Home » , » Peran Perempuan dalam Pendidikan

Peran Perempuan dalam Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah salah satu sarana mengembangkan seluruh kepribadian manusia yang berlangsung seumur hidup dan pelaksanaannya dimulai sejak anak dilahirkan sampai akhir hayat, serta menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga memiliki peran yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Karena itu kita tidak boleh merupakan peran seorang ibu dalam memikul amanat dan tanggung jawab terhadap anak-anaknya yang berada di bawah pengasuhannya. Dialah yang mendidik, mempersiapkan dan mengarahkan mereka. Semoga Allah mengasihi penyair yang mengatakan :
اَلْاُمُّ مَدْرَسَةٌ اِذَا اَعْدَدْتَهَا * اَعْدَدْتَ طِيْبِ الْاَعْرَاقِ
Ibu adalah sekolah yang jika engkau telah mempersiapkannya berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai akar-akar yang baik.
Tanggung jawab seorang ibu sama besarnya dengan seorang bapak, bahkan seorang ibu memiliki tanggung jawab yang lebih berat, karena ibulah yang selalu berdampingan dengan anaknya semenjak ia dilahirkan hingga tumbuh besar dan mencapai usia yang layak untuk memikul bebannya. Rasulullah saw. telah mengkhususkan tanggung jawab seorang ibu dengan sabdanya :
وَالْاُمُّ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَاعِيَتِهَا
Dan seorang ibu adalah seorang pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap (anak-anak) yang di asuhnya itu (HR. Bukhari dan Muslim)
Semua itu dimaksudkan untuk menciptakan suasana kebersamaan antara bapak dan ibu dalam mempersiapkan generasi dan dalam memndidik anak. Jika seorang ibu meremehkan kewajibannya dalam mendidik anak karena sibuk dengan karier dan teman-temannya, menerima tamu dan sering keluar rumah, sementara di pihak lain bapak menyepelekan tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik anak-anaknya, karena ia menggunakan waktu luangnya untuk pergi ke tempat-tempat bermain dan minum kopi bersama kawan-kawannya, maka sudah barang tentu anak akan tumbuh dewasa dengan kurang kasih sayang yang akan berakibat buruk terhadap anak dalam akhlak dan perilakunya.
Semoga kita bias menjadi pemimpin sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, menurut fitrah kita masing-masing dalam memimpin keluarga kita, amiin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fitrah wanita dalam pendidikan ?
2. Pendidikan apa saja yang harus disampaikan wanita kepada anaknya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang fitrah wanita dalam pendidikan.
2. Menjelaskan jenis pendidikan yang harus disampaikan wanita kepada anaknya ?


BAB II
PEMBAHASAN
PARTISIPASI WANITA ISLAM DALAM PENDIDIKAN

A. Fitrah Seorang Wanita
Rasulullah saw. bersabda :
اَلرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ اَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ, وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَاعِيَتِهِ
Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu, dan seorang wanita (istri) adalah di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu. (HR. Bukhari Muslim)
Menurut hadits tersebut, penyusun dapat menarik pengertian, bahwa suatu keluarga itu ibarat suatu organisasi yang satu sama lain (suami dan istri) saling membantu dalam tercapainya tujuan organisasi tersebut (tujuan rumah tangga), yaitu suami sebagai pemimpin di dalam keluarganya, dan istri sebagai pemimpin di dalam rumah suaminya. Suatu organisasi akan mencapai tujuannya jika pengelolanya diatur secara baik dan benar menurut syari’at Islam, dimana Islam telah mengatur bahwa tugas suami adalah mencari nafkah untuk istri dan anaknya, sedangkan istri berperan dalam mengatur nafkah dan membelanjakan secara baik sesuai kebutuhan, serta berperan dalam membina, mendidik dan mengarahkan anak sesuai syari’at Islam. Andai setiap keluarga melakukan hal yang demikian, sungguh mereka telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai akar-akar yang baik, seperti kata seorang penyair :
اَلْاُمُّ مَدْرَسَةٌ اِذَا اَعْدَدْتَهَا * اَعْدَدْتَ طِيْبِ الْاَعْرَاقِ
Ibu adalah sekolah yang jika
engkau telah mempersiapkannya
berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa
yang mempunyai akar-akar yang baik.
Untuk itu jangan sampai kita menyia-nyiakan anak-anak kita dengan kurangnya curahan kasih saying, yang malah mementingkan karier daripada keluarga. Jika seorang ibu lebih mementingkan kariernya maka sudah barang tentu anak akan tumbuh dewasa sebagai anak-anak yatim dan hidup sebagai anak yang terasing. Bahkan secara tidak langsung mereka akan menjadi penyebab kerusakan umat.
Sungguh benar seorang penyair yang mengatakan :
لَيْسَ الْيَتِيْمُ مَنِ انْتَهَى اَبُوْهُ مِنْ * هَمِّ الْحَيَاتِ وَخَلْفَاهُ ذَلِيْلاً
اِنَّ الْيَتِيْمَ هُوَ الَّذِيْ تَلَقَّى لَهُ * اُمًّا تَخَلَّتْ اَوْ اَبًا مَشْغُوْلاً
Bukanlah anak yatim itu adalah yang kedua orangtuanya telah selesai menanggung derita hidup (mati) dan meninggalkannya sebagai anak yang hina, tetapi anak yatim itu adalah yang mendapatkan seorang itu yang menelantarkannya atau seorang bapak yang sibuk (tidak menghiraukannya).
Apa yang bisa diharapkan dari anak-anak yang bapak dan ibunya berada dalam keadaan seperti ini, yakni meremehkan dan membiarkan mereka?.
Tentu kita tidak akan bisa berharap banyak dari mereka selain dari lahirnya kenakalan dan kejahatan, karena ibu tidak memperhatikan pendidikannya, dan bapak meremehkan kewajibannya di dalam mendidik dan mengawasinya.
Untuk itu marilah kita tetap dalam fitrah kita masing-masing, jangan sampai seorang isteri lebih cinta dunia daripada tanggung jawabnya yang sesuai fitrahnya itu. Sebagaimana firman Allah SWT. :
         ••             ••    (الروم : 30)
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar Ruum : 30)
Al Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لمِاَ جِئْتُ بِهِ (رواه البخاري)
Tidak beriman salah seorang di antara kamu, sebelum (keinginannya) mengikuti apa yang aku bawa (Islam). (HR. Bukhari)
Jadi jelas menurut dalih tersebut bahwa orang yang meninggalkan fitrahnya itu termasuk orang yang tidak beriman. Dalam hal ini Allah SWT. Berfirman :
         •                   •       (النساء : 13-14)
13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.
14. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (QS. An-Nisa : 13-14).
Naudzubillahi min dzalik, semoga Allah swt. memberi petunjuk dan kekutan kepada kita dalam menghadapi rayuan dunia yang fana ini. Amiin.

B. Tanggung Jawab Pendidikan yang Harus Dilakukan untuk Anak
1. Pendidikan Iman
Yang dimaksud pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya dengan rukun Islam sejak ia memahami dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syari’at sejak usia tamyiz.
Yang dimaksud dengan dasar-dasar keimanan ialah segala sesuatu yang ditetapkan melalui pemberitaan secara benar, berupa hakikat keimanan dan masalah gaib, semisal beriman kepada Allah swt. beriman kepada para malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada semua rasul, hari akhir, qodho dan qodar, siksa kubur, kebangkitan, hisab, surga dan neraka serta hal gaib lainnya.
Yang dimaksud rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani maupun materi yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Dan yang dimaksud dengan dasar-dasar syari’at adalah segala yang berhubungan dengan sistem atau aturan ilahi dan ajaran-ajaran Islam, berupa akidah, ibadah, akhlak, perundang-undangan, peraturan dan hukum.
Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman-pemahaman di atas, sehingga anak akan terikat dengan Islam, baik akidah maupun ibadah, dan juga ia akan selalu berkomunikasi dengannya dalam hal penerapan metode maupun peraturannya. Setelah mendapat petunjuk dan pendidikan ini, ia hanya akan mengenal Islam sebagai agamanya. Al Quran sebagai imannya dan Rasulullah saw sebagai pemimpin dan teladannya.
Berikut ini penyusun sajikan sebagian petunjuk dan wasiat Rasulullah saw. :
1. Membukan kehidupan anak dengan Kalimat Laailaaha Ilallaah. Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. bersabda :
اِفْتَحُوْا عَلَى صِبْيَانِكُمْ اَوَّلَ كَلِمَةٍ بِلاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ (رواه الحاكم)
Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan Laailaaha illallaah.
2. Mengenalkan hukum-hukum Allah kepada anak sejak dini. Ibnu jarir dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata :
اِعْمَلُوْا بِطَاعَةِ اللهِ وَاتَّقُوْا مَعَاصِ اللهِ وَمُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِامْتِثَالِ الْاَوَاِمِر, وِاجْتِنَابِ النَّوَاهِيْ, فَذَالِكَ وِقَايَةٌ لَهُمْ وَلَكُمْ مِنَ النَّارِ (رواه ابن جرير وابن المنذير)
Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka.
3. Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun.
Al Hakim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu bin Ash r.a. dari Rasulullah saw., beliau bersabda :
مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ, وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشَرَ, وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (رواه الحاكم)
Perintahkan anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia 7 tahun, dan jika mereka sudah berusia 10 tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkan tempat tidur mereka.
4. Mendidik anak untuk mencintai rasul, keluarganya dan membaca Al Quran.
At Thabrani meriwayatkan dari Ali r.a. bahwa Nabi saw. bersabda :
اَدِّبُوْا اَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثَةِ حِصَالٍ : حُبُّ نَبِيِّكُمْ وَحُبُّ اَلِ بَيْتِهِ وَتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ فَاِنَّ حَمَلَةَ الْقُرْآنِ فِيْ ظِلِّ عَرْشِ اللهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ مَعَ اَنْبِيَاءِهِ وَاَصْفِيَاءِهِ (رواه الطبراني)
Didiklah anak-anakmu pada tiga hal, mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya dan membaca Al Quran, sebab orang yang ahli Al Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci.

2. Pendidikan Moral
Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf.
Termasuk persoalan yang tidak diragukan lagi, bahwa moral, sikap dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang kuat dan pertumbuhan sikap keberagamaan seseorang yang benar.
Jika sejak masa kanak-kanaknya ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan bertindak untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampuan dan bekal pengetahuan di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa dengan akhlak mulia. Sebab benteng pertahanan religius yang berakar dari sanubarinya, kebiasaan mengingat Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan introspeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran perasaan, telah memisahkan anak dari sifat-sifat jelek, kebiasaan-kebiasaan dosa, tradisi jahiliyah yang rusak, bahkan setiap kebaikan akan diterima sebagai salah satu kebiasaan dan kesenangan, dan kemuliaan akan menjadi akhlak dan sifat yang paling utama.
Jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, lepas dari ajaran religius dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak diragukan lagi, bahwa anak akan tumbuh dewasa atas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Bahkan ia akan mengikuti nafsu dan bisikan setan sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.
Allah berfirman :
           (القصص : 50)
50. dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. (QS. Al Qoshosh : 50)
Berikut ini sebagian wasiat dan petunjuk Rasulullah saw. dalam upaya mendidik anak dari aspek moral :
Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakaknya bahwa Rasulullah saw. bersabda :
مَا نَحَلَ وَالِدٌ مِنْ نَحَلٍ اَفْضَلُ مِنْ اَدَبِ حَسَنٍ (رواه الترمذي)
Tidak ada suatu pemberian yang lebih utama yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya, kecuali budi pekerti yang baik.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :
اَكْرِمُوْا اَوْلاَدَكُمْ وَاَحْسِنُوْا اَدَبَهُمْ (رواه ابن عباس)
Abdur Razzaq, Said bin Mansyur dan lainnya meriwayatkan hadits dari Ali r.a :
عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ الْخَيْرَ وَاَدِّبُوْاهُمْ (رواه عبد الرزاق وسعيد بن منصور وغيرهما)
Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anakmu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.
Berdasarkan hadits pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa para pendidik, terutama orangtua, khususnya ibu karena ibulah yang lebih sering bersama dengan anaknya dan juga berdasarkan kepada hadits nabi bahwa ibu adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu, mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral.

3. Pendidikan Fisik
Diantara tanggung jawab lain yang dipikulkan Islam di atas pundak para pendidik, termasuk ayah, ibu dan para pengajar, adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan bersemangat.
Berikut ini adalah beberapa dasar-dasar ilmiah yang digariskan Islam dalam mendidik fisik anak-anak, supaya para pendidik dapat mengetahui besarnya tanggung jawab dan amanat yang diserahkan Allah, diantaranya adalah :
a. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak, firman Allah :
       (البقرة : 233)
Dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. (QS. Al Baqarah : 233).
b. Mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur. Rasulullah saw. bersabda :
مَا مَلَأً اَدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ, بِحَسَبِ ابْنِ اَدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ, فَاِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلاً, فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهش وِثُلُثٌ لِنَفْسِهِ (رواه احمد والترمذي وغيرهما)
Tidak ada suatu tempat yang lebih buruk yang dipenuhi oleh anak adam dari perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap saja, asal dapat menegakkan tulang rusaknya, tetapi apabila ia terpaksa melakukannya, maka hendaknya sepertiga dari perutnya itu diisi dengan makanan, sepertiganya dengan minuman dan sepertiganya lagi untuk pernapasan. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan lainnya)
c. Membiasakan Anak Berolah Raga dan Bermain Ketangkasan
Rasulullah saw. bersabda :
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ....(رواه مسلم)
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah…(HR. Muslim).
Hal ini dimaksudkan agar pada masa dewasa nanti, anak dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya.
Imam Ahmad dan Abu Naim meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal secara marfu’ :
اِيَّاكُمْ وَالتَّنَعُّمِ فَاِنَّ عِبَادَ اللهِ لَيْسُوْا بِالْمُتَنَعِّمِيْنَ (رواه احمد وابو نعيم)
Janganlah kalian terlalu larut dalam kesenangan (kemewahan) karena sesungguhnya hamba Allah itu bukan orang-orang yang terlalu larut dalam kesenangan (kemewahan). (HR. Ahmad dan Abu Nu’aim)
Itulah yang dapat penulis sajikan dari sekian banyak tugas dan tanggung jawab orang tua khususnya ibu karena biasanya ibu yang lebih sering bersama anak.
Semoga para pembaca tidak merasa cukup dengan uraian makalah ini, agar para pembaca mempunyai keinginan untuk menggali dan mencari lagi, karena tugas dan tanggung jawab pendidikan tidak hanya sebatas apa yang penulis sajikan tetapi masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab yang lainnya. Untuk itu mari kita sama-sama mencari dan menggalinya untuk mempersiapkan pendidikan untuk anak-anak kita kelak.

BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :
1. Mengenal diri secara fitrah masing-masing itu wajib agar hidup kita selalu berada di jalan yang diridloi oleh Allah.
2. Tugas pendidikan adalah tugas bersama mulai dari keluarga, lingkungan/masyarakat, pemerintah, tetapi paling utama adan pertama adalah pendidikan yang dilakukan di keluarga dan ibulah yang akan lebih banyak berperan dalam pendidikan anak-anaknya karena ibu yang lebih banyak bersama dengan anak-anak, dan ayah bisa berperan sebagai pengontrol pendidikan yang dilakukan ibu.
3. Pendekatan pendidikan secara Islami adalah salah satu sarana yang paling baik untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak, karena Islam adalah agama yang kaffah.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Prof. Dr. H, M.A., 2003, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Angkasa, Bandung.

Nasih Ulwan Abdullah, Prof., 2002, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Pustaka Amani, Jakarta

Writted By Jajang Jamaludin
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Jawharie.blogspot.com
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Thanks for your visiting this Blog, please leave comment !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JawHarie.Blogspot.com - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger