BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Perjalanan hidup manusia penuh dengan ketidaksempurnaan, ia membutuhkan contoh dan tauladan dari orang-orang sebelumnya, karena itu manusia menganggap penting untuk bercermin kepada kejadian yang telah lalu yang disebut sejarah, sebagaimana disampaikan oleh Al-Quran surat Al-Hasyru ayat 18 yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia bisa terus berkembang dalam berbagai bidang, dengan pendidikan manusia hidup lebih bermartabat, dengan pendidikan berbagai persoalan kehidupan diselesaikan, mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia maka akan dijelaskan bagaimana sejarah perkembangan pendidikan di Kalimantan dan Sulawesi sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah pendidikan di republik tercinta ini.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa sebagai figur intelektual di masyarakat harus pandai bercermin pada kejadian yang telah lalu, agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan tidak terjerumus pada lubang yang sama untuk yang kedua kali. Selain itu mahasisiwa Fakultas Tarbiyah sudah selayaknya mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam..
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII) di semester 3 B Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Institut Agama Islam Darussalam Ciamis.
3. Semoga bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan keilmuan di lingkungan kampus dan masayarakat.
C. Batasan Pembahasan
Luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia dan kemampuan penulis yang terbatas menjadi ispisari bagi penulis untuk membatasi pembahasan hanya menjelaskan Kerajaan Islam di Kalimantan dan Sulawesi, agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami materi yang dibahas maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan
2. Perkembangan Pendidikan Islam di Kalimantan
3. Menjelaskan Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
4. Menjelaskan Perkembangan Pendidikan Islam di Sulawesi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Islam di Kalimantan
Di Kalimantan ada banyak kerajaan, berikut nama nama kerajaan yang ada di beberapa wilayah di Kalimantan :
1. Kalimantan Barat : Tanjungpura, Kadriah, Pontianak, Kubu, Sintang, Mempawah, Meliau, Sambas, Sanggau, Selimbau, Sekadau, Landak, Tayan.
2. Kalimantan Tengah : Kotawaringin.
3. Kalimantan Selatan : Negara Daha, Banjar, Pagatan, Kusan, Sabamban, Tjingal, Sampanahan.
4. Kalimantan Timur : Kutai Kartanegara, Kutai Martadipura, Paser, Berau, Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, Tidung.
5. Kalimantan Utara : Brunei, Sabah, Serawak, Sulu.
Diantara kerajaan-kerajaan tersebut, di sini hanya akan menjelaskan sekilas tentang kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai Kartanegara.
1. Kerajaan Banjar
Kerajaan ini berdiri pada tanggal 24 September 1526, Kerajaan ini berpusat di Banjarmasin dan dipindahkan ke Martapura. Kerajaan Banjar dipimpin oleh raja Islam sejak awal berdirinya, pada saat itu Kerajaan Banjar dipimpin oleh Sultan Suriansyah.
Dalam pemerintahan telah ada yang dinamakan penghulu atau mufti yang kedudukannya sama dengan hakim pada saat ini tetapi berdasarkan agama Islam, ada Bujangga yang mengepalai urusan bangunan rumah agama dan rumah ibadah.
Peran kerajaan terhadap pendidikan terjadi secara tidak langsung, artinya pendidikan tidak secara langsung diselenggarakan oleh kerajaan, tetapi pemerintah mendukung terhadap upaya-upaya pendidikan yang diselenggarakan oleh para ulama, hal itu berdasarkan data bahwa kerajaan tidak mengangkat pejabat khusus yang membawahi masalah pendidikan.
2. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai Kertanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah bernama Tepian Batu atau Kutai Lama. Pada abad ke-16 Kerajaan Kutai Kartanegara berhasil menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura. Maka Kerajaan Kutai Kartanegara berubah menjadi Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pengaruh Islam masuk ke kerajaan pada abad ke-17 disebarkan oleh Tuan Tunggang Parangan dan diterima dengan baik oleh kerajaan.
Penulis tidak menemukan data tertulis tentang bagaimana peran kerajaan terhadap pendidikan Islam, tetapi mengingat Islam telah masuk di Kalimantan pada abad ke-15 Hijriah, tentunya proses pendidikan telah ada di lingkungan masyarakat kutai walaupun hanya dalam bentuk halaqah-halaqah.
B. Pendidikan Islam di Kalimantan
1. Islam Masuk di Kalimantan
Islam pertama kali masuk di Kalimantan adalah di daerah utara tepatnya di daerah Brunai sekitar pada tahun 1500 M. Setelah raja Brunai memeluk Islam (sekitar 1520), maka Brunai menjadi pusat penyiaran agama Islam sehingga Islam sampai ke Pilipina.
Pusat penyebaran Islam yang lain adalah di Kalimantan Barat di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan Johor.
Adapun masuknya Islam di Kalimantan Selatan terjadi sekitar 1550 M atas pengaruh dari Jawa. Dikatakan bahwa raja-raja di Kalimantan Selatan memeluk agama Islam setelah mendapat bantuan dari Sultan Demak.
Daerah Timur Kalimantan terdapat kerajaan Bugis yang mendapat pengaruh Islam sekitar tahun 1620 M. Islam masuk ke daerah ini melalui jalan perkawinan orang-orang Arab dengan putri-putri raja di daerah ini.
2. Pendidikan Islam di Kalimantan
Pendidikan Islam di Kalimantan dipelopori oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini menjadi inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah :
b. Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah)
Di antara madrasah yang masyhur adalah Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah) di Sambas yang berdiri pada tahun 1922 M. Proses pembelajaran di madrasah ini selama 5 tahun ditambah 1 tahun kursus vak agama. Materi yang diajarkan adalah ilmu-ilmu agama ditambah pengetahuan umum.
c. Al-Raudlatul Islamiyyah
Madrasah Al-Raudlatul Islamiyyah berlokasi di Pontianak, didirikan pada tahun 1936 M. Madrasah ini menyelenggarakan dua tingkat pendidikan yaitu Ibtidaiyah selama 6 tahun dan Tsanawiyah selama 3 tahun. Materi yang diajarkan sama dengan madrasah lain yaitu ilmu agama ditambah ilmu umum.
d. Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP)
SMIP didirikan pada tanggal 15 Oktober 1946 M di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Lama pelajarannya selama 5 tahun terdiri dari 6 kelas. Pelajaran Agama di kelas 1, 2 dan 3 sederajat dengan Tsanawiyah dan pelajaran umum sedapat-dapatnya sederajat dengan SMP Negeri.
e. Normal Islam Amuntai
Madrasah ini didirikan pada tahun 1928 oleh H. Abdur Rasyid, seorang lulusan Al-Azhar Mesir dengan nama Arabische School. Pada akhir 1941 tampuk kepemimpinan dipegang oleh Ustadz M. Arif Lubis, salah satu guru di Pondok Modern Gontor Ponorogo (Madiun) dan berubah namanya menjadi Ma’had Rasyidah Amuntai. Pada tahun 1945, nama madarasah berubah menjadi sekolah guru dengan nama Normal Islam IMI Amuntai, dengan lama pelajaran selama 6 tahun dan rencana pelajarannya disesuaikan dengan hajat masyarakat.
Selain madrasah-madrasah tersebut banyak madrasah-madrasah lainnya, diantaranya Madrasah Imad Darussalam di Martapura, Madrasah Sekolah Menengah Islam di Kandangan, Madrasah Al-Ashriah di Banjarmasin dan lain-lain.
3. Organisasi Perkumpulan Madrasah
Di kalimantan ada beberapa organisasi perkumpulan madrasah, diantaranya :
a. Persatuan Madrasah Islam Indonesia (PERMI)
Permi didirikan di Pontianak pada tahun 1954 dengan tujuan untuk menyatukan nama madrasah dengan nama yang sederhana yaitu Madrasatul Islam Al Ibtidaiyah dan Madrasatul Islam Tsanawiyah. Tujuan lainnya adalah menyatukan bahan dan sumber pelajaran, yakni menggunakan kitab-kitab keluaran Sumatera. Permi memberi ketentuan bahwa pelajaran pada madrasah-madrasah itu terdiri dari ilmu agama, bahasa Arab dan pengetahuan umum dengan porsi pengetahuan umum sekurang-kurangnya 30%. Permi juga mempunyai tujuan untuk menyatukan madrasah-madrasah dalam organisasi ini.
b. Ikatan Madrasah Islam (IMI) Amuntai
IMI didirikan pada tanggal 15 Maret 1945 dengan tujuan menciptakan adanya pendidikan dan pengajaran Islam, memperluas berdirinya perguruan tinggi Islam dan memperbaiki organisasi dan leerplan perguruan-perguruan Islam yang telah ada agar sesuai dengan hajat hidup orang banyak.
Untuk mencapai tujuan tersebut IMI melakukan rapat-rapat dengan guru-guru dan pendidik-pendidik Islam, mendirikan perguruan-perguruan Islam jika memungkinkan, menggabungkan perguruan-perguruan Islam menjadi satu serta memberikan arahan-arahan kepada perguruan-perguruan Islam tentang pendidikan, pengajaran dan organisasi.
C. Kerajaan Islam di Sulawesi
Di beberapa wilayah Sulawesi ada beberapa kerajaan yang berdiri, diantaranya di Sulawesi Selatan ada kerajaan Gowa, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Di Sulawesi Tengah ada kerajaan Banggai dan di Sulawesi Tenggara ada kerajaan Buton.
Diantara kerajaan Islam di Sulawesi adalah Kerjaan Makassar. Awalnya kerajaan ini bernama Goa dan Tallo, terletak di Sulawesi Selatan.
Sebelum abad ke-16 M, raja-raja Makassar belum memeluk Islam, baru setelah datang Datuk Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatera, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.
Sultan Alauddin (1591-1638) adalah Raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam. Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Makassar menjelma menjadi kerajaan maritime. Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said (1639-1653). Setelah Sultan Said, raja berikutnya adalah Sultan Hasanudin (1653-1669). Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin ini, Kerajaan Makassar mengalami masa keemasan. Selain memajukan perdagangan, Sultan Hasanudin juga mengadakan ekspansi wilayah sehingga berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone.
Setelah Sultan Hasanudin turun tahta, Mapasomba, putranya berusaha melanjutkan perjuangan ayahnya melawan Belanda, namun sayang pasukan Makassar dapat dipukul mundur, sehingga Kerajaan Makassar dikuasai oleh Belanda.
D. Pendidikan Islam di Sulawesi
1. Masuknya Islam ke Sulawesi
Islam pertama masuk ke Sulawesi adalah ke Sulawesi Selatan. Daerah ini di diami oleh suku Makassar dan Bugis.
Islam masuk di Sulawesi atas jasa Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk Ri Tiro, namun yang paling besar perannya adalah Datuk Ri Bandang. Beliau mengadakan hubungan dengan raja Goa sehingga akhirnya raja Goa memeluk Islam sekitar tahun 1600 M dan mengubah namanya menjadi Sultan Alauddin Awwalul Islam. Sikap raja Goa ini diikuti oleh wazir besarnya, Karaeng Matopia, pembesar-pembesar kerajaan dan rakyat umum.
Islam semakin luas penyebarannya seiring dengan keberhasilan Kerajaan Goa menaklukan berbagai wilayah di Sulawesi, seperti Bone , Bima, Sumbawa dan Buton.
2. Perkembangan Pendidikan Islam di Sulawesi
Pendidikan Islam di Sulawesi pada awalnya merupakan pesantren/surau. Perkembangan pendidikan mulai pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang datang dari tanah suci Mekah. Sebelum kedatangan mereka, pendidikan Islam dipelopori oleh ulama-ulama tua, diantara yang termasyhur adalah Syaikh Yusuf Tajul Khalwati di Goa.
Pada masa terakhir yang paling berjasa dalam perkembangan Islam adalah Syaikh As’ad di Singkang. Pada dasarnya sistem dan rencana pengajaran di Sulawesi, Sumatera dan Jawa adalah sama, mengingat sumber mereka adalah sama yaitu Mekah.
Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pendidikan mulai dilembagakan dengan didirikannya madrasah-madrasah dengan format seperti pendidikan modern. Yang pertama kali mendirikan madrasah di Sulawesi adalah Organisasi Muhammadiyah, sekitar tahun 1926.
Diantara madrasah yang ada di Sulawesi :
a. Madrasah Amiriah Islamiah di Bone
Madrasah Amiriah Islamiah didirikan pada tahun 1933 di Watampone Bone oleh Persatuan Ulama dan pemuka-pemuka rakyat. Sebagai pelindung utama adalah raja Bone, Andi Mappanjukki.
Materi yang diajarkan tidak hanya ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab, tetapi juga pengetahuan umum.
Madrasah Amiriah mengelola tiga tingkat pendidikan sekaligus, yaitu tingkat Ibtidaiyah selama 3 tahun, tingkat Tsanawiyah selama 3 tahun dan tingkat Muallimin selama 2 tahun.
Rencana pelajaran di Madrasah Amiriah Islamiah diatur sebagai berikut : tingkat Ibtidaiyah diajarkan 50% agama dan 50% umum, pada tingkat Tsanawiyah komposisi berubah dengan perbandingan 60:40 dan tingkat Muallimin berubah menjadi 80:20.
Dalam perkembangan berikutnya Madrasah Amiriah berubah menjadi Sekolah Menengah Islam (1952), pada tahun 1954 berubah menjadi PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama).
b. Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah di Bugis
Pada awal perkembangannya madrasah ini merupakan halaqah yang mengambil tempat di rumah dan masjid yang dipimpin oleh Syaikh HM. As’ad bin HA. Rasyid. Selanjutnya proses pendidikan ini dilembagakan menjadi madrasah dengan nama Madrasah Wajo Tarbiayah Islamiyah pada tahun 1350 H (1931 M). Sejurus kemudian namanya berubah menjadi Madrsah As’adiyah.
Madrasah ini menyelenggarakan beberapa tingkat pendidikan, diantaranya Awaliyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Sistem pembelajaran di madrasah ini selain menggunakan sistem belajar di kelas, juga mempertahankan sistem berhalaqah.
c. Madarasah Al-Khairat di Palu
Madrasah ini didirikan di Palu ibu kota keresidenan pada tahun 1930 M oleh Syaikh Al-Idrus. Madrasah ini mempunyai cabang yang tidak kurang dari 60 cabang yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah dan Utara.
Pada awalnya madrsah ini mementingkan pelajaran agama dengan bahasa Arab sebagai pengantarnya, tetapi dalam perkembangannya madrasah ini terpecah menjadi dua bagian, yang satu mementingkan pelajaran agama dan yang lain mementingkan pelajaran umum. Maka disamping madrasah-madrasah itu didirikan S.R., dan SMP. Tingkatan madrasah tertinggi pada saat itu (1959) adalah Madrasah Lanjutan Atas.
d. Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Mangkoso
Madrasah ini berdiri tahun 1938. Didirikan oleh H. Abdoerrahman Ambon Dale, salah seorang murid Syaikh H.M. As’ad, Bugis. Pada tanggal 16 Rabiul Awwal 1336 H bertepatan dengan tanggal 7 Pebruari 1947 madrasah ini diubah menjadi Daru Da’wah wal Irsyad.
e. Daru Da’wah wal Irsyad
Daru Da’wah wal Irsyad, dibentuk dengan tiga tujuan :
1) Memajukan kecerdasan umum dan peradaban manusia, serta menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan menyadarkan umat hidup bertaqwa.
2) Menuntun umat ke arah pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut.
3) Memelihara persatuan dalam kaum Muslimin dan perdamaian dalam masyarakat ramai.
Bedasarkan Konferensi Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan di Pare-Pare pada Agustus 1954, maka Daru Da’wah wal Irsyad menyelenggarakan beberapa tingkat madrasah, yaitu Taman Kanak-kanak Islam selama 2 tahun, Sekolah Rakyat Islam selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama Islam selama 4 tahun dan Sekolah Menengah Atas Islam selama 3 tahun.
Daru Da’wah wal Irsyad juga mendirikan sekolah-sekolah kejuruan, yaitu Sekolah Kemasyarkatan Islam (SKI), Kursus Dagang Islam (KDI), Sekolah Guru Islam (SGI), Sekolah Guru Taman Kanak-kanak Islam (SGTKI) dan Sekolah Kerumahtanggaan Islam (SKTI).
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan di Kalimantan dan Sulawesi tidak lepas dari tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di daerah tersebut. Islam semakin luas penyebarannya setelah Islam dianut oleh raja-raja dari Kerajaan di daerah tersebut. Diantara Kerajaan Islam yang besar pengaruhnya di Kalimantan adalah Kerajaan Banjar dan Kerajaan Kutai, sementara di Sulawesi adalah Kerajaan Makassar yang asalnya bernama Goa dan Tallo.
Peran Kerajaan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam tidak terlihat secara langsung, tetapi pada dasarnya kerajaan mendukung terhadap hal tersebut, diantara bentuk dukungan tersebut adalah adanya pejabat khusus yang membawahi masalah agama dan tempat ibadah.
Pendidikan Islam di Kalimantan telah dilaksanakan sejak Islam masuk ke Kalimantan, namun pelembagaan pendidikan pertama kali dilakukan oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini menjadi inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah :
Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah) dipelopori oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini mendaji inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah : Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah), Al-Raudlatul Islamiyyah, Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP), Normal Islam Amuntai serta madarasah-madrasah lainnya.
Untuk penyeragaman dalam pelaksanaan pendidikan maka muncullah perkumpulan-perkumpulan Madrasah diantaranya Persatuan Madrasah Islam Indonesia (PERMI) dan Ikatan Madrasah Islam (IMI) Amuntai.
Pendidikan Islam di Sulawesi pada mulanya merupakan pesantren/surau. Untuk mengimbangi perkembangan zaman, maka pendidikan mulai dilembagakan dengan didirikannya madrasah-madrasah dengan format seperti pendidikan modern. Yang pertama kali mendirikan madrasah di Sulawesi adalah Organisasi Muhammadiyah, sekitar tahun 1926.
Diantara madrasah yang ada di Sulawesi : Madrasah Amiriah Islamiah di Bone, Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah di Bugis, Madarasah Al-Khairat di Palu, Madrasah, Tarbiyah Islamiyah di Mangkoso, Daru Da’wah wal Irsyad.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, H., dan Ibrahim, T., 2008, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3., Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Yunus, Mahmud, H. Prof, 1984, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara_ing_Martadipura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Perjalanan hidup manusia penuh dengan ketidaksempurnaan, ia membutuhkan contoh dan tauladan dari orang-orang sebelumnya, karena itu manusia menganggap penting untuk bercermin kepada kejadian yang telah lalu yang disebut sejarah, sebagaimana disampaikan oleh Al-Quran surat Al-Hasyru ayat 18 yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia bisa terus berkembang dalam berbagai bidang, dengan pendidikan manusia hidup lebih bermartabat, dengan pendidikan berbagai persoalan kehidupan diselesaikan, mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia maka akan dijelaskan bagaimana sejarah perkembangan pendidikan di Kalimantan dan Sulawesi sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah pendidikan di republik tercinta ini.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa sebagai figur intelektual di masyarakat harus pandai bercermin pada kejadian yang telah lalu, agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan tidak terjerumus pada lubang yang sama untuk yang kedua kali. Selain itu mahasisiwa Fakultas Tarbiyah sudah selayaknya mengetahui sejarah pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam..
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII) di semester 3 B Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Institut Agama Islam Darussalam Ciamis.
3. Semoga bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan keilmuan di lingkungan kampus dan masayarakat.
C. Batasan Pembahasan
Luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia dan kemampuan penulis yang terbatas menjadi ispisari bagi penulis untuk membatasi pembahasan hanya menjelaskan Kerajaan Islam di Kalimantan dan Sulawesi, agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami materi yang dibahas maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan
2. Perkembangan Pendidikan Islam di Kalimantan
3. Menjelaskan Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
4. Menjelaskan Perkembangan Pendidikan Islam di Sulawesi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Islam di Kalimantan
Di Kalimantan ada banyak kerajaan, berikut nama nama kerajaan yang ada di beberapa wilayah di Kalimantan :
1. Kalimantan Barat : Tanjungpura, Kadriah, Pontianak, Kubu, Sintang, Mempawah, Meliau, Sambas, Sanggau, Selimbau, Sekadau, Landak, Tayan.
2. Kalimantan Tengah : Kotawaringin.
3. Kalimantan Selatan : Negara Daha, Banjar, Pagatan, Kusan, Sabamban, Tjingal, Sampanahan.
4. Kalimantan Timur : Kutai Kartanegara, Kutai Martadipura, Paser, Berau, Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, Tidung.
5. Kalimantan Utara : Brunei, Sabah, Serawak, Sulu.
Diantara kerajaan-kerajaan tersebut, di sini hanya akan menjelaskan sekilas tentang kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai Kartanegara.
1. Kerajaan Banjar
Kerajaan ini berdiri pada tanggal 24 September 1526, Kerajaan ini berpusat di Banjarmasin dan dipindahkan ke Martapura. Kerajaan Banjar dipimpin oleh raja Islam sejak awal berdirinya, pada saat itu Kerajaan Banjar dipimpin oleh Sultan Suriansyah.
Dalam pemerintahan telah ada yang dinamakan penghulu atau mufti yang kedudukannya sama dengan hakim pada saat ini tetapi berdasarkan agama Islam, ada Bujangga yang mengepalai urusan bangunan rumah agama dan rumah ibadah.
Peran kerajaan terhadap pendidikan terjadi secara tidak langsung, artinya pendidikan tidak secara langsung diselenggarakan oleh kerajaan, tetapi pemerintah mendukung terhadap upaya-upaya pendidikan yang diselenggarakan oleh para ulama, hal itu berdasarkan data bahwa kerajaan tidak mengangkat pejabat khusus yang membawahi masalah pendidikan.
2. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai Kertanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah bernama Tepian Batu atau Kutai Lama. Pada abad ke-16 Kerajaan Kutai Kartanegara berhasil menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura. Maka Kerajaan Kutai Kartanegara berubah menjadi Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pengaruh Islam masuk ke kerajaan pada abad ke-17 disebarkan oleh Tuan Tunggang Parangan dan diterima dengan baik oleh kerajaan.
Penulis tidak menemukan data tertulis tentang bagaimana peran kerajaan terhadap pendidikan Islam, tetapi mengingat Islam telah masuk di Kalimantan pada abad ke-15 Hijriah, tentunya proses pendidikan telah ada di lingkungan masyarakat kutai walaupun hanya dalam bentuk halaqah-halaqah.
B. Pendidikan Islam di Kalimantan
1. Islam Masuk di Kalimantan
Islam pertama kali masuk di Kalimantan adalah di daerah utara tepatnya di daerah Brunai sekitar pada tahun 1500 M. Setelah raja Brunai memeluk Islam (sekitar 1520), maka Brunai menjadi pusat penyiaran agama Islam sehingga Islam sampai ke Pilipina.
Pusat penyebaran Islam yang lain adalah di Kalimantan Barat di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan Johor.
Adapun masuknya Islam di Kalimantan Selatan terjadi sekitar 1550 M atas pengaruh dari Jawa. Dikatakan bahwa raja-raja di Kalimantan Selatan memeluk agama Islam setelah mendapat bantuan dari Sultan Demak.
Daerah Timur Kalimantan terdapat kerajaan Bugis yang mendapat pengaruh Islam sekitar tahun 1620 M. Islam masuk ke daerah ini melalui jalan perkawinan orang-orang Arab dengan putri-putri raja di daerah ini.
2. Pendidikan Islam di Kalimantan
Pendidikan Islam di Kalimantan dipelopori oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini menjadi inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah :
b. Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah)
Di antara madrasah yang masyhur adalah Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah) di Sambas yang berdiri pada tahun 1922 M. Proses pembelajaran di madrasah ini selama 5 tahun ditambah 1 tahun kursus vak agama. Materi yang diajarkan adalah ilmu-ilmu agama ditambah pengetahuan umum.
c. Al-Raudlatul Islamiyyah
Madrasah Al-Raudlatul Islamiyyah berlokasi di Pontianak, didirikan pada tahun 1936 M. Madrasah ini menyelenggarakan dua tingkat pendidikan yaitu Ibtidaiyah selama 6 tahun dan Tsanawiyah selama 3 tahun. Materi yang diajarkan sama dengan madrasah lain yaitu ilmu agama ditambah ilmu umum.
d. Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP)
SMIP didirikan pada tanggal 15 Oktober 1946 M di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Lama pelajarannya selama 5 tahun terdiri dari 6 kelas. Pelajaran Agama di kelas 1, 2 dan 3 sederajat dengan Tsanawiyah dan pelajaran umum sedapat-dapatnya sederajat dengan SMP Negeri.
e. Normal Islam Amuntai
Madrasah ini didirikan pada tahun 1928 oleh H. Abdur Rasyid, seorang lulusan Al-Azhar Mesir dengan nama Arabische School. Pada akhir 1941 tampuk kepemimpinan dipegang oleh Ustadz M. Arif Lubis, salah satu guru di Pondok Modern Gontor Ponorogo (Madiun) dan berubah namanya menjadi Ma’had Rasyidah Amuntai. Pada tahun 1945, nama madarasah berubah menjadi sekolah guru dengan nama Normal Islam IMI Amuntai, dengan lama pelajaran selama 6 tahun dan rencana pelajarannya disesuaikan dengan hajat masyarakat.
Selain madrasah-madrasah tersebut banyak madrasah-madrasah lainnya, diantaranya Madrasah Imad Darussalam di Martapura, Madrasah Sekolah Menengah Islam di Kandangan, Madrasah Al-Ashriah di Banjarmasin dan lain-lain.
3. Organisasi Perkumpulan Madrasah
Di kalimantan ada beberapa organisasi perkumpulan madrasah, diantaranya :
a. Persatuan Madrasah Islam Indonesia (PERMI)
Permi didirikan di Pontianak pada tahun 1954 dengan tujuan untuk menyatukan nama madrasah dengan nama yang sederhana yaitu Madrasatul Islam Al Ibtidaiyah dan Madrasatul Islam Tsanawiyah. Tujuan lainnya adalah menyatukan bahan dan sumber pelajaran, yakni menggunakan kitab-kitab keluaran Sumatera. Permi memberi ketentuan bahwa pelajaran pada madrasah-madrasah itu terdiri dari ilmu agama, bahasa Arab dan pengetahuan umum dengan porsi pengetahuan umum sekurang-kurangnya 30%. Permi juga mempunyai tujuan untuk menyatukan madrasah-madrasah dalam organisasi ini.
b. Ikatan Madrasah Islam (IMI) Amuntai
IMI didirikan pada tanggal 15 Maret 1945 dengan tujuan menciptakan adanya pendidikan dan pengajaran Islam, memperluas berdirinya perguruan tinggi Islam dan memperbaiki organisasi dan leerplan perguruan-perguruan Islam yang telah ada agar sesuai dengan hajat hidup orang banyak.
Untuk mencapai tujuan tersebut IMI melakukan rapat-rapat dengan guru-guru dan pendidik-pendidik Islam, mendirikan perguruan-perguruan Islam jika memungkinkan, menggabungkan perguruan-perguruan Islam menjadi satu serta memberikan arahan-arahan kepada perguruan-perguruan Islam tentang pendidikan, pengajaran dan organisasi.
C. Kerajaan Islam di Sulawesi
Di beberapa wilayah Sulawesi ada beberapa kerajaan yang berdiri, diantaranya di Sulawesi Selatan ada kerajaan Gowa, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Di Sulawesi Tengah ada kerajaan Banggai dan di Sulawesi Tenggara ada kerajaan Buton.
Diantara kerajaan Islam di Sulawesi adalah Kerjaan Makassar. Awalnya kerajaan ini bernama Goa dan Tallo, terletak di Sulawesi Selatan.
Sebelum abad ke-16 M, raja-raja Makassar belum memeluk Islam, baru setelah datang Datuk Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatera, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.
Sultan Alauddin (1591-1638) adalah Raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam. Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Makassar menjelma menjadi kerajaan maritime. Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said (1639-1653). Setelah Sultan Said, raja berikutnya adalah Sultan Hasanudin (1653-1669). Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin ini, Kerajaan Makassar mengalami masa keemasan. Selain memajukan perdagangan, Sultan Hasanudin juga mengadakan ekspansi wilayah sehingga berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone.
Setelah Sultan Hasanudin turun tahta, Mapasomba, putranya berusaha melanjutkan perjuangan ayahnya melawan Belanda, namun sayang pasukan Makassar dapat dipukul mundur, sehingga Kerajaan Makassar dikuasai oleh Belanda.
D. Pendidikan Islam di Sulawesi
1. Masuknya Islam ke Sulawesi
Islam pertama masuk ke Sulawesi adalah ke Sulawesi Selatan. Daerah ini di diami oleh suku Makassar dan Bugis.
Islam masuk di Sulawesi atas jasa Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk Ri Tiro, namun yang paling besar perannya adalah Datuk Ri Bandang. Beliau mengadakan hubungan dengan raja Goa sehingga akhirnya raja Goa memeluk Islam sekitar tahun 1600 M dan mengubah namanya menjadi Sultan Alauddin Awwalul Islam. Sikap raja Goa ini diikuti oleh wazir besarnya, Karaeng Matopia, pembesar-pembesar kerajaan dan rakyat umum.
Islam semakin luas penyebarannya seiring dengan keberhasilan Kerajaan Goa menaklukan berbagai wilayah di Sulawesi, seperti Bone , Bima, Sumbawa dan Buton.
2. Perkembangan Pendidikan Islam di Sulawesi
Pendidikan Islam di Sulawesi pada awalnya merupakan pesantren/surau. Perkembangan pendidikan mulai pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang datang dari tanah suci Mekah. Sebelum kedatangan mereka, pendidikan Islam dipelopori oleh ulama-ulama tua, diantara yang termasyhur adalah Syaikh Yusuf Tajul Khalwati di Goa.
Pada masa terakhir yang paling berjasa dalam perkembangan Islam adalah Syaikh As’ad di Singkang. Pada dasarnya sistem dan rencana pengajaran di Sulawesi, Sumatera dan Jawa adalah sama, mengingat sumber mereka adalah sama yaitu Mekah.
Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pendidikan mulai dilembagakan dengan didirikannya madrasah-madrasah dengan format seperti pendidikan modern. Yang pertama kali mendirikan madrasah di Sulawesi adalah Organisasi Muhammadiyah, sekitar tahun 1926.
Diantara madrasah yang ada di Sulawesi :
a. Madrasah Amiriah Islamiah di Bone
Madrasah Amiriah Islamiah didirikan pada tahun 1933 di Watampone Bone oleh Persatuan Ulama dan pemuka-pemuka rakyat. Sebagai pelindung utama adalah raja Bone, Andi Mappanjukki.
Materi yang diajarkan tidak hanya ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab, tetapi juga pengetahuan umum.
Madrasah Amiriah mengelola tiga tingkat pendidikan sekaligus, yaitu tingkat Ibtidaiyah selama 3 tahun, tingkat Tsanawiyah selama 3 tahun dan tingkat Muallimin selama 2 tahun.
Rencana pelajaran di Madrasah Amiriah Islamiah diatur sebagai berikut : tingkat Ibtidaiyah diajarkan 50% agama dan 50% umum, pada tingkat Tsanawiyah komposisi berubah dengan perbandingan 60:40 dan tingkat Muallimin berubah menjadi 80:20.
Dalam perkembangan berikutnya Madrasah Amiriah berubah menjadi Sekolah Menengah Islam (1952), pada tahun 1954 berubah menjadi PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama).
b. Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah di Bugis
Pada awal perkembangannya madrasah ini merupakan halaqah yang mengambil tempat di rumah dan masjid yang dipimpin oleh Syaikh HM. As’ad bin HA. Rasyid. Selanjutnya proses pendidikan ini dilembagakan menjadi madrasah dengan nama Madrasah Wajo Tarbiayah Islamiyah pada tahun 1350 H (1931 M). Sejurus kemudian namanya berubah menjadi Madrsah As’adiyah.
Madrasah ini menyelenggarakan beberapa tingkat pendidikan, diantaranya Awaliyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Sistem pembelajaran di madrasah ini selain menggunakan sistem belajar di kelas, juga mempertahankan sistem berhalaqah.
c. Madarasah Al-Khairat di Palu
Madrasah ini didirikan di Palu ibu kota keresidenan pada tahun 1930 M oleh Syaikh Al-Idrus. Madrasah ini mempunyai cabang yang tidak kurang dari 60 cabang yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah dan Utara.
Pada awalnya madrsah ini mementingkan pelajaran agama dengan bahasa Arab sebagai pengantarnya, tetapi dalam perkembangannya madrasah ini terpecah menjadi dua bagian, yang satu mementingkan pelajaran agama dan yang lain mementingkan pelajaran umum. Maka disamping madrasah-madrasah itu didirikan S.R., dan SMP. Tingkatan madrasah tertinggi pada saat itu (1959) adalah Madrasah Lanjutan Atas.
d. Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Mangkoso
Madrasah ini berdiri tahun 1938. Didirikan oleh H. Abdoerrahman Ambon Dale, salah seorang murid Syaikh H.M. As’ad, Bugis. Pada tanggal 16 Rabiul Awwal 1336 H bertepatan dengan tanggal 7 Pebruari 1947 madrasah ini diubah menjadi Daru Da’wah wal Irsyad.
e. Daru Da’wah wal Irsyad
Daru Da’wah wal Irsyad, dibentuk dengan tiga tujuan :
1) Memajukan kecerdasan umum dan peradaban manusia, serta menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan menyadarkan umat hidup bertaqwa.
2) Menuntun umat ke arah pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut.
3) Memelihara persatuan dalam kaum Muslimin dan perdamaian dalam masyarakat ramai.
Bedasarkan Konferensi Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan di Pare-Pare pada Agustus 1954, maka Daru Da’wah wal Irsyad menyelenggarakan beberapa tingkat madrasah, yaitu Taman Kanak-kanak Islam selama 2 tahun, Sekolah Rakyat Islam selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama Islam selama 4 tahun dan Sekolah Menengah Atas Islam selama 3 tahun.
Daru Da’wah wal Irsyad juga mendirikan sekolah-sekolah kejuruan, yaitu Sekolah Kemasyarkatan Islam (SKI), Kursus Dagang Islam (KDI), Sekolah Guru Islam (SGI), Sekolah Guru Taman Kanak-kanak Islam (SGTKI) dan Sekolah Kerumahtanggaan Islam (SKTI).
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan di Kalimantan dan Sulawesi tidak lepas dari tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di daerah tersebut. Islam semakin luas penyebarannya setelah Islam dianut oleh raja-raja dari Kerajaan di daerah tersebut. Diantara Kerajaan Islam yang besar pengaruhnya di Kalimantan adalah Kerajaan Banjar dan Kerajaan Kutai, sementara di Sulawesi adalah Kerajaan Makassar yang asalnya bernama Goa dan Tallo.
Peran Kerajaan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam tidak terlihat secara langsung, tetapi pada dasarnya kerajaan mendukung terhadap hal tersebut, diantara bentuk dukungan tersebut adalah adanya pejabat khusus yang membawahi masalah agama dan tempat ibadah.
Pendidikan Islam di Kalimantan telah dilaksanakan sejak Islam masuk ke Kalimantan, namun pelembagaan pendidikan pertama kali dilakukan oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini menjadi inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah :
Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah) dipelopori oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M, hal ini mendaji inspirasi bagi berdirinya madrasah-madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah yang lain. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah : Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah), Al-Raudlatul Islamiyyah, Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP), Normal Islam Amuntai serta madarasah-madrasah lainnya.
Untuk penyeragaman dalam pelaksanaan pendidikan maka muncullah perkumpulan-perkumpulan Madrasah diantaranya Persatuan Madrasah Islam Indonesia (PERMI) dan Ikatan Madrasah Islam (IMI) Amuntai.
Pendidikan Islam di Sulawesi pada mulanya merupakan pesantren/surau. Untuk mengimbangi perkembangan zaman, maka pendidikan mulai dilembagakan dengan didirikannya madrasah-madrasah dengan format seperti pendidikan modern. Yang pertama kali mendirikan madrasah di Sulawesi adalah Organisasi Muhammadiyah, sekitar tahun 1926.
Diantara madrasah yang ada di Sulawesi : Madrasah Amiriah Islamiah di Bone, Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah di Bugis, Madarasah Al-Khairat di Palu, Madrasah, Tarbiyah Islamiyah di Mangkoso, Daru Da’wah wal Irsyad.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, H., dan Ibrahim, T., 2008, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3., Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Yunus, Mahmud, H. Prof, 1984, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara_ing_Martadipura