakni mentauhidkan Allah swt, hanya dalam perkembangannya kedua agama pertama mengalami perubahan dari akarnya.
Melalui tiga sumpah tersebut Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk tubuhnya yang baik sehingga bisa berdiri tegak di atas dua kaki, setiap anggota tubuhnya bisa berfungsi secara optimal, dari mulai tangan yang bisa melakukan berbagai aktivitas, kaki yang kuat, mata, telinga hidung dan kulit yang semuanya merupakan anugerah yang tak terkira dari Allah swt, dan satu lagi yang paling penting manusia dibekali oleh akal yang mampu menemukan Tuhannya, sehingga melalui akal ini manusia bisa mengungguli makhluk lain dalam berbagai aspek.
Setelah Allah memberikan kelebihan dan keunggulan kepada manusia mengalahkan makhluk lain, maka Allah akan mengembalikan manusia kepada derajat yang paling rendah, yakni mereka yang tidak bisa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Syukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan alhamdulillah tetapi syukur harus diwujudkan dalam bentuk amal bakti kepada Allah swt. Syukur bisa diartikan dengan memfungsikan nikmat-nikmat Allah sesuai dengan fungsinya yang diperintahkan Allah. Jika Allah memberikan mata maka bentuk syukur atas mata adalah dengan menggunakan mata untuk berbakti kepada Allah seperti belajar, membaca al-Quran dan lain-lain, jika Allah memberikan akal maka bentuk syukur atas akal adalah dengan menggunakan akal kita untuk berbakti kepada Allah, begitu juga nikmat-nikmat yang lain. Allah telah berjanji jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kita dan jika kita kufur atas nikmat maka tunggulah adzab Allah akan menimpa kita, karena itu Allah berfirma “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”.
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak terputus yaitu surga. Orang-orang ini adalah orang yang tahu akan pentingnya bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepada mereka.
Pada ayat 7 Allah bertanya : “Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?”. Kata ad-Diin pada ayat ini bisa berarti agama bisa juga berarti hari pembalasan atau hari kiamat yang di dalamnya ada hari kebangkitan, karena membohongkan kedua hal di atas sama-sama akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.
Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir mengatakan, wahai manusia kenapakah kalian membohongkan hari kebangkitan sementara kalian tahu bahwa dahulu sebelum kalian lahir tidak sulit bagi Allah untuk menciptakan kalian dari tidak ada menjadi ada, lalu bagaimana mungkin kalian tidak percaya bahwa kalian akan dibangkitkan padahal kalian sebelumnya pernah ada, dalam kata lain Allah mampu untuk menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, apalagi membangkitkan kembali manusia yang pernah ada sebelumnya.
Pada ayat terakhir Allah berfirman : ”Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?” memberikan isyarat bahwa Allah akan mengadili manusia kelak setelah hari kebangkitan, sekecil apapun amal baik kita maka akan kita lihat balasannya dan sekecil apapun amal buruk kita maka akan kita lihat balasannya. Lalu apakah kita rela mendapat balasan yang buruk pada hari kebangkitan ? Naudzubillah.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna baik secara fisik maupun psikis, semua itu hendaknya digunakan oleh manusia untuk mengikuti agama Allah sebagaimana Allah telah bersumpah dengannya. Diantara ajaran agama tersebut adalah beriman kepada hari akhir dan beramal shaleh sesuai tuntunan agama. Jika kita tidak mengikuti ajaran agama maka Allah akan menyampakkan manusia kepada derajat yang paling rendah dan jika kita mengikuti ajaran agama maka Allah akan memberikan pahala yang tak terputus. Itulah keputusan Allah yang sangat adil bagi manusia. Wallahu a’lam.

KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN BASYAR

Pada posting sebelumnya kita telah menggali tentang Benarkah Adam Diciptakan dari Tanah ? kemudian membahas tentang Kenapa manusia disebut Bani Adam pada posting kali ini, kita akan mencoba membahas tentang bagaimana Konsep Manusia dalam sebutan Basyar.
Basyar adalah nama lain dari manusia. Basyar secara bahasa artinya kulit. Timbul pertanyaan kenapa Allah memberi nama manusia dengan Basyar ? Jika kita pikirkan lebih dalam, perbedaan manusia dengan makhluk lain adalah pada kulitnya, jika makhluk selain manusia hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh bulu, maka kulitnya tidak terlihat, sedang manusia, tubuhnya tidak tertutupi oleh bulu, sehingga kulitnya terlihat, karena manusia itu makhluk yang terlihat kulitnya maka Allah menamai manusia dengan basyar. Tetapi bukan masalah itu yang jadi perhatian kita, yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana konsep manusia menurut al-Quran dalam sebutan Basyar.
Dalam al-Quran kata basyar diantaranya terdapat pada surat al Kahfi ayat 110 :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)
110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Ayat di atas diturunkan oleh Allah sebagai bantahan terhadap golongan yang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang Ashabul Kahfi, Dzul Qornain dan Ruh. Kemudian Nabi menjawab dua pertanyaan pertama, dan menyerahkan masalah ruh kepada Allah. Karena itulah ayat ini diawali dengan kata perintah Qul! yang artinya katakanlah !. Katakanlah kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kerasulanmu bahwa sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa seperti kamu, barang siapa menyangka bahwa aku ini berbohong, ceritakanlah kepadaku tentang apa yang telah aku ceritakan kepadamu. Sesungguhnya aku tidak akan mengetahui hal-hal gaib (Ashabul Kahfi dan Dzul Qornain) sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu sebelumnya, seandainya saja Allah tidak memperlihatkan hal tersebut kepadaku. Karena itulah aku kabarkan kepadamu bahwa “Sesungguhnya Tuhanmu adalah tuhan yang satu, tidak ada sekutu baginya. Barang siapa yang menginginkan untuk bertemu dengan Allah, atau pahala dari Allah (surga), maka hendaklah ia beramal shaleh yang sesuai dengan syariat Islam dan jangan menyekutukan Allah dalam beribadah kepadanya”.
Memperhatikan referensi ayat di atas, kita akan mengetahui bahwa Nabi Muhammad secara fisik sama dengan orang-orang kafir, tetapi dalam masalah keimanan keduanya berbeda, karena itulah Allah menggunakan istilah basyar untuk mempersamakan Nabi Muhammad dengan orang-orang kafir, karena istilah basyar itu lebih cenderung kepada pengertian fisik sebagaimana basyar itu sendiri yang artinya kulit dan kulit itu merupakan bagian dari tubuh manusia yang bersifat fisik karena dapat diketui oleh panca indera. Seandainya saja Allah menggunakan istilah lain selain basyar tentu tidak sesuai lagi dengan konteks dan itu tidak akan terjadi karena al-Quran merupakan kitab suci dengan tingkat balaghah yang tinggi.
Sifat manusia dalam sebutan basyar hanya meliputi hal-hal fisik saja, tidak mencakup pada hal-hal non fisik seperti keimanan kepada Allah. Sifat-sifat tersebut seperti suka makan, suka minum, menikah, bergaul dengan isteri, sakit, memiliki anak, dan sifat-sifat lain yang ada pada diri manusia pada umumnya. Hanya saja Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad sehingga beliau terlihat unggul dibanding manusia pada umumnya sehingga orang-orang kafir pada saat itu menganggap Nabi Muhammad lebih dari sekedar manusia biasa, bahkan ada yang menyebutnya sebagai ahli sihir dan ayat ini merupakan bantahan bagi mereka.
Selain menjelaskan tentang konsep manusia dalam sebutan basyar ayat di atas juga menjelaskan tentang syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang memiliki keinginan untuk bertemu dengan Allah. Pertemuan dengan Allah merupakan hal yang mungkin, tetapi kemungkinan terjadinya di dunia bagi yang bukan nabi dan rasul adalah sangat kecil. Pertemuan dengan Allah hanya di alami oleh seorang manusia sempurna yaitu Nabi Muhammad saw pada saat isra mi’raj. Adapun pertemuan dengan Allah di surga adalah hal yang bisa terjadi, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-Qiyamah [75] ayat 22-23 :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)
(22) Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (23) Kepada Tuhannyalah mereka Melihat. (QS. al-Qiyamah [75] ayat 22-23).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yarju liqa’a rabbih bukan hanya harapan melihat Allah tetapi termasuk di dalamnya adalah harapan untuk mendapatkan pahala dan balasan yang baik dari Allah yakni surga. Hal ini bisa dimengerti karena bagaimana mungkin seseorang bisa melihat Allah sementara ia tidak mendapatkan pahala dan balasan yang baik dari Allah dalam kata lain dia masuk neraka, tentu dia telah menyalahi surat al-Qiyamah ayat 22-23 di atas, karenanya dia tidak akan bisa melihat Allah. Alasan lain adalah bahwa melihat Allah merupakan pahala yang paling besar di antara pahala yang besar (surga) sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam hadits, jadi secara logika tidak mungkin orang yang tidak masuk surga bisa melihat Allah karena melihat Allah merupakan pahala bagi orang-orang yang masuk surga, jadi bagaimana mungkin Allah memberikan pahala/balasan yang baik kepada orang yang masuk neraka.
Adapun syarat tersebut adalah :
1. Hendaklah ia melakukan amal shaleh sesuai dengan syariat Allah swt. Di sini ada dua domain yang harus diperhatikan, yakni melakukan amal shaleh dan sesuai dengan syariat. Oleh karena itu sebelum kita melakukan amal shaleh hendaknya kita mengkaji dulu ilmu-ilmu yang menjelaskan tentang amal shaleh tersebut, jika tidak maka setiap amal yang tidak berdasar kepada ilmu itu adalah ditolak tidak diterima. Hal ini cukup jelas karena amal yang tidak didasarkan kepada ilmunya tentu saja amal tersebut besar kemungkinan jauh melenceng dari tatacara yang disyariatkan, andaipun amal itu sama dengan yang disyariatkan maka orang tersebut melakukannya bukan sebagai kesengajaan tetapi sebuah kebetulan saja, sedang hadits Umar bin Khatab mengatakan bahwa ”sesungguhnya jadinya amal itu adalah berdasarkan niat”, itu artinya amal itu harus dilakukan dengan niat dan niat itu sendiri menunjukkan bahwa dia melakukannya atas dasar kesengajaan bukan kebetulan, dengan demikian amal yang dilakukan secara kebetulan dan tidak memiliki unsur kesengajaan maka itu tidak diterima.
2. Hendaklah ia melakukan amal (ibadahnya) hanya karena Allah swt, dan tidak menyekutukannya dengan apapun. Ini memberi isyarat bahwa amal yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan ikhlas, hanya mengharap ridla Allah swt, bukan ridla yang lain termasuk ingin dipuji oleh orang lain (riya, syirik khofi).
Ayat ini memiliki korelasi yang kuat dengan surat al-Bayyinah [98] ayat 5 :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus (QS. al-Bayyinah [98] ayat 5).
Memurnikan ketaatan adalah ikhlas dan menjalankan agama yang lurus adalah beribadah sesuai dengan syariat Allah. Jika kedua syarat ini dilakukan maka manusia akan mendapat pahala yang besar dari Allah, diantara pahala tersebut adalah bisa melihat Allah di surga. Wallahu a’lam.
Untuk menyelesaikan serial ayat tentang manusia maka pada posting selanjutnya akan membahas tentang Konsep Manusia dalam sebutan an-Naas dan sebutan Insan.

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak-Anak

Oleh : Ubaydillah, AN


Kalau membaca kehidupan para tokoh atau orang-orang yang secara prestasi itu bagus, mereka punya latar belakang sosial yang berbeda-beda saat masih anak-anak. Ada yang lahir dari keluarga serba cukup, berstatus sosial bagus, dan dibekali pendidikan formal yang bagus. Contoh-contohnya bisa kita temukan sendiri di sekitar kita. Tapi ada juga yang punya latar belakang kacau, serba kekurangan dan harus menghadapi kenyataan punya orangtua tunggal. Pak Garuda Sugardo, yang kini dipercaya sebagai wakil dirut Telkom, merupakan satu dari sekian ribu anak yang kecilnya harus hidup di panti asuhan sampai akhir remaja.
Pak Sugiharto yang kini menteri juga pernah jadi tukang parkir, ikut tinggal di rumah orang lain sebagai tenaga pembantu apa saja sampai lulus SLTA. Begitu juga Mas Tukul Arwana atau Mas Yohanes Suryo. Contoh lainnya bisa kita tambah sebanyak mungkin dari fakta-fakta yang kita temui dalam kehidupan. Nah, meskipun mereka punya latar belakang sosial yang bermacam-macam, namun sepertinya ada kesamaan yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran dalam mendidik anak-anak. Salah satu yang terpenting adalah keberadaan orang dewasa yang berperan sebagai orangtua saat itu, entah itu orangtuanya sendiri, orangtua angkatnya, atau siapa saja yang dianggap orangtua oleh si anak. Mereka, dalam proses perkembangannya, mendapati orang dewasa / orangtua yang bagus. Seperti apa orangtua yang bagus itu? Pengertian orangtua yang bagus inipun bermacam-macam. Bahkan kerap terjadi perbedaan dalam memahani definisi ini. Secara umum dan secara prinsipil, orangtua yang bagus adalah orangtua yang sanggup memainkan peranan dirinya sebagai orangtua seoptimal mungkin  di mata anak-anak. Peranan yang optimal itu ditandai, salah satunya, dengan kemampuannya dalam memunculkan apa yang dalam teori pengetahuan disebut success factors. Setiap manusia punya sesuatu yang bisa disebut dengan istilah faktor kesuksesan dan faktor ketidaksuksesan. Faktor sukses itu misalnya punya kemauan keras, kejujuran, baik hati sama orang lain (helpful), kejelasan dalam melangkah, kegigihan dalam memperjuangkan tekad, disiplin, percaya-diri, dan seterusnya. Sedangkan faktor ketidaksuksesan itu misalnya: keminderan, kecil hati, penyimpangan moral, kemalasan, kekacauan, keputusasaan, konflik, dan seterusnya. Karena kata kuncinya di sini adalah optimalisasi peranan, maka siapapun punya  kesempatan yang sama untuk menjadi orangtua yang bagus atau menjadi orangtua yang tidak bagus. Belum tentu orangtua yang pendidikannya bagus, ekonominya bagus, status sosialnya bagus bisa menjadi orangtua yang bagus bagi anak-anaknya. Sebaliknya, belum tentu juga seorang janda dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan, pendidikannya SD atau bahkan buta huruf, anaknya empat atau lima yang butuh dikasih makan, status sosialnya rendah, tinggal di rumah yang sangat-sangat sederhana, tidak sanggup menjadi orangtua yang bagus.  Dari fakta-fakta seperti itu bisa kita katakan, orangtua yang status sosialnya bagus, ekonominya bagus, pendidikannya bagus, baru memiliki peluang untuk menjadi orangtua yang bagus. Peluang mereka lebih besar. Sebaliknya, orangtua yang serba kekurangan, banyak masalah, status sosial dan pendidikannya rendah, pun baru memiliki peluang untuk menjadi orangtua yang tidak bagus. Peluang yang saya maksudkan di sini adalah kemungkinan (possibility). Namanya juga kemungkinan, cara kerjanya sama seperti bunyi iklan: maybe yes and maybe no.  
Konsep-diri pada anak
Seperti yang sudah pernah kita bahas di sini, konsep-diri di sini adalah bagaimana anak-anak itu mempersepsikan dirinya. Menurut kesimpulan Dr. Maxwell Maltz, tindakan manusia itu erat kaitannya dengan bagaimana manusia itu mendefinisikan dirinya. Persepsi dan definisi-diri ini ada yang positif ada yang negatif. Ada yang mendukung atas munculnya success-factors dan ada yang mendukung munculnya failure-factors. Ada yang merusak dan ada yang membangun. Ada yang lemah dan ada yang kuat.  Menurut Harter (1991), pengaruh konsep-diri yang paling besar itu pada dua hal, yaitu:           Afeksi          Motivasi Afeksi di sini mengarah pada kondisi emosi seseorang. Konsep-diri positif akan berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti kebahagian, kepuasaan, dan seterusnya. Sebaliknya, konsep-diri negatif akan berpengaruh pada munculnya emosi negatif, misalnya kesedihan, tekanan, depresi, dan seterusnya. Emosi positif akan memunculkan harga-diri positif sedangkan emosi negatif kerap menjadi sumber harga diri negatif. Harga diri negatif inilah yang kerap menjadi biangnya kerusakan emosi. Sedangkan motivasi di situ mengarah pada pengertian kualitas motif seseorang untuk mengembangkan potensinya dalam meraih keinginan-keinginannya (prestasi). Konsep-diri positif akan menjadi sumber motif perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep-diri negatif kerap menjadi sumber munculnya motif yang lemah. Seorang anak yang punya cita-cita bagus, punya harga-diri yang bagus, punya penyerapan yang bagus terhadap nilai-nilai, umumnya memiliki motif yang kuat untuk mengembangkan potensinya atau meraih prestasinya.     Perlu kita sadari bahwa proses terbentuknya konsep-diri pada anak-anak itu agak berbeda dengan orang dewasa. Ini karena orang dewasa sudah melewati sekian proses kehidupan yang memungkinkannya untuk mengaktifkan kapasitas dalam membedakan sesuatu. Hal ini berbeda dengan anak-anak. Konsep-diri pada anak-anak antara lain diperoleh dari pendapat / penilaian dari luar dirinya (orang lain atau lingkungan). Karena itu, teori pendidikannya mengatakan, sebagian besar cara belajar anak-anak itu adalah imitasi, mengkopi dan merefleksikan rangsangan atau stimuli dari luar (pengalaman indrawi).  Dorothy Law Nolte mengatakan:  "jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki, jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah, jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan, jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri". Prakteknya mungkin tidak se-teknis yang dikatakan Dorothy ini. Hemat saya, ini adalah acuan agar kita perlu lebih banyak menanamkan "pil" positif kepada anak-anak dan selalu berusaha mengurangi masuknya pil-pil negatif.  Menurut Cooley (1991), omongan dari luar itu berperan penting dalam proses pembentukan konsep diri, baik bagi orang dewasa dan lebih-lebih bagi anak-anak. Omongan orang lain berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Penilaian atau kritik orang lain berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Keadaan atau situasi berperan membentuk persepsi seseorang atas dirinya. Konsep-diri yang terbentuk dalam masa kanak-kanak itu umumnya akan "bagaikan mengukir di atas batu". Meminjam istilah dalam teori kompetensi,  ia masuk dalam core personality yang sulit untuk diubah dan diukur hidden. Ia menjadi semacam apa yang kita sebut bawaan, watak, sifat, atau culture. Ini beda dengan pengetahuan atau skill. Keduanya masuk dalam surface personality (permukaan). Biasanya in lebih gampang diubah dan bisa diukur atau dilihat Karena itu, jangan heran bila ada orang yang sudah sekolah kemana-mana bahkan sampai di luar negeri segala, tapi ketika sudah bicara kultur hidup atau prilaku sehari-hari, ia mengakui peranan orangtuanya atau gurunya atau lembaganya waktu masih kecil. Ini bukan saja terjadi pada kehidupan Bang Buyung Nasution atau Prof. Hamka. Pak Karno pun mengakui peranan Cokroaminoto, meski bukan orangtua asli. 
Hal-hal yang Bisa Kita Lakukan
Sebagai orangtua, kita kerap mengatakan bahwa anak-anak itu adalah masa depan kita, penerus perjuangan kita atau kader kita. Ini tentu benar. Cuma, yang kerap kita lupakan adalah peranan kita sendiri bagi anak-anak. Kita bukan saja masa depan anak-anak, tapi juga hari ini dan masa lalu bagi mereka.  Artinya, porsi pendidikan (dalam arti yang seluas-luasnya) yang mestinya kita berikan kepada anak-anak itu tidak bisa ditinggalkan, diwakilkan atau diserahkan kepada siapapun, termasuk kepada sekolah yang paling mahal sekali pun. Ini mengingat betapa pentingnya peranan kita bagi mereka.
Pendidikan sekolah punya porsi sendiri dan pendidikan kita juga demikian. Kata Gibran, anak-anakmu memang bukan milikmu, tapi mereka adalah tanggung jawabmu.  Kalau mau jujur, sebetulnya masih banyak yang dapat kita lakukan untuk menanamkan konsep-diri positif itu. Ini terlepas apakah kita sebagai orangtua yang super sibuk, yang sibuk atau biasa-biasa saja sibuknya. Sebagian dari sekian hal yang masih bisa kita lakukan itu antara lain di bawah ini: 

Pertama, memberikan rangsangan yang membangkitkan.
Rangsangan ini bentuknya banyak dan bisa kita pilih sesuai keadaan, keadaan dalam arti kebutuhan, kepentingan, kemanfaatan atau isi kantong. Ini misalnya saja: membangkitkan jiwanya, membesarkan hatinya, memperkuat imannya atau mentalnya, memberikan bacaan yang meng-inspirasi, mengarahkan dia untuk mengidolakan tokoh-tokoh yang bermutu, menyediakan fasilitas pendidikan di rumah, mengajak mereka untuk mengunjungi event-event yang bermutu, mendiskusikan PR-nya, dan lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah bermain dengan anak dimana kita bisa memasukkan pil-pil positif saat hatinya senang. Perlu kita sadari bahwa meskipun bentuk-bentuk rangsangan itu remeh menurut kita, tetapi tidak bagi mereka. Kalau melihat ilustrasi milik Profesor Marian Diamond tentang otak yang dirangsang dan otak yang tidak distimulasi, ternyata bedanya terletak pada jumlah koneksi. Otak yang distimulasi punya koneksi yang cukup banyak. Sementara, otak yang jarang  distimulasi, koneksinya jarang dan putus-putus.  Koneksi ini tentu sangat menentukan ketika dewasa. Koneksi yang bagus akan membuat orang lebih kreatif, lebih kritis, lebih responsif, lebih cepat "nyambung" dan seterusnya.   
Kedua, memberikan pemahaman yang benar terhadap persoalan hidup (realitas).
Misalnya saja pemahaman tentang pentingnya tolong menolong, pentingnya melawan keminderan dan kemalasan, pentingnya menyadari potensi dan kelebihan, pentingnya keikhlasan, kejujuran, kegigihan, melawan kesulitan, dan lain-lain.  Harus kita akui memang, hampir semua orangtua sudah melakukan ini, tetapi bedanya adalah: ada yang sudah diucapkannya dengan pengungkapan yang mendidik tetapi ada yang hanya didiamkan; ada yang memang didasari kesadaran untuk mendidik tetapi ada yang hanya karena reaksi / emosi sesaat. Sebut saja misalnya kita mengatakan si anak itu pemalas dengan nada marah atau kesal pada saat tidak merapikan tempat tidur. Ini terkadang terkesan lebih merupakan ungkapan kekesalan kita, bukan kesadaran kita untuk mendidik.  Biasanya ini terjadi ketika kita sebagai orang dewasa terlalu memikirkan urusan kita pribadi dengan berbagai macam pernak-perniknya. Akibatnya, mau tidak mau, muncul efek kurang peduli atau muncul efek tidak mau susah ikut memikirkan persoalan anak. Akibatnya, mungkin ada anak-anak yang berinisiatif mengabaikan tugas-tugas rumah dari sekolah karena di rumahnya tidak ada yang mengontrol, tidak ada yang menemai atau tidak ada mendorong atau tidak ada yang peduli.  
Ketiga, membantu anak dalam mengungkap kelebihan-kelebihannya.
Kita semua sudah yakin bahwa pada setiap bayi yang lahir ke dunia ini memiliki kelebihan-kelebihan, di samping juga kekurangan-kekurangan. Bentuknya mungkin bisa bakat umum atau khusus, kecerdasan akademis, kemampuan sosial, leadership, seni, kecenderungan atau kesenangan (hobi) terhadap bidang-bidang tertentu, dan seterusnya dan seterusnya. Meski sudah sedemikian rupa keyakinan itu ada, namun dalam prakteknya kita kerap lupa. Terkadang kita kurang adil dalam melihat sosok si anak. Letak ketidakadilan itu, misalnya, ketika yang kita temukan atau yang berusaha untuk kita temukan dari si anak itu adalah yang jelek-jeleknya saja atau yang minus-minusnya saja. Fatalnya lagi, terkadang itu kita jadikan semacam label untuk anak. Pelabelan (labelling) inilah yang kurang mendukung keinginan kita untuk membangun definisi-diri positif. Sebuah penelitian di Amerika mengungkap, setiap anak, sejak usia dini, menerima enam komentar negatif untuk setiap satu dorongan yang positif (Jack Canfield: 1982) Bagaimana dengan penyimpangannya, kenakalannya, kekurangannya? Tentu saja tetap kita awasi namun tetap diupayakan asas keadilan tadi.  Sebab, kalau kita hanya memuji terus namun mengabaikan teguran / koreksi yang faktanya itu dibutuhkan, ini juga bisa membikin anak salah persepsi tentang dirinya. Salah persepsi akan sama bahayanya dengan persepsi yang negatif.  
Terakhir, di atas dari tiga hal di atas, adalah keteladanan. Ini tentu kita sudah tahu semua. Yang selalu dibutuhkan adalah kesadaran baru dan kesadaran baru. Sebab, yang lebih kuat mendorong kita untuk melakukan sesuatu itu terkadang bukan pengetahuan, melainkan kesadaran baru.


Sumber : http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id

CARA MENINGKATKAN KONSEP DIRI DAN HARGA DIRI


A. Meningkatkan Harga Diri
1. Lakukan Sesuatu yang Membutuhkan Keputusan dan Tindakan
Anda mungkin telah lama berkeinginan menyambung hubungan dengan teman semasa kuliah, atau mungkin telah lama ingin membersihkan rumah dan menyotir barang-barang yang tak berguna ke gudang. Apapun itu, Anda akan merasa lebih percaya diri dengan merancang tujuan (walau hanya tujuan kecil) dan bertindak untuk mencapainya.
2. Nikmati Hal yang Anda Kerjakan dengan Bagus
Apa Anda memiliki hobby atau olah raga yang sangat Anda nikmati? Seperti berenang atau yoga, melukis atau menulis, hal yang menyita perhatian dan membuat Anda lupa waktu saat mengerjakannya. Lalu, ini membuat Anda merasa kompeten dan mampu melakukannya dengan baik. Melakukan hobby juga dapat jadi cara luar biasa untuk meningkatkan rasa percaya diri Anda. Jika Anda tak memiliki hobby khusus atau hiburan yang dapat Anda nikmati, coba lakukan sesuatu yang selalu ingin Anda coba. Bayangkan Anda melakukan itu, dan lalu lakukan! Tak perlu hal yang besar, bisa juga hal sederhana seperti bergabung dengan club jalan sehat misalnya. Anda akan menemukan diri Anda lebih terpusat dan bahagia dengan melakukan sesuatu yang membuat Anda terlibat setidaknya selama seminggu sekali.
3. Ganti Fokus
Terbukti selama ini orang-orang yang memiliki rasa rendah diri biasanya adalah orang-orang yang terlalu banyak berfokus pada diri sendiri. Anda dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri dengan mengerjakan sesuatu yang membuat Anda terfokus pada orang lain atau satu hal. Seperti saat Anda bertemu orang-orang baru, Anda akan menemukan rasa gugup Anda menghilang begitu lebih berfokus pada orang yang Anda temui, bukan diri sendiri. Pada akhirnya, Anda akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan merasa lebih cerah.
4. Bersikap Rileks
Belajar tentang bagaimana bersikap rileks merupakan sebuah peningkatan hidup yang luar biasa. Orang-orang yang bersikap rileks lebih sedikit mengalami masalah dengan kenangan buruk mereka dan mengikuti alur kehidupan. Melakukan meditasi juga cara populer untuk menumbuhkan perasaan rileks, Anda bisa memilih ikut yoga atau tai chi. Apapun metode yang Anda gunakan, lakukan relaksasi dengan serius. Keuntunngan dari hal ini amat luar biasa untuk sekedar diabaikan begitu saja. Jika selama ini Anda tak pernah memikirkan relaksasi sebagai hal penting, maka pikirkanlah sekarang juga.
5. Buat Daftar Hal yang Anda Kuasai
Buat daftar dalam skala kecil. Anda dapat membuat apapun yang berhasil Anda kuasai dalam sebuah daftar, seperti misalnya: lulus ujian mengemudi dan mendapat SIM, mencetak angka tertinggi saat main basket, mengatur tabungan dan masi banyak lagi. Mengetahui banyak hal yang Anda kuasai akan membuat Anda menyadari akan apa yang telah Anda capai.
Lima hal yang kami sampaikan di atas merupakan prinsip dasar yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri, namun Anda juga perlu menambah hal-hal ini secara permanen dalam kehidupan Anda. Selalu tanamkan dalam pikiran, karena tak semua orang terlahir dengan bakat percaya diri, kebanyakan dari kita harus bekerja untuk membangunya. Jadi, bangun rasa percaya diri dan harga diri ini dari pikiran Anda sendiri dan lakukan setiap hari untuk membuat Anda merasa nyaman.

B. Meningkatkan Konsep Diri
1. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri (Rakhmat 2001:104).
2. Membuka Diri
Pengetahuan akan dirikita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan.
Model ini menerangkan bahwa jendela yang satu tidak terpisah dengan jendela yang lain. pembesaran pada satu jenis jendela akan membuat jendela yang lain akan mengecil.
a. Open self, menyajikan informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan motif, dan ide-ide yang diketahui/disadari oleh diri kita dan orang lain.
b. Blind self, bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui/disadari orang lain namun tidak diketahui/disadari oleh diri kita sendiri.
c. Hidden self, bagian ini berisikan tentang data-data yang kita ketahui/sadari dari dalam diri kita sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. yang kita simpan untuk diri kita sendiri.
d. Unknown self, bagian ini merupakan aspek dari diri yang tidak kita ketahui ataupun orang lain mengetahuinya.
e. Makin luasnya open self seseorang, makin terbuka pula ia pada orang lain. hal tersebut menjadikan hubungan di antara keduanya semakin erat.
3. Percaya Diri
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnnya kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri. orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi persoalan. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan akan berbicara apabila terdesak saja. Tentu saja dalam aprehensi komunikasi disebabkan kurangnnya percaya diri; tetapi sebagai faktor dominan. Seperti pernyataan Maxwell Maltz dalam Rakhmat (2004:109) “ Belive in yourself and you’ll succed.”
4. Selektivitas
Menurut Anita Taylor dalam Rakhmat (2004:109) Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa Kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsikan pesan itu dan apa yang kita ingat. Secara singkat Rakhmar (2004:109) mengungkapkan bahwa konsep diri menyebabkan terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif.
Sumber thefubbys

LAPORAN OBSERVASI DI DTA AL-HUDA CITEUREUP KAWALI CIAMIS

BAB I

PROFIL DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH AL HUDA

DUSUN/DESA CITEUREUP KECAMATAN KAWALI

KABUPATEN CIAMIS


 

  1. LETAK GEOGRAFIS


     

        Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah al huda terletak di RT 02 RW 01 Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis provinsi Jawa Barat, kurang lebih 30 km dari ibu kota ciamis.


 

  1. SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH


 

    Pendidikan agama merupakan sektor yang paling penting dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berguna bagi suatu bangsa. namun demikian, tidak adanya suatu lembaga non formal yang menampung anak-anak usia sekolah dasar untuk mengikuti pendidikan agama islam khusisnya di Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis telah bermusyawarah melalui organisasi yaitu DKM Al Barokah untuk menyelenggarakan pendidikan agama islam bagi anak-anak melalui penyelengaran Tman kanak-kanak Al Qur'an dan Taman Pendidikan Al Qur'an yang berdiri mulai tahun 1965.

    Sebagai masyarakat yang peduli terhafap pendidikan, makasudah selayaknya kita berusaha mengembangkan pendidikan keagamaan tersebut. kemudian lembaga pendidikan ini berkembang dengan menyelenggarakan madrasah diniyah takmiliyah awaliyah.

    Oleh karena itu, diharapkan melalui pendirian madrasah diniyah Al Huda ini pendidikan keagamaan tersebar dengan cepat khususnya di lingkungan Dusun/desa Citeureup Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis dan masyarakat luas pada umumnya.

Madrasah Diniyah ini berdiri diatas tanah wakaf dari bapak H. Suhada bin Sastrawijaya (alm) dan sekarang telah mendapat pengakuan dari pemerintah melalui surat izin operasiomnal pada tahun 1965.


 

  1. TUJUAN, VISI DAN MISI MADRASAH


 

Tujuan Madrasah

    "Meningkatkan kualitas pendidikan agama islam yang handal sebagai bekal generasi masa depan dalam menghadapi tangtangan zaman ".


 

Visi

    "menjadikan diniyah takmiliyah awaliyah Al huda sebagai lembaga yang dipercaya dalam membentuk generasi islami yang berwawasan tinggi dan mandiri yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT ".


 

Misi

  • Meningkatkan kualitas pendidikan agama islam
  • Membentuk generasi yang berakhlak mulia
  • Mendorong terciptanya generasi yang berwawasan luas
  • Menciptakan insan yang berbudi luhur

    Strategi

    1. Memberi layanan pendidikan secara terpadu dengan mengoptimalkan saranaprasarana dan dan pendukung program-program pendidikan agama islam,

    2. Mengupayakan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak yang punyakepedulian tehadap upaya peningkatan pendidikan agama islam,

    3. Mengupayakan layanan pendidikan yang seimbang serta sesuai kebutuhan, potensi dan daya dukung yang dimiliki.


     

  1. KURIKULUM DAN KBM


 

    Salah satu pengelolaan kurikulum dan mempersiapkan proses pembelajaran di Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda adalah dengan penyusunan programan tahunan, program semester, agenda harian, alat evaluasi dan sarana pendukug lainnya.

    Adapun kurikulum yang digunakan oleh madrasah Diniyah Al Huda adalah kurikulum yang mengacu pada standar nasional kurikulum diniyah berbasis kompetensi. untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan dalan kurikulum, Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda memiliki program kegiatan belajar mengajar yaitu :

1. Prorgam pokok terdiri atas Al Qur'an Hadits, ibadah Syari'ah, aqidah akhlak, SKI, dan Praktek ibadah,

2. Program ekstra kurikuler, diantaranya : kaligrafi, murotal, tahfid Qur'an, seni Rebana dll,

3. Program khusus, yaitu : pembiasaan shalat berjamaah, tadarus Al Qur'an.


 

  1. EVALUASI PEMBELAJARAN


     

        Untuk mengetahui ketercapaian kurikulum dan daya serap santri, maka Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Huda mengadakan beberapa evaluasi yaitu :

    1. Ulangan harian

    2. Ulangan tengah semester

    3. Ulangan Akhir semester


     

  2. PERSONALIA MADRASAH


     

    1. Kepala madrasah         : Omang Komarudin, S.Pd.I
    2. Wakil kepala         : Ejen Zaenal Muttaqin
    3. Keadaan guru         

NO 

NAMA 

J/K 

IJAZAH 

JABATAN 

MENGAJAR 

 

Lilih Siti Hlaimah 

P 

MTS + Pontren 

GURU 

Kls.IV 

 

Irah  

P

SD + Pontren 

GURU 

Kls.III

 

Susi Sundari 

P

MTS  

GURU 

Kls.I

 

Rina Susilawati 

P

MA 

GURU 

Kls.II


 

  1. Keadaan Siswa

NO 

KELAS 

JENIS KELAMIN 

JUMLAH 

LAKI-LAKI 

PEREMPUAN 

 

Pra Diniyah A 

18 

10

28

 

Pra Diniyah B 

9 

8

17

 

I Ula 

10 

9

16

 

II Ula 

15 

12

27

 

III Ula 

6

10

16

 

IV Ula 

6 

7

13

 

I Wustha 

3 

7

10

 

II Wustha 

- 

-

-

Jumlah  

67 

64 

131 


 

  1. Keadaan Bangunan

NO 

NAMA 

JUMLAH 

KEADAAN 

KET 

 

Ruang Kantor 

- 

- 

 
 

Ruang belajar 

3 

Cukup 

 
 

Ruang perpustakaan  

- 

- 

 
 

Mesjid  

1 

Cukup 

 
 

WC 

2 

Cukup 

 
 

Tempat wudlu  

3 

Cukup  

 

Jumlah

9

  
  1. Administrasi Pendidikan
  • Buku induk Siswa
  • Absen Siswa
  • Absen Guru
  • Buku Laporan Pendidikan
  • Buku Daftar Nilai
  • Kartu Hafalan Siswa
  • Kartu Infaq Santri
  • Buku kas infaq Siswa
  • Kurikulum
  • Program Tahunan
  • Program semester
  • Agenda Harian
  • Notula Rapat
  • Jadwal Pelajaran
  • Kalender Pendidikan


 

  1. Sumber Pendanaan Madrasah
  • Infaq Siswa     : Rp 1.500,-/siswa/bulan
  • Donatur Tetap
  • Padi Perpanen


 

  1. Sarana Belajar
  • Buku Paket dari Depag
  • Buku-buku Perpustakaan
  • Meja, Kursi Guru
  • Papan Tulis
  • Alat Peraga


 

  1. Kedaan Lapangan
  • Lapangan Bermain


 

BAB II

ANALISIS SWOT TENTANG KEBERADAAN

DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH AL HUDA


 

  1. Kelebihan Madrasah (Strenght)


 

  • Memiliki warga belajar Pendidikan Anak Usia Dini (Kelompok Bermain)
  • Terjangkau alat transportasi
  • Pengadministrasian sudah berjalan
  • Adanya dukungan dari orang tua siswa
  • Adanya dukungan dari masyarakat yang berada di kota


 

  1. Kelemahan Madrasah (Weaknes)


 

  • Masih ada masyarakat yang kurang menyadari pentingnya pendidikan
  • Sarana prasarana pendukung masih terbatas
  • Tenaga ustadz/ah belum profesional serta masih bersifat relawan dan belum dapat menerima balas karyanya secara memadai


     

  1. Peluang (Opportunity)


 

  • Adanya kepedulian alumni dan masyarakat untuk memajukan madrasah
  • Adanya kesamaan cita-cita antara komite dan pengelola madrasah
  • Menggali potensi yang ada pada anak


 

  1. Tantangan Madrasah (Threat)


 

  • Mensosialisasikan keberadaan madrasah diniyah secara lebih luas ke masyarakat
  • Mengoptimalkan berbagai sarana pendukung yang ada
  • Waktu yang digunakan singkat
  1. Inovasi


 

    Untuk mengoptimalkan madrasah diniyah, maka komite bersama pengelola madrasah diniyah berencana untuk melakukan beberapa inovasi :

  1. Menambah program untuk madrasah diniyah
  2. mengadakan study banding dengan diniyah yang telah maju
  3. Menambah pengetahuan Ustadz/ah dengan mengikuti pembinaan yang silaksanakan oleh KKDT tingkat kecamatan
  4. Menambah sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain :
    1. Pengadaan mebeler meja siswa
    2. Pengadaan ruang Guru
    3. Pengadaan Ruang Perpustakaan
    4. Penambahan buku-buku perpustakaan
  5. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan agama islam,
  6. Mensosialisasikan Madrasah Diniyah secara lebih luas


 

  1. Prestasi


 

    Sampai saat ini, Madrasah Diniyah Takmiliyah Al Huda belum meraih kejuaraan dalam bidang apapun karena jarangnya mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan, baik di tingkat KKDT kecamatan maupun di pestipal-pestipal lainnya.


 

BAB III

KESIMPULAN


 

    Diniyah Takmiliyah Al Huda merupakan salah satu diniyah yang secara program pembelajaran dan pelaksanaan proses mangajarnya serta pengelolaanya telah mengacu pada setandar pengelolaan madrasah yang diharapkan, walaupun masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. akan tetapi kendala-kendala itu tentu saja akan menjadi pemicu bagi keberadaan madrasah diniyah ini untuk lebih meningkatkan kualitasnya.

    Dengan adanya diniyah takmiliyah awaliyah al huda ini, diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan generasi islam yang memiliki kualotas keimanan dan ketaqwaan yang handal dan berakhlak mulia sehingga mampu menghadapi tangtangan zaman.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JawHarie.Blogspot.com - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger