Prof Dr Morgan Reymonds (guru besar pada Texas University, USA) menyatakan ”Belum ada bangunan…baja…ambruk hanya… oleh kobaran api”.
Michael Meacher (mantan Menteri Lingkungan Inggris, 1997 – 2003) berpendapat ”…perang melawan terorisme… dijadikan…tabir kebohongan guna mencapai tujuan-tujuan strategis geopolitik AS”.
Prof Dr Steven E Jones (guru besar fisika pada Birgham Young University, USA) membeberkan hasil risetnya ”…bahan-bahan peledak telah diletakkan…di bangunan WTC”.
Profesor Steven E. Jones dari Brigham Young University, Utah, yang melakukan penelitian dari sudut teori fisika mengatakan bahwa kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC 7 hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut. Teori fisika Jones tersebut tentunya sangat bertentangan dengan hasil penelitian FEMA, NIST dan 9-11 Commision bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.
Jika benar tragedi tersebut direkayasa, tentu ada tujuan yang lebih besar yang diagendakan setelah kehancuran gedung tersebut. Benar saja, sejak saat itu semua negara menyatakan perang terhadap terorisme, dan celakanya lagi, terorisme itu diidentikan dengan Islam. Sekuat apapun orang menolak mengidentikan terorisme dengan Islam, tidak pernah mengubah persepsi masyarakat yang terlanjur teracuni oleh persepsi yang salah akibat kehancuran gedung tersebut.
Hal inipun terjadi di negara Indonesia. Sejak kejadian tersebut, tiba-tiba muncul teroris-teroris yang kemudian berhasil dilumpuhkan oleh kepolisian. Teroris-teroris tersebut menggunakan simbol-simbol Islam yang sangat kental, mulai dari peci, janggut yang dipanjangkan, baju koko, serta celana yang tidak sampai mata kaki. Jika kita rujuk kepada ajaran Islam, cara berpakaian yang ditampilkan oleh orang-orang tersebut adalah sesuai dengan sunah rasul, tetapi ketika itu digunakan oleh sosok yang dibenci oleh masyarakat karena perbuatannya, secara tidak langsung membentuk persepsi masyarakat bahwa pakaian seperti itu identik dengan terorisme. Jika persepsi ini terbentuk maka umat Islam semakin jauh dari ajarannya. Mereka lebih suka pakaian ala barat yang bebas dari stigma negatif daripada pakaian muslim yang sarat dengan stigma negatif. Sampai di sini, akibatnya ? Tidak. Muslim yang cenderung ingin melaksanakan Islam secara kaffah juga kena getahnya, mereka menjadi perhatian masyarakat karena dicurigai teroris. Hasilnya, masyarakat enggan menjadi muslim yang kaffah, dengan alasan jika muslim terlalu kental, jangan-jangan akhirnya menjadi teroris, jadi lebih baik jadi muslim yang biasa-biasa saja, yang penting muslim.
Ketika politik TERORISME berhasil menjauhkan Muslim dari ajaran Islamnya, maka pada saat itu, begitu gencarnya berbagai konser musik asing masuk ke Indonesia. Ibaratnya ketika gelas kosong dari air jernih, maka segera dimasuki dengan air berwarna keruh agar tidak dimasuki air jernih lagi. Itulah perumpamaan yang pas untuk menggambarkan masyarakat Indonesia saat ini. Ketiga mereka mulai menjaga jarak dari agamanya, maka dengan serta merta mereka segera didekati oleh ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Islam, seperti Ideologi yang berdasarkan kebebasan yang kebablasan yang banyak dibela oleh orang-orang liberal saat ini.
Jadi jangang sangka semua itu tidak pernah ada hubungannya. Karena itu mari kita TOLAK KONSER LADY GAGA DAN PENYANYI ASING LAINNYA DEMI TETAP BERDIRINYA NEGARA INDONESIA YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA.