BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Perjalanan hidup manusia penuh dengan ketidaksempurnaan, ia membutuhkan contoh dan tauladan dari orang-orang sebelumnya, karena itu manusia menganggap penting untuk bercermin kepada kejadian yang telah lalu yang disebut sejarah, sebagaimana disampaikan oleh Al-Quran surat Al-Hasyru ayat 18 yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Nabi Muhammad diutus ke dunia ini adalah sebagai rahmatan lil ’alamin. Karenanya setiap kejadian yang terjadi pada zamannya dan zaman setelahnya perlu untuk dikaji lebih mendalam sehingga fungsi rahmatan lil ’alamin yang terdapat dalam diri Nabi bisa diungkap secara menyeluruh dan mendalam serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Karena itu pada makalah ini akan dibahas bagaimana peradaban Arab pra Islam dan bagaimana peran kepemimpinan Nabi Muhammad dalam dunia Islam.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa sebagai figur intelektual di masyarakat harus pandai bercermin pada kejadian yang telah lalu, agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan tidak terjerumus pada lubang yang sama untuk yang kedua kali. Selain itu mahasisiwa Fakultas Tarbiyah sudah selayaknya mengetahui sejarah peradaban Islam, khususnya peradaban pada zaman Nabi Muhammad Saw sehingga bisa mensuritauladani akhlak Rasulullah Saw.
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang Sejarah Peradaban Islam, khususnya pada zaman Nabi Muhammad hidup.
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI) di semester 3 B Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Institut Agama Islam Darussalam Ciamis.
3. Semoga bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan keilmuan di lingkungan kampus dan masayarakat.
C. Batasan Pembahasan
Luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Sejarah Peradaban Islam dan kemampuan penulis yang terbatas menjadi ispisari bagi penulis untuk membatasi pembahasan hanya menjelaskan peradaban Arab Pra Islam dan seputar kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami materi yang dibahas maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Peradaban Dunia sebelum Islam
2. Menjelaskan Peradaban Arab Pra Islam
3. Menjelaskan Peran Nabi Muhammad sebagai Pemimpin Agama
BAB II
PEMBAHASAN
Peradaban adalah kebudayaan (hasil karya, rasa dan cipta masyarakat) yang sudah tergolong maju atau telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi (Jaih Mubarok, 44:2003). Tetapi para ahli tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur bahwa suatu kebudayaan telah dianggap maju. Oleh karena itu diperlukan kebudayaan lain sebagai pembanding ketika kita ingin mengukur seberapa majukah suatu kebudayaan. Untuk itu di sini akan dibahas dahulu peradaban Arab sebelum Islam sebagai bahan perbandingan dengan peradaban Arab setelah Islam.
A. Peradaban Dunia Sebelum Islam
Secara geografis, Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, rasa harga diri, dan kesucian.
Hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Kondisi ini sesuai dengan firman Allah dalam mensifati mereka :
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.
QS al-Baqarah (2) :198
B. Peradaban Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pra Islam telah memiliki budaya yang menjadi landasan dalam hidup yang diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya :
1. Bidang Ekonomi. Secara ekonomi, Mekah mempunyai letak yang strategis, karena Mekah merupakan tempat persinggahan pedagang-pedagang dari Persia yang hendak menuju ke Romawi dan sebaliknya. Maka transaksi perdagangan sering terjadi dan hal ini memberi efek yang kuat terhadap kemajuan ekonomi Bangsa Arab. Dalam bidang mu’amalat mereka terbiasa transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerjasama pertanian (muzaroah) dan riba.
2. Bidang Akidah. Bangsa Arab adalah anak-anak Ismail AS. Karena itu, mereka mewarisi millah dan minhaj yang pernah dibawa oleh bapak mereka. Millah dan minhaj yang menyerukan Tauhid Allah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum-Nya, mengagungkan tempat-tempat suci-Nya, khususnya Baitul Haram, menghormati Syiar-syiar-Nya dan mempertahankannya.
Setelah beberapa kurun waktu, mereka mulai mencampur-adukkan (transformasi) kebenaran yang diwarisinya itu dengan kebatilan yang menyusup kepada mereka. Seperti semua umat dan bangsa, apabila telah dikuasai kebodohan dan dimasuki tukang-tukang sihir dan ahli kebatilan, maka masuklah kemusyrikan kepada mereka. Mereka kembali menyembah berhala-berhala. Tradisi-tradisi dan kebejatan moral pun tersebar luas. Akhirnya mereka jauh dari cahaya tauhid dan ajaran hanifiyah. Selama beberapa abad mereka hidup dalam kehidupan jahiliyah sampai akhirnya datang bi’tsah Muhammad saw.
Orang yang pertama kali memasukkan kemusyrikan kepada mereka dan mengajak mereka menyembah berhala adalah Amr bun Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang Bani Khuza’ah.
Namun secara umum Bangsa Arab Pra Islam percaya bahwa Allah adalah Pencipta, Firman Allah SWT.
• (لقمن : 25)
25. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman [31]:25).
Tetapi transformasi (penyelewengan) terhadap agama mereka telah mendorong mereka untuk menjadikan berhala, pohon dan benda lain sebagai penyerta Allah SWT.
Sebagian kecil mereka masih mempertahankan akidah monoteisme seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Mereka disebut Alhunafa. Diantara mereka adalah Umar Ibn Nufail, Zuhair Ibn Abi Salma (Jaih Mubarok, 46:2003), Qais bin Sa’idah al-Ayahdi, Ri’ab asy-Syani dan pendeta Bahira (Sirah Nabawiyah : 12).
3. Bidang Hukum. Bangsa Arab Pra Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Mereka membolehkan berpoligini dengan perempuan yang jumlahnya tidak terbatas, serta anak kecil dan perempuan tidak bisa menerima harta pusaka.
Adapun secara umum, ciri utama tantanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :
1. Menganut fanatisme kesukuan yang tinggi.
2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang sedikit.
3. Mengenal hierarki sosial yang kuat
4. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan, menurut Nurcholis Madjid, hal ini dapat dibuktikan bahwa perempuan dapat diwariskan dan perempuan tidak memperoleh harta pusaka.
C. Muhammad Saw. Sebagai Pemimpin Agama
Kaum muslimin sepakat bahwa Muhammad Saw. adalah utusan Allah dan membawa ajaran yang berasal dari Allah untuk disampaikan kepada manusia. Agar mudah dalam pemahaman tentang Muhammad Saw. sebagai Pemimpin Agama maka kita dituntut untuk mengetahui apa itu agama ? apa saja unsur-unsur agama ? bagaimana konsep kepemimpinan ? sehingga kita dapat menetapkan posisi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama.
1. Definisi dan Unsur Agama
Ada banyak pendapat tentang definisi agama baik secara etimologi maupun terminologi. Salah satu pendapat tersebut mengatakan bahwa agama berasal dari kata A yang artinya tidak dan Gama yang artinya pergi atau berjalan, dengan demikian agama berarti tidak pergi atau tidak berjalan (tetap, kekal), hal ini dianggap sesuai mengingat bahwa agama merupakan jalan untuk meraih kehidupan yang kekal setelah mati.
Mendefinisikan agama secara terminologi para ahli beragam pendapat. M. Quraish Shihab (375:1996) menyatakan bahwa mendefinisikan kata agama tidak mudah, karena ada banyak agama yang berkembang di dunia. Salah satu definisi agama yang dikemukakan oleh sarjana Barat bahwa agama adalah organization of life around the depth dimensions of experience-varied in form, completeness, and clarity in accordance with environing culture (organisasi kehidupan tentang dimensi pengalaman yang dalam-dengan bentuk beragam, kesempurnaan dan kejelasan sesuai dengan budaya sebuah lingkungan).
Kita sebagai umat Islam tentu harus mendefinisikannya dari sudut pandang Islam. Dalam bahasa Arab, agama sepadan dengan kata ad diin dan al millah. Menurut Al Jurjani, agama adalah :
وضع الهي يدعو اصحاب العقول الى قبول ما هو عند رسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya : Perintah Ilahi yang mengajak orang yang berakal untuk menerima apa yang ada pada diri Rasulullah Saw.
Ibrahim Al-Baijuri dalam kitab Jauharut Tauhid (9) menyatakan bahwa agama adalah :
وضع الهي سائق لذوى العقول السليمة باختيارهم المحمودة الى ما يصلح معادهم ومعاشهم
Artinya : Perintah Ilahi yang ditujukan kepada orang yang berakal sehat, dengan pilihannya sendiri yang terpuji untuk kemaslahatan kehidupan di akhirat dan di dunia.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa syari’at berasal dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk diajarkan dan diamalkan oleh manusia, sehingga manusia bisa meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Unsur-unsur terdapat dalam agama meliputi adanya kepercayaan kepada yang gaib, adanya ajaran ketuhanan, adanya hubungan dengan Tuhan melalui upacara pemujaan dan permohonan dan dadanya sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga unsur tersebut.
2. Pembagian Agama dan Ciri-cirinya
Dari segi sumber pembentukan agama, agama dapat dibedakan menjadi dua, agama samawi (agama langit) dan agama ardhi (agama bumi) atau wadh’i. Hilman Hadikusumah yang dikutip oleh Jaih Mubarok (52-53:2003) menjelaskan bahwa agama yang termasuk samawi adalah Yahudi, Kristen dan Islam yang ciri-cirinya adalah :
a. Konsep ketuhanan bersifat monotheis.
b. Disampaikan oleh rasul sebagai utusan Tuhan.
c. Mempunyai kitab suci berdasarkan wahyu dari Allah.
d. Kitab sucinya tidak berubah karena perubahan masyarakat penganutnya.
e. Kebenaran ajaran dasarnya tahan uji terhadap kritik menurut akal manusia
f. Sistem ‘merasa dan berpikirnya’ tidak sama dengan ‘sistem merasa dan berpikir’ masyarakat penganutnya.
Agama bumi (natural religion) adalah agama yang tidak bersumber kepada wahyu Ilahi, melainkan hasil ciptaan akal pikiran dan perilaku manusia. Oleh karena itu disebut agama budaya. Ciri-cirinya adalah :
a. Konsep ketuhanan tidak monotheis, bahkan cenderung tidak jelas.
b. Tidak disampaikan oleh Rasul sebagai utusan Tuhan.
c. Kitab sucinya bukan berdasarkan wahyu Tuhan.
d. Dapat berubah dengan terjadinya perubahan masyarakat penganutnya.
e. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik akal manusia.
f. Sistem merasa dan berpikirnya sama dengan sistem merasa dan berpikir masyarakat penganutnya.
3. Kepemimpinan dan Kepemimpinan Nabi Muhammad
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin. Kemampuan ini disebut leadership sedang orang yang dipimpin disebut leader.
Konsep kepemimpinan telah dijelaskan di dalam Al Quran dan hadits. Diantara konsep tersebut adalah seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus memahami kebenaran, jujur, bisa mempengaruhi, mengajak dan menyampaikan risalah agama, dan tentu saja cerdik (pandai menyelesaikan masalah).
Cikal bakal kepemimpinan Nabi Muhammad sudah terlihat semenjak beliau menjadi Nabi, sebagai contoh ketika terjadi pemugaran ka’bah pada saat usia Nabi 35 tahun, Beliau mendapat kepercayaan dari seluruh masyarakat untuk menyimpan Hajar Aswad kepada tempatnya mengalahkan pemimpin-pemimpin Quraisy, sehingga diberi gelar Al Amin. Kepemimpinan Beliau, telah menginspirasi pemimpin-pemimpin setelahnya yang disebut khulafaurrasyidin.
Nabi Muhammad adalah pembawa risalah Allah, Beliau memegang otoritas untuk menentukan hukum dalam agama, tentu saja berdasarkan wahyu dari Allah. Peran ini telah mengangkatnya secara tidak langsung sebagai pemimpin agama, apalagi segala masalah yang menimpa kaum muslimin selalu solusinya dirujukan kepada Nabi Muhammad baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.
4. Muhammad Bukan Sekedar Pemimpin Agama
Dari definisi agama yang disampaikan oleh Al-Jurjani secara tidak langsung menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi agama itu sendiri. Ia merupakan rujukan bagi masyarakat Islam pada zamannya sesudahnya. Adakalanya Nabi Muhammad Saw. menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam Al-Quran seperti praktek shalat lima waktu dan cara-cara shalat ditentukan oleh Nabi Muhammad Saw. jadi kalau Nabi Muhammad Saw. dianggap sebagai pemimpin agama maka bukan hanya pada tingkat teknis tetapi juga pemimpin yang bersifat ideologis dan teologis.
Menurut sejarawan Inggris, Arnold Toynbee – sebagai dikutip oleh Hans Kung, Ketokohan Nabi Muhammad Saw. harus diakui karena tiga hal :
a. Masyarakat Arab abad ke-7 mendengar dan mengikuti seruan Muhammad Saw.
b. Dalam perbandingan dengan agama politeisme yang sangat duniawi dari agama-agama kesukuan Arab lama, agama rakyat telah dinaikkan ke tingkat yang sepenuhnya baru, tingkat suatu agama tinggi yang monoteistik.
c. Orang-orang Islam menerima inspirasi, keberanian dan kekuatan Nabi Muhammad Saw. yang tak habis-habisnya untuk permulaan agama baru.
Michael Hart, pengarang buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia, menempatkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin No. 1 dunia. Pertimbangan ini tidak berlebihan, karena menurutnya, Muhammad bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga diakui sebagai pemimpin politik, walaupun pada saat itu bentuk pemerintahan terbentuk secara alamiah, tanpa ada satu sistem yang mengaturnya. Pernyataan ini memberikan pengertian yang jelas bahwa Nabi Muhammad merupakan pemimpin politik disamping sebagai pemimpin agama.
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan Peradaban Dunia sebelum Islam terjadi di beberapa tempat diantaranya di Persia, namun sayang di Persia ini tumbuh subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, selanjutnya di Romawi, dan mereka terlalu semangat untuk memjajah bangsa lain (kolonialisme). Di Yunani berkembangan peradaban yang cukup maju tetapi mereka terjebak dalam mithos dan khurafat.
Adapun secara umum, ciri utama tantanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :
1. Menganut fanatisme kesukuan yang tinggi.
2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang sedikit.
3. Mengenal hierarki sosial yang kuat
4. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan, menurut Nurcholis Madjid, hal ini dapat dibuktikan bahwa perempuan dapat diwariskan dan perempuan tidak memperoleh harta pusaka.
Cikal bakal kepemimpinan Nabi Muhammad sudah terlihat semenjak beliau menjadi Nabi. Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah Allah, memegang otoritas untuk menentukan hukum dalam agama, tentu saja berdasarkan wahyu dari Allah. Peran ini telah mengangkatnya secara tidak langsung sebagai pemimpin agama, apalagi segala masalah yang menimpa kaum muslimin selalu solusinya dirujukan kepada Nabi Muhammad baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.
Menurut sejarawan Inggris, Arnold Toynbee ketokohan Nabi Muhammad Saw. harus diakui karena tiga hal :
1. Masyarakat Arab abad ke-7 mendengar dan mengikuti seruan Nabi Saw.
2. Agama rakyat telah dinaikkan ke tingkat yang sepenuhnya baru, tingkat suatu agama tinggi yang monoteistik.
3. Orang-orang Islam menerima inspirasi, keberanian dan kekuatan Nabi Muhammad Saw. yang tak habis-habisnya untuk permulaan agama baru.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baijuri, Ibrahim, Jauharut Tauhid, Surabaya : Darul Hikmah.
as-Syibaie, Dr. Mustafa, Sirah Nabi Muhammad Saw. Pengajaran & Pedoman, Konsis Media. (vesi pdf)
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad (vesi pdf)
Hart, Michael, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia (versi .chm)
Mubarok, Jaih, Prof. Dr. M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Islamika, 2003.
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’I atas pelbagai Persoalan Ummat, Bandung : Mizan Pustaka, 2005.
Sirah Nabawiyah (vesi pdf)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Perjalanan hidup manusia penuh dengan ketidaksempurnaan, ia membutuhkan contoh dan tauladan dari orang-orang sebelumnya, karena itu manusia menganggap penting untuk bercermin kepada kejadian yang telah lalu yang disebut sejarah, sebagaimana disampaikan oleh Al-Quran surat Al-Hasyru ayat 18 yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Nabi Muhammad diutus ke dunia ini adalah sebagai rahmatan lil ’alamin. Karenanya setiap kejadian yang terjadi pada zamannya dan zaman setelahnya perlu untuk dikaji lebih mendalam sehingga fungsi rahmatan lil ’alamin yang terdapat dalam diri Nabi bisa diungkap secara menyeluruh dan mendalam serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Karena itu pada makalah ini akan dibahas bagaimana peradaban Arab pra Islam dan bagaimana peran kepemimpinan Nabi Muhammad dalam dunia Islam.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa sebagai figur intelektual di masyarakat harus pandai bercermin pada kejadian yang telah lalu, agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan tidak terjerumus pada lubang yang sama untuk yang kedua kali. Selain itu mahasisiwa Fakultas Tarbiyah sudah selayaknya mengetahui sejarah peradaban Islam, khususnya peradaban pada zaman Nabi Muhammad Saw sehingga bisa mensuritauladani akhlak Rasulullah Saw.
Melihat pentingnya hal tersebut di atas maka penulisan makalah ini didasarkan pada beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wahana memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang Sejarah Peradaban Islam, khususnya pada zaman Nabi Muhammad hidup.
2. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI) di semester 3 B Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Institut Agama Islam Darussalam Ciamis.
3. Semoga bisa menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan keilmuan di lingkungan kampus dan masayarakat.
C. Batasan Pembahasan
Luasnya pembahasan yang berhubungan dengan Sejarah Peradaban Islam dan kemampuan penulis yang terbatas menjadi ispisari bagi penulis untuk membatasi pembahasan hanya menjelaskan peradaban Arab Pra Islam dan seputar kepemimpinan Nabi Muhammad Saw, agar pembahasan menjadi terfokus dan mendalam.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami materi yang dibahas maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Peradaban Dunia sebelum Islam
2. Menjelaskan Peradaban Arab Pra Islam
3. Menjelaskan Peran Nabi Muhammad sebagai Pemimpin Agama
BAB II
PEMBAHASAN
Peradaban adalah kebudayaan (hasil karya, rasa dan cipta masyarakat) yang sudah tergolong maju atau telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi (Jaih Mubarok, 44:2003). Tetapi para ahli tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur bahwa suatu kebudayaan telah dianggap maju. Oleh karena itu diperlukan kebudayaan lain sebagai pembanding ketika kita ingin mengukur seberapa majukah suatu kebudayaan. Untuk itu di sini akan dibahas dahulu peradaban Arab sebelum Islam sebagai bahan perbandingan dengan peradaban Arab setelah Islam.
A. Peradaban Dunia Sebelum Islam
Secara geografis, Jazirah Arab bentuknya memanjang, ke sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, sedangkan Romawi telah dikuasi sepenuhnya oleh semangat kolonialisme. Negeri ini terlibat pertentangan agama , antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di pihak lain. Negeri ini mengandalkan kekuatan militer dan ambisi kolonialnya dalam melakukan petualangan (naif) demi mengembangkan agama kristen, dan mempermainkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.
Sementara itu, di jazirah Arabia kehidupan dalam keadaan tenang, jauh dari hal-hal di atas, mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban seperti Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama, mereka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga, mereka tidak memiliki filosofi dan dialetika Yunani yang menjerat mereka menjadi bangsa mithos dan khurafat.
Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung kepada kemanusiaan yang mulia, seperti setia, penolong, dermawan, rasa harga diri, dan kesucian.
Hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu, karena mereka hidup di dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrahnya yang pertama. Akibatnya mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Kemudian mereka membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan dan membangkitkan peperangan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Kondisi ini sesuai dengan firman Allah dalam mensifati mereka :
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.
QS al-Baqarah (2) :198
B. Peradaban Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pra Islam telah memiliki budaya yang menjadi landasan dalam hidup yang diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya :
1. Bidang Ekonomi. Secara ekonomi, Mekah mempunyai letak yang strategis, karena Mekah merupakan tempat persinggahan pedagang-pedagang dari Persia yang hendak menuju ke Romawi dan sebaliknya. Maka transaksi perdagangan sering terjadi dan hal ini memberi efek yang kuat terhadap kemajuan ekonomi Bangsa Arab. Dalam bidang mu’amalat mereka terbiasa transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerjasama pertanian (muzaroah) dan riba.
2. Bidang Akidah. Bangsa Arab adalah anak-anak Ismail AS. Karena itu, mereka mewarisi millah dan minhaj yang pernah dibawa oleh bapak mereka. Millah dan minhaj yang menyerukan Tauhid Allah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum-Nya, mengagungkan tempat-tempat suci-Nya, khususnya Baitul Haram, menghormati Syiar-syiar-Nya dan mempertahankannya.
Setelah beberapa kurun waktu, mereka mulai mencampur-adukkan (transformasi) kebenaran yang diwarisinya itu dengan kebatilan yang menyusup kepada mereka. Seperti semua umat dan bangsa, apabila telah dikuasai kebodohan dan dimasuki tukang-tukang sihir dan ahli kebatilan, maka masuklah kemusyrikan kepada mereka. Mereka kembali menyembah berhala-berhala. Tradisi-tradisi dan kebejatan moral pun tersebar luas. Akhirnya mereka jauh dari cahaya tauhid dan ajaran hanifiyah. Selama beberapa abad mereka hidup dalam kehidupan jahiliyah sampai akhirnya datang bi’tsah Muhammad saw.
Orang yang pertama kali memasukkan kemusyrikan kepada mereka dan mengajak mereka menyembah berhala adalah Amr bun Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang Bani Khuza’ah.
Namun secara umum Bangsa Arab Pra Islam percaya bahwa Allah adalah Pencipta, Firman Allah SWT.
• (لقمن : 25)
25. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman [31]:25).
Tetapi transformasi (penyelewengan) terhadap agama mereka telah mendorong mereka untuk menjadikan berhala, pohon dan benda lain sebagai penyerta Allah SWT.
Sebagian kecil mereka masih mempertahankan akidah monoteisme seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Mereka disebut Alhunafa. Diantara mereka adalah Umar Ibn Nufail, Zuhair Ibn Abi Salma (Jaih Mubarok, 46:2003), Qais bin Sa’idah al-Ayahdi, Ri’ab asy-Syani dan pendeta Bahira (Sirah Nabawiyah : 12).
3. Bidang Hukum. Bangsa Arab Pra Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Mereka membolehkan berpoligini dengan perempuan yang jumlahnya tidak terbatas, serta anak kecil dan perempuan tidak bisa menerima harta pusaka.
Adapun secara umum, ciri utama tantanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :
1. Menganut fanatisme kesukuan yang tinggi.
2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang sedikit.
3. Mengenal hierarki sosial yang kuat
4. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan, menurut Nurcholis Madjid, hal ini dapat dibuktikan bahwa perempuan dapat diwariskan dan perempuan tidak memperoleh harta pusaka.
C. Muhammad Saw. Sebagai Pemimpin Agama
Kaum muslimin sepakat bahwa Muhammad Saw. adalah utusan Allah dan membawa ajaran yang berasal dari Allah untuk disampaikan kepada manusia. Agar mudah dalam pemahaman tentang Muhammad Saw. sebagai Pemimpin Agama maka kita dituntut untuk mengetahui apa itu agama ? apa saja unsur-unsur agama ? bagaimana konsep kepemimpinan ? sehingga kita dapat menetapkan posisi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama.
1. Definisi dan Unsur Agama
Ada banyak pendapat tentang definisi agama baik secara etimologi maupun terminologi. Salah satu pendapat tersebut mengatakan bahwa agama berasal dari kata A yang artinya tidak dan Gama yang artinya pergi atau berjalan, dengan demikian agama berarti tidak pergi atau tidak berjalan (tetap, kekal), hal ini dianggap sesuai mengingat bahwa agama merupakan jalan untuk meraih kehidupan yang kekal setelah mati.
Mendefinisikan agama secara terminologi para ahli beragam pendapat. M. Quraish Shihab (375:1996) menyatakan bahwa mendefinisikan kata agama tidak mudah, karena ada banyak agama yang berkembang di dunia. Salah satu definisi agama yang dikemukakan oleh sarjana Barat bahwa agama adalah organization of life around the depth dimensions of experience-varied in form, completeness, and clarity in accordance with environing culture (organisasi kehidupan tentang dimensi pengalaman yang dalam-dengan bentuk beragam, kesempurnaan dan kejelasan sesuai dengan budaya sebuah lingkungan).
Kita sebagai umat Islam tentu harus mendefinisikannya dari sudut pandang Islam. Dalam bahasa Arab, agama sepadan dengan kata ad diin dan al millah. Menurut Al Jurjani, agama adalah :
وضع الهي يدعو اصحاب العقول الى قبول ما هو عند رسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya : Perintah Ilahi yang mengajak orang yang berakal untuk menerima apa yang ada pada diri Rasulullah Saw.
Ibrahim Al-Baijuri dalam kitab Jauharut Tauhid (9) menyatakan bahwa agama adalah :
وضع الهي سائق لذوى العقول السليمة باختيارهم المحمودة الى ما يصلح معادهم ومعاشهم
Artinya : Perintah Ilahi yang ditujukan kepada orang yang berakal sehat, dengan pilihannya sendiri yang terpuji untuk kemaslahatan kehidupan di akhirat dan di dunia.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa syari’at berasal dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk diajarkan dan diamalkan oleh manusia, sehingga manusia bisa meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Unsur-unsur terdapat dalam agama meliputi adanya kepercayaan kepada yang gaib, adanya ajaran ketuhanan, adanya hubungan dengan Tuhan melalui upacara pemujaan dan permohonan dan dadanya sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga unsur tersebut.
2. Pembagian Agama dan Ciri-cirinya
Dari segi sumber pembentukan agama, agama dapat dibedakan menjadi dua, agama samawi (agama langit) dan agama ardhi (agama bumi) atau wadh’i. Hilman Hadikusumah yang dikutip oleh Jaih Mubarok (52-53:2003) menjelaskan bahwa agama yang termasuk samawi adalah Yahudi, Kristen dan Islam yang ciri-cirinya adalah :
a. Konsep ketuhanan bersifat monotheis.
b. Disampaikan oleh rasul sebagai utusan Tuhan.
c. Mempunyai kitab suci berdasarkan wahyu dari Allah.
d. Kitab sucinya tidak berubah karena perubahan masyarakat penganutnya.
e. Kebenaran ajaran dasarnya tahan uji terhadap kritik menurut akal manusia
f. Sistem ‘merasa dan berpikirnya’ tidak sama dengan ‘sistem merasa dan berpikir’ masyarakat penganutnya.
Agama bumi (natural religion) adalah agama yang tidak bersumber kepada wahyu Ilahi, melainkan hasil ciptaan akal pikiran dan perilaku manusia. Oleh karena itu disebut agama budaya. Ciri-cirinya adalah :
a. Konsep ketuhanan tidak monotheis, bahkan cenderung tidak jelas.
b. Tidak disampaikan oleh Rasul sebagai utusan Tuhan.
c. Kitab sucinya bukan berdasarkan wahyu Tuhan.
d. Dapat berubah dengan terjadinya perubahan masyarakat penganutnya.
e. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik akal manusia.
f. Sistem merasa dan berpikirnya sama dengan sistem merasa dan berpikir masyarakat penganutnya.
3. Kepemimpinan dan Kepemimpinan Nabi Muhammad
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin. Kemampuan ini disebut leadership sedang orang yang dipimpin disebut leader.
Konsep kepemimpinan telah dijelaskan di dalam Al Quran dan hadits. Diantara konsep tersebut adalah seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus memahami kebenaran, jujur, bisa mempengaruhi, mengajak dan menyampaikan risalah agama, dan tentu saja cerdik (pandai menyelesaikan masalah).
Cikal bakal kepemimpinan Nabi Muhammad sudah terlihat semenjak beliau menjadi Nabi, sebagai contoh ketika terjadi pemugaran ka’bah pada saat usia Nabi 35 tahun, Beliau mendapat kepercayaan dari seluruh masyarakat untuk menyimpan Hajar Aswad kepada tempatnya mengalahkan pemimpin-pemimpin Quraisy, sehingga diberi gelar Al Amin. Kepemimpinan Beliau, telah menginspirasi pemimpin-pemimpin setelahnya yang disebut khulafaurrasyidin.
Nabi Muhammad adalah pembawa risalah Allah, Beliau memegang otoritas untuk menentukan hukum dalam agama, tentu saja berdasarkan wahyu dari Allah. Peran ini telah mengangkatnya secara tidak langsung sebagai pemimpin agama, apalagi segala masalah yang menimpa kaum muslimin selalu solusinya dirujukan kepada Nabi Muhammad baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.
4. Muhammad Bukan Sekedar Pemimpin Agama
Dari definisi agama yang disampaikan oleh Al-Jurjani secara tidak langsung menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi agama itu sendiri. Ia merupakan rujukan bagi masyarakat Islam pada zamannya sesudahnya. Adakalanya Nabi Muhammad Saw. menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam Al-Quran seperti praktek shalat lima waktu dan cara-cara shalat ditentukan oleh Nabi Muhammad Saw. jadi kalau Nabi Muhammad Saw. dianggap sebagai pemimpin agama maka bukan hanya pada tingkat teknis tetapi juga pemimpin yang bersifat ideologis dan teologis.
Menurut sejarawan Inggris, Arnold Toynbee – sebagai dikutip oleh Hans Kung, Ketokohan Nabi Muhammad Saw. harus diakui karena tiga hal :
a. Masyarakat Arab abad ke-7 mendengar dan mengikuti seruan Muhammad Saw.
b. Dalam perbandingan dengan agama politeisme yang sangat duniawi dari agama-agama kesukuan Arab lama, agama rakyat telah dinaikkan ke tingkat yang sepenuhnya baru, tingkat suatu agama tinggi yang monoteistik.
c. Orang-orang Islam menerima inspirasi, keberanian dan kekuatan Nabi Muhammad Saw. yang tak habis-habisnya untuk permulaan agama baru.
Michael Hart, pengarang buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia, menempatkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin No. 1 dunia. Pertimbangan ini tidak berlebihan, karena menurutnya, Muhammad bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga diakui sebagai pemimpin politik, walaupun pada saat itu bentuk pemerintahan terbentuk secara alamiah, tanpa ada satu sistem yang mengaturnya. Pernyataan ini memberikan pengertian yang jelas bahwa Nabi Muhammad merupakan pemimpin politik disamping sebagai pemimpin agama.
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan Peradaban Dunia sebelum Islam terjadi di beberapa tempat diantaranya di Persia, namun sayang di Persia ini tumbuh subur berbagai khayalan (khurafat) keagamaan dan filosof yang saling bertentangan, selanjutnya di Romawi, dan mereka terlalu semangat untuk memjajah bangsa lain (kolonialisme). Di Yunani berkembangan peradaban yang cukup maju tetapi mereka terjebak dalam mithos dan khurafat.
Adapun secara umum, ciri utama tantanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :
1. Menganut fanatisme kesukuan yang tinggi.
2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang sedikit.
3. Mengenal hierarki sosial yang kuat
4. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan, menurut Nurcholis Madjid, hal ini dapat dibuktikan bahwa perempuan dapat diwariskan dan perempuan tidak memperoleh harta pusaka.
Cikal bakal kepemimpinan Nabi Muhammad sudah terlihat semenjak beliau menjadi Nabi. Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah Allah, memegang otoritas untuk menentukan hukum dalam agama, tentu saja berdasarkan wahyu dari Allah. Peran ini telah mengangkatnya secara tidak langsung sebagai pemimpin agama, apalagi segala masalah yang menimpa kaum muslimin selalu solusinya dirujukan kepada Nabi Muhammad baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.
Menurut sejarawan Inggris, Arnold Toynbee ketokohan Nabi Muhammad Saw. harus diakui karena tiga hal :
1. Masyarakat Arab abad ke-7 mendengar dan mengikuti seruan Nabi Saw.
2. Agama rakyat telah dinaikkan ke tingkat yang sepenuhnya baru, tingkat suatu agama tinggi yang monoteistik.
3. Orang-orang Islam menerima inspirasi, keberanian dan kekuatan Nabi Muhammad Saw. yang tak habis-habisnya untuk permulaan agama baru.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baijuri, Ibrahim, Jauharut Tauhid, Surabaya : Darul Hikmah.
as-Syibaie, Dr. Mustafa, Sirah Nabi Muhammad Saw. Pengajaran & Pedoman, Konsis Media. (vesi pdf)
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad (vesi pdf)
Hart, Michael, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia (versi .chm)
Mubarok, Jaih, Prof. Dr. M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Islamika, 2003.
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’I atas pelbagai Persoalan Ummat, Bandung : Mizan Pustaka, 2005.
Sirah Nabawiyah (vesi pdf)