Pentingnya Akhlak dalam Kehidupan Manusia

Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng.
Hal ini juga berlaku pada zaman jahilliyyah dimana akhlak manusia telah runtuh,perangai umat yang terdahulu dengan tradisi meminum arak, membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati, menindas, suka menjolimi kaum yang rendah martabatnya dan sebagainya. Dengan itu mereka sebenarnya tidak berakhlak dan tidak ada bedanya dengan manusia yang tidak beragama.
Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan kita dari siksa api neraka. Islam menganggap mereka yang tidak berakhlak tempatnya di dalam neraka. Umpamanya seseorang itu melakukan maksiat, durhaka kepada kedua orang tuanya, melakukan kezhaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka untuk dijadikan ahli syurga.
Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia karena akhlak merupakan lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : “Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya.”
Kekalnya suatu ummah juga karena kokohnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya suatu ummah itukarena lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui al-Quran seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keridhoan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti pada zaman Rasulullah saw.
Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang tentunya hal seperti ini dapat membawa kehancuran dari suatu negara. Presiden Perancis ketika memerintah Perancis dulu pernah berkata : “Kekalahan Perancis di tangan tantara Jerman disebabkan karena tentaranya runtuh moral dan akhlak”
Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan.

Malahan,akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan suatu mata uang apapun,akhlak merupakan wujud di dalam diri seseorang yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita kenalkan,didik serta diarahkan pada akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hingga seterusnya.
Proses pembentukan sebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga dengan membentuk masyarakat mesti di mulai dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu. Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu. Jika lemah maka robohlah apa-apa yang telah dibina diatasnya.
Akhlak tentu amat penting karena merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika memulai pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah dalam kitabnya Tanzim al-Islam Li al-Mujtama’ menyatakan bahawa budi pekerti atau moral yang mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan.
sungguh akhlak itu sangat penting artinya dalam kehidupan bermasyarakat.dapat dibayangkan sperti apa jadinya bila suatu masyarakat tidak di bangun dengan asas akhlak yang mulia?sungguh akan terjadi suatu kehancuran pada masyarakat itu.
Sumber : http://komukblangsak.wordpress.com/2010/12/03/pentingnya-akhlak-dalam-kehidupan-manusia/

Kriteria Test yang Baik

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

    Test merupakan salah satu alat ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran dan proses pendidikan. Dalam posisinya sebagai alat ukur keberhasilan, maka test harus disusun sedemikian rupa sehingga benar-benar mencerminkan kualitas dari suatu pembelajaran dan pendidikan.

    Mahasiswa tarbiyah merupakan calon guru di masa yang akan datang. Kiprahnya sebagai guru kelak harus menunjukkan sebagai guru yang profesional dan dapat diandalkan. Diantara kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah bagaimana seorang guru menyusun soal test dan mengukur sejauh mana efektivitas test tersebut digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dan proses pendidikan.

    Berdasarkan paparan di atas maka penulis tertarik untuk menjabarkan tentang bagaimana cara menyusun test yang baik yang meliputi bagaimana mengukur ketepatan pada sasaran suatu test(valid), keajegan dan konsistensi, daya pembeda dan tingkat kesukaran suatu test, karena itu penulis mengambil judul makalah "Kriteria Test yang Baik".

  2. Tujuan

    Penguasaan terhadap materi-materi yang berhubungan dengan proses pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh mahasiswa tarbiyah, karena itu penulisan makalah ini didasarkan kepada tujuan-tujuan berikut ini :

    1. Untuk memperdalam penguasaan materi penulis tentang evaluasai pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan kriteria test yang baik.
    2. Menjelaskan tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran suatu test dan bagaimana cara mengukurnya.
    3. Menjelaskan interpretasi dari setiap skala pengukuran.
    4. Menambah pengalaman penulis dalam menentukan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran suatu test melalui praktek yang dibimbing langsung oleh dosen.
    5. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.


 

BAB II

PEMBAHASAN

Sebuah tes dikatakan sebagai test yang baik jika memenuhi kriteria di bawah ini :

  1. Kesahihan/ Validitas

    Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Jadi jika test tersebut adalah test pencapaian hasil belajar maka hasil test tersebut apabila diinterpretasikan secara intensif, hasil yang dicapai memang benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil belajar.

    Sebelum soal test ini dipakai harus diuji coba dahulu, selanjutnya dilakukan pengujian validitas yang terdiri dari :

    1. Validitas isi atau kontruk. Validitas ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dan dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji.
    2. Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil test mampu memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalnya ujian masuk atau test seleksi.
    3. Validitas empiris (kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal. Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan :


       


       

    Keterangan :

    rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y

    N = Banyaknya peserta test

    X = Nilai hasil uji coba

    Y = Nilai rata-rata harian (Ruseffendi, 1991)

    Interprestasi terhadap nilai koefisien korelasi
    rxy digunakan kriteria Nurgana (Ruseffendi, 1994:144) berikut ini :

    0,8 <
    rxy ≤ 1,0 : sangat tinggi

    0,6 <
    rxy ≤ 0,8 : tinggi

    0,4 <
    rxy ≤ 0,6 : cukup

    0,2 <
    rxy ≤ 0,4 : rendah

    rxy ≤ 0,2 : sangat rendah


     

    Banyak faktor yang mempengaruhi validitas sebuah test, diantaranya :

    1. Faktor dari dalam test :
      1. Arahan test yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas test.
      2. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi terlalu sulit.
      3. Item-item test dikonstruksikan dengan jelek.
      4. Tingkat kesulitan test tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
      5. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini mungkin terlalu kurang atau terlalu longgar.
      6. Jumlah test terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel materi pembelajaran.
      7. Jawaban masing-masing item bisa diprediksi oleh siswa.
    2. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor :
      1. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
      2. Adanya kecurangan dalam test sehingga tidak bisa dibedakan mana yang belajar dan mana yang curang.
      3. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
      4. Teknik pensekoran yang tidak konsisten, misalnya pada test essay.
      5. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam test baku.
      6. Adanya joki yang masuk dan menjawab item yang diberikan.


 

  1. Keajegan Reliabilitas

    Reliabilitas dapat diartikan dengan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi apabila test yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu test, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu test mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan test kembali.

    Reliabilitas suatu test pada umumnya dapat diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0 > +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya koefisien rendah maka reliabilitas rendah.

    Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal test. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Crombach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan :


     

    Keterangan :

    n = banyaknya butir soal

    Si 2 = jumlah varians skor tiap item

    St 2 = varians skor total

    Rumus untuk mencari varians adalah :


     

    Interpretasi nilai r11 mengacu kepada pendapat Guilford (Ruseffendi, 1991b:191) :

    r11 ≤ 0,2 reliabilitas : sangat rendah

    0,2 < r11 0,4 reabilitas : rendah

    0,4 < r11 0,7 reabilitas : sedang

    0,7 < r11 0,9 reabilitas : tinggi

    0,9 < r11 1,0 reabilitas : sangat tinggi


     

  2. Daya Pembeda

    Untuk perhitungan daya pembeda (DP), dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Para siswa didaftarkan dalam peringkat pada sebuah tabel.
    2. Dibuat pengelompokkan siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas terdiri atas 50 % dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok bawah terdiri atas 50 % dari seluruh siswa yang mendapat skor rendah.

    Daya pembeda ditentukan dengan :


     

    Keterangan :

    SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

    SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

    IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

    Interpretasi nilai DP mengacu kepada pendapat (Ruseffendi, 1991:203-204) :

    0,4 atau lebih : sangat baik

    0,3 – 0,39 : cukup baik, mungkin perlu diperbaiki

    0,2 – 029 : minimun, perlu diperbaiki

    0,19 ke bawah : jelek, dibuang atau dirombak.


     

  3. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran (TK) pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :


     

    Keterangan :

    TK = Tingkat Kesukaran

    SA = jumlah skor kelompok atas

    SB = jumlah skor kelompok bawah

    n = jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah

    maks = skor maksimal soal yang bersangkutan

    Sementara kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Sudjana (1993:137) :

    0,00 – 0,30 : sukar

    0,31 – 0,70 : sedang

    0,71 – 1,00 : mudah


     

  4. Langkah-langkah Menguji Soal

    Untuk lebih praktisnya akan diberikan beberapa langkah praktis untuk menguji soal, misalnya diketahui data test sebagai berikut :

No

Nama

Item Soal

Jml

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Aa Navis

0

0

3

0

6

0

0

0

0

0

9

2

Adi Ilham

3

2

3

0

3

0

0

5

0

0

16

3

Aditya

0

8

0

0

0

5

0

5

0

0

18

4

Aditya Andriana

3

5

0

0

9

5

0

5

0

0

27

5

Ayi Jauhar

0

5

3

0

0

0

0

0

0

0

8

6

Dindin

3

2

3

0

6

0

0

5

0

15

34

7

Dita Aulia Utami

0

2

0

0

0

5

0

0

0

0

7

8

Ebin Malik MY

0

5

3

0

9

0

0

5

0

15

37

9

Elvira

0

2

3

0

6

5

0

5

15

0

36

10

Fahmi Alfiannur

3

0

0

0

9

5

0

5

0

15

37

11

Fajar Ismi C

0

5

3

0

0

0

0

0

0

0

8

12

Farhan

3

2

0

0

9

5

0

5

0

0

24

13

Hendrik S

3

0

0

0

3

5

0

5

0

0

16

14

Husni M

0

5

0

0

6

5

5

0

15

0

36

15

Iis

3

5

3

0

0

5

0

5

0

0

21

16

Imas Masfufah

3

0

3

0

0

0

0

15

15

0

36

17

Lora M S

3

0

0

0

6

5

0

5

0

0

19

18

M. Risdan

3

0

0

0

9

5

0

5

0

0

22

19

Nijar Fauji

3

5

3

0

6

5

0

5

15

0

42

20

Rafiq

0

2

3

0

6

0

0

0

0

0

11

21

Rifa

0

5

0

0

6

5

0

5

15

0

36

22

Risal

0

0

3

0

6

0

0

0

0

0

9

23

Sansa

3

0

0

0

9

5

0

5

0

15

37

24

Sara

0

5

3

0

6

0

0

0

0

0

14

25

Tina

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

3

26

Yosef

3

5

5

0

6

5

0

5

15

0

44

Jumlah

39

70

47

0

126

75

5

80

90

75

607

∑X 2

117

338

151

0

900

375

25

400

1350

1125

18239


 

  1. Kesahihan/ Validitas

    Untuk menguji validitas soal, maka hasil pekerjaan siswa cantumkan seperti di atas, selanjutnya cari nilai-nilai yang dibutuhkan, untuk menghitungnya bisa digunakan kalkulator, program komputer seperti Excel, SPSS, Disrel, dan sebagainya. Selanjutnya hitung korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata harian. Korelasi ini dihitung menggunakan rumus produk momen dari Pearson dengan formula sebagai berikut :


     

Proses perhitungan sebagai berikut, dengan N = 26 :

Soal Nomor 1


 


 


 


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,44 termasuk kategori cukup.


 

Soal Nomor 2


 


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,15 termasuk kategori sangat rendah.


 

Soal Nomor 3


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = -0,04 termasuk kategori sangat rendah.

Soal Nomor 4


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = termasuk kategori sangat rendah.


 

Soal Nomor 5


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,51 termasuk kategori cukup.


 

Soal Nomor 6


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,49 termasuk kategori cukup.


 

Soal Nomor 7


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,20 termasuk kategori rendah.


 

Soal Nomor 8


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,58 termasuk kategori cukup.


 

Soal Nomor 9


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,66 termasuk kategori tinggi.


 

Soal Nomor 10


 

Berdasarkan kriteria nilai rxy = 0,50 termasuk kategori cukup.


 

  1. Reliabilitas

    Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan rumus reliabilitas untuk tes uraian sebagai berikut :


     

    Rumus untuk mencari varians adalah :


     

Varian soal no. 1


 


 


 


 


 

Varian soal no. 6


 


 


 


 


 

Varian soal no. 2


 


 


 


 


 

Varian soal no. 7


 


 


 


 


 

Varian soal no. 3


 


 


 


 

 

Varian soal no. 8


 


 


 


 

 

Varian soal no. 4


 


 


 


 


 

Varian soal no. 9


 


 


 


 


 

Varian soal no. 5


 


 


 


 


 

Varian soal no. 10


 


 


 


 


 


 

Sehingga Si 2 = 2,25 + 5,75 + 2,6 + 0 + 11,1 + 6,1 + 0,92 + 5,9 + 39,9 + 34,1 = 108,62

Untuk varians totalnya adalah :


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Koefisien realibilitas 0,396 menyatakan bahwa soal yang dibuat reliabilitasnya rendah.

  1. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran tes dihitung dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran untuk tes uraian, sebagai berikut :


     


 

Hasil uji coba kelompok atas

No

Nama

Item Soal

Jml

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Yosef

3

5

5

0

6

5

0

5

15

0

44

2

Nijar Fauji

3

5

3

0

6

5

0

5

15

0

42

3

Ebin Malik MY

0

5

3

0

9

0

0

5

0

15

37

4

Fahmi Alfiannur

3

0

0

0

9

5

0

5

0

15

37

5

Sansa

3

0

0

0

9

5

0

5

0

15

37

6

Elvira

0

2

3

0

6

5

0

5

15

0

36

7

Husni M

0

5

0

0

6

5

5

0

15

0

36

8

Imas Masfufah

3

0

3

0

0

0

0

15

15

0

36

9

Rifa

0

5

0

0

6

5

0

5

15

0

36

10

Dindin

3

2

3

0

6

0

0

5

0

15

34

11

Aditya Andriana

3

5

0

0

9

5

0

5

0

0

27

12

Farhan

3

2

0

0

9

5

0

5

0

0

24

13

M. Risdan

3

0

0

0

9

5

0

5

0

0

22

Jumlah

27

36

20

0

90

50

5

55

90

75

448


 

Hasil Uji Coba Kelompok Bawah

No

Nama

Item Soal

Jml

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Iis

3

5

3

0

0

5

0

5

0

0

21

2

Lora M S

3

0

0

0

6

5

0

5

0

0

19

3

Aditya

0

8

0

0

0

5

0

5

0

0

18

4

Adi Ilham

3

2

3

0

3

0

0

5

0

0

16

5

Hendrik S

3

0

0

0

3

5

0

5

0

0

16

6

Sara

0

5

3

0

6

0

0

0

0

0

14

7

Rafiq

0

2

3

0

6

0

0

0

0

0

11

8

Aa Navis

0

0

3

0

6

0

0

0

0

0

9

9

Risal

0

0

3

0

6

0

0

0

0

0

9

10

Ayi Jauhar

0

5

3

0

0

0

0

0

0

0

8

11

Fajar Ismi C

0

5

3

0

0

0

0

0

0

0

8

12

Dita Aulia Utami

0

2

0

0

0

5

0

0

0

0

7

13

Tina

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

3

Jumlah

12

34

27

0

36

25

0

25

0

0

159


 

Tingkat Kesukaran

No Soal

n

SKA

SKa

SKA + SKa

Tingkat Kesukaran

Indek

Keterangan

1

26

27

12

39

0,125

Sukar

2

26

36

34

70

0,179

Sukar

3

26

20

27

47

0,129

Sukar

4

26

0

0

0

0

Sukar

5

26

90

36

126

0,538

Sedang

6

26

50

25

75

0,576

Sedang

7

26

5

0

5

0,038

Sukar

8

26

55

25

80

0,615

Sedang

9

26

90

0

90

0,231

Sukar

10

26

75

0

75

0,192

Sukar


 

  1. Daya Pembeda

    Daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus DP untuk tes uraian sebagai berikut :


     


     

    Daya Pembeda

No Soal

n

SKA

SKa

SKA - SKa

Tingkat Kesukaran

Indek

Keterangan

1

26

27

12

0,09

0,09

Jelek

2

26

36

34

0,01

0,01

Jelek

3

26

20

27

-0,11

-0,11

Sangat Jelek

4

26

0

0

0

0

Sangat Jelek

5

26

90

36

0,46

0,46

Baik

6

26

50

25

0,38

0,38

Cukup

7

26

5

0

0,08

0,08

Jelek

8

26

55

25

0,46

0,46

Baik

9

26

90

0

0,46

0,46

Baik

10

26

75

0

0,38

0,38

Cukup


 

BAB III

KESIMPULAN

Sebuah tes dikatakan sebagai test yang baik jika memenuhi kriteria di bawah ini :

  1. Kesahihan/ Validitas

    Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment Pearson. Rumus yang digunakan :


     

  2. Keajegan Reliabilitas

    Reliabilitas dapat diartikan dengan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi apabila test yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

    Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Crombach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan :


     

  3. Daya Pembeda

    Daya pembeda ditentukan dengan rumus :


     

  4. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran (TK) pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :


     

DAFTAR PUSTAKA


 

Asep Jihad, Drs., M.Pd., Abdul Haris, Dr., M.Sc., 2009, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta


 

Sukardi, Prof., H.M., M.S., Ph.D, 2009, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, Bumi Aksara, Jakarta.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JawHarie.Blogspot.com - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger